Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Ladang Terbakar

16 Agustus 2022   12:32 Diperbarui: 16 Agustus 2022   12:37 76 5
Ada peluru mengintai dari balik pohon aren.
Ketenangan sudah lama berganti gundah.
Gemerisik ilalang yang gemetar terbakar.
Menambah resah ketakutan.

Kami dipaksa lari ke kota.
Meneriakkan perlawanan.
Menantang ancaman jeruji.
Menantang mereka yang membakar ladang.

Bertopi caping memanggul cangkul. Memanjati dinding istana penguasa.
Para tuan-tuan wakil rakyat.
Menunjukkan bahwa derita kami nyata.
Bukan slogan kampanye belaka.

Bukankah tuan-tuan ini yang empat tahun lalu mengetuki gubuk kami.
Dengan sekarung beras dan beberapa kerat roti.

Bukankah tuan-tuan ini yang empat tahun lalu berjanji.
Mengikat saudara pada kami kaum nestapa.

Oh
Amuk
Luka
Derita kaum papa.
Tidak cukupkah dusta sekian puluh tahun menyadarkanmu.
Dusta adalah sarapan pagi mereka.
Lalu kini ketika derita nyata menagih janji.
Mereka menerimamu dengan gulungan kawat berduri.
Lalu dari atas tangga kekuasaan.
Lima ratus meter dari tempatmu berdiri.
Dipisahkan barisan polisi.
Mereka kembali berjanji.

Datanglah tiga puluh hari lagi.
Kami akan bersidang.
Sebelum membuat keputusan-keputusan.
Karena keadilan harus merata.
Bagi petani pun juga pengusaha.

Begitulah pidato mereka
Sementara di desa tangan-tangan yang menanam jagung telah dikirim ke penjara.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun