Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kurma Pilihan

Masjid Darussalam yang Memikat Hati

30 April 2021   14:31 Diperbarui: 30 April 2021   14:37 730 12
Udara malam terasa sejuk. Jalan beraspal yang saya pijak masih basah. Hujan lebat yang turun sore tadi jejaknya masih ada. Ia meninggalkan kesejukan, pada udara dan pada setiap hati.

Adzan Isya masih berkumandang. Pak Sumpena, sang muadzin, suaranya masih terdengar syahdu. Para jemaah berhamburan menyongsong suara adzan, suara yang mengajak untuk meraih kemenangan.

Di bagian belakang mesjid terdengar riang suara anak-anak, bertindihan satu dengan yang lain. Mereka seperti sedang menjadi kelompok suara pengiring pada adzan yang masih berkumandang. Ya, namanya anak-anak.

Pada sisi mesjid yang lain, para remaja bahu-membahu menggelar terpal plastik warna biru. Diawasi jemaah yang lebih tua, mereka menutupi muka jalan yang basah. Terpal itu jadi alas shalat Isya dan Tarawih yang akan dilaksanakan. Pada bulan puasa, jemaah membludak sampai ke jalan.

Mesjid itu Darussalam namanya. Mesjid di persimpangan jalan komplek perumahan kami. Ke sana sebagian besar warga menuju, untuk beribadah. Menemui Sang Pencipta, menghaturkan persembahan dalam rangkaian ritual peribadatan.

Darussalam tak pernah sepi. Para jemaah datang untuk memakmurkannya. Siang maupun malam, pintunya senantiasa dimasuki mereka yang hendak mendirikan shalat, mengaji atau sekedar melepas lelah setelah menunaikan shalat.

Biasanya, yang duduk-duduk melepas lelah di sana adalah para pedagang. Tampak di parkiran gerobak dorong atau sepeda motor mereka. Mesjid yang berdiri di persimpangan jalan dilalui oleh para pelintas dari tiga arah. Mereka yang akan menuju bagian belakang perumahan melintasi mesjid ini. Pun demikian dengan mereka yang akan menuju bagian sayap kanan atau menuju gerbang keluar komplek.

Setiap waktu shalat, ke Darussalam para jemaah menuju. Pada waktu zuhur dan ashar, satu atau dua shaf shalat berdiri di sana. Dan di tiga waktu shalat yang lain, jemaah shalat meluap sampai ke teras mesjid. Hal yang sama terjadi ketika shalat Jumat. Jemaah yang datang belakangan sudah pasti mendapat tempat di bagian beralas terpal, di muka jalan.

Darussalam memilki beragam agenda yang rutin dijalankan. Acara pengajian ibu-ibu berlangsung pada Jumat dan Minggu sore. Selepas shalat subuh di hari Minggu, berlangsung pengajian yang bergiliran dengan kegiatan belajar tahsin. Khusus yang terakhir, begitu acara usai pengurus mesjid memberi jamuan teh dan kopi hangat pada para jemaah.

Mengikuti kegiatan di Mesjid Darussalam, kita diantarkan pada beragam pengalaman. Saya sendiri memiliki kesan seperti pelangi yang beraneka warna. Dan seperti pelangi, kesan yang saya rasakan indah semata.

Mesjid berkelir hijau itu memiliki jajaran imam shalat yang mumpuni. Mereka membawa jemaah pada shalat yang khusu. Bapak X, misalnya. Ia membaca ayat-ayat quran dengan tartil. Bacaannya baik, makhraz huruf yang dilafalkannya alangkah bagus. Lain dengan Bapak Y. Ia memimpin shalat dengan tumaninah, tidak terburu-buru. Lain lagi dengan Ustad Z. Setiap mengimami shalat, terang suaranya. Bacaan qurannya lugas, dengan intonasi yang khas.

Selain daftar imam shalat yang bagus, Mesjid Darussalam senantiasa menghadirkan penceramah yang membawa pencerahan. Bapak A yang juga sebagai pengurus mesjid, selalu mendasarkan materi ceramahnya pada hal yang aktual. Bapak B pun tak kalah bagus. Sederet kitab referensi yang memenuhi rak bukunya, dengan setia ia bagi dalam ceramah-ceramahnya. Bapak C pun sama. Ceramahnya  berkesan, dengan selingan pengalaman hidup yang kaya.

Jemaah Mesjid Darussalam selalu "ngangenin". Yang bikin kangen itu diantaranya, banyak jemaah yang rambutnya telah memutih. Mereka mengabdikan diri untuk memakmurkan mesjidnya. Mesjid ini tidak memiliki marbot yang salah satu tugasnya memelihara kebersihan. Sebagai gantinya, para jemaah sepuh itu yang bergiliran menjadi tenaga pembersih mesjid. Hari Jumat jadi hari mereka. Di hari ini, mereka bergotong royong mengelap kaca, mengepel lantai dan menyapu karpet panjang sajadah mesjid.

Bagaimana tidak bikin kangen, para jemaah senantiasa menampakkan kebaikan hati. Sikap mereka begitu hangat. Bila bertemu saling mendahului untuk bersalaman dibarengi sapaan yang ramah. Beberapa jemaah senang guyon. Bapak S misalnya. Guyonannya selalu menemani langkah saya saat meninggalkan mesjid menuju rumah.

Para jemaah telah mengikat hati saya pada mesjid ini. Pernah saya menarik diri. Beberapa bulan, saya mencoba beralih ke mesjid yang lain. Namun, hati saya  tak bisa menerima. Saya kembali ke Mesjid Darussalam.

Saat saya kembali, sapaan hangat dari Bapak T, membuat saya terharu. Beliau bertanya, ke mana saya selama ini. Sapaan beliau saya rasakan seperti Bapak yang telah lama ditinggal anaknya merantau. Saya tak bisa menahan linangan air mata waktu itu. Mesjid Darussalam, saya rasakan sebagai rumah yang membawa kedamaian, sebagaimana arti yang melekat pada nama mesjid ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun