Aku, si Musafir, lola tiada beribu-bapa. Sepanjang isra’, kutlah menyintas setapak, menelusur semak. Menjelajah segara, membelah rimba. Menghitung kerakal, mengukur tambalan aspal. Melintasi stepa, tundra, mil demi mil, ladang yang tak berkesudahan. Bersua sabana, menjumpai delta, bergulat dengan urat bakau di pesisir yang tiap tahun mengikis. Dan berakhir sebagai penyampai epik nan heroik, walau terkadang hanya sekedar mengutip kisah para kepik.