Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Cerpen | Sayembara di Negeri Koplak

26 Januari 2020   15:29 Diperbarui: 26 Januari 2020   15:32 283 13
=====

Bus yang membawa rombongan menjemput impian. Melewati setengah lebih wilayah Negeri Koplak. Naik gunung, turun gunung. Naik bukit, turun bukit. Keluar masuk hutan ( ini kayak Sawung Kampret masuk Pramuka ).

Semula perjalanan smooth dan lancar jaya. Namun tanpa dinyana jembatan terakhir menuju Istana Negeri Koplak putus diterjang banjir.

Tidak ada jalan alternatif, apalagi jalan tol fungsional. Tidak ada!
Satu-satunya jalan adalah melalui menyeberangi sungai itu. Kalau dipaksa jalan memutar, akan dua hari perjalanan lagi. Padahal waktu audisi sayembara sudah tinggal hitungan jam lagi.

" Pak Sopir, apa tidak ada jalan yang lain nih?" tanya YenieSue UnguSueOraJamu gadis ke dua dari lima bersaudara itu yang agak gelisah.

Sopir yang berbadan tambun dan berkumis sekepel hanya bisa menggelengkan kepala saja.

Tidak ada jalan lain. Harus dicari jalan untuk menyebrangi sungai yang kelihatannya dalam banget itu.

Evi MerahMerona sebagai kepala rombongan, celingak-celinguk mencari jalan keluar. Ia juga gelisah, apalagi adik-adiknya sudah kelihatan tidak sabar.

" Kak Evi, bagaimana nih?" suara tak sabar dari adik bungsu mereka AnisJingga MoMakanMoNggak yang tiba-tiba merasa jutek.

Semua kebingungan, semua spontan melihat jam tangan kepunyaan masing-masing. Tanpa kompromi jarum jam itu terus berdetik.

" Woi... Kakak. Itu ada sampan di seberang..!" teriakan yang mengagetkan ternyata keluar dari mulut manis si Janeeta KuningKemuning yang tidak tahu kapan, sudah nyangsang di atas pohon Mahoni raksasa, sambil menunjukan jari telunjuknya yang runcing, memberitahukan kabar gembira.

" Horeeee... Horeeee " teriakan mereka spontan dengan gembira.

" Bang... Oom... Pakde... !" teriak mereka serempak dengan panggilan yang berbeda-beda. Ahaiii!

Datanglah dengan cepat si tukang sampan kecil menyebrang.

" Ada yang bisa saya bantu, nona-nona?" tanya tukang sampan ramah, sambil mengedip-ngedipkan matanya genit ( genit apa cacingan? )

" Oom, bisa nyebrangin kita nggak?" sosor langsung si Lorei BiruLembam tidak sabar.

" Boleh, nona-nona, tapi harus bayar ya!" tawar si tukang sampan yang ternyata MasNurkhoKangkang pringas-pringis.

" Ah, gampang. Ini bekal kami banyak. Berapa Bang?" tanya RyHijau RinganDijinjingBeratDibanting sambil meraih dompet dari tas slempangnya yang berwarna keemasan.

" Eit... Tunggu dulu, nona. Aku bukan butuh uang. Bayaranku hanya satu SUN saja setiap aku menyebrangkan nona-nona. Bagaimana? Mau? Kalau tidak aku balik lho?" tawar MasKangkang jual mahal.

Karena waktu semakin mendesak, terpaksa tidak ada pilihan lagi. SUN bolehlah, cuma SUN ini, lagian si Mas Sampan juga nggak jelek-jelek amat. Gagah dan hemmm...

Akhirnya transaksi mencapai kesepakatan, DEAL setiap menyebrangkan gadis-gadis itu, si Mas Kangkang mendapat hadiah Sun clepot. Wah, menang banyak nih.

Pertama disebrangkan adalah Evi MerahMerona.
" Clepot!" bunyi sun MasKangkang pertama buat upah menyebrang.

Sambil mendayung menyebrang, MasKangkang bernyanyi girang.
" Kerubyuk-kerubuyuk sengok... Ngok!"

Begitu seterusnya...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun