Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Artikel Utama

Iklan Yayasan Denny JA dan Hasil Survey LSI

28 Oktober 2013   17:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:55 3228 17

Ini berawal dari keisengan penulis mengamati iklan yang dibuat oleh Yayasan Denny JA, tentang gerakan Indonesia Tanpa Diskriminasi (ITD). Iklan itu sudah setahunan ini tayang di televisi, karena beberapa adegan dari iklan tersebut diambil dari potongan-potongan peristiwa deklarasi gerakan ITD pada tanggal 28 Oktober 2012, tepat setahun yang lalu. Iklan itu juga dimeriahkan dengan jinggle lagu yang cukup enak didengar, dinyanyikan oleh Anji Drive, Andre Hehanussa dan seorang biduanita (maaf penulis tak tahu artis penyanyi wanita tersebut). Frekuensi penayangan iklan itu cukup sering, terutama pada durasi primetime baik petang/malam hari maupun pagi hari.

Masalahnya, iklan itu hanya muncul di TV One, tidak ada di Metro TV, RCTI dan grup MNC TV lainnya, SCTV, Trans TV, entah di TV lain yang penulis hampir tak pernah menonton karena tayangannya didominasi sinetron atau infotainment. Adakah yang salah? Tentu saja tidak! Pemasang iklan berhak memilih di stasiun TV mana iklannya akan dipasang. Tentu pihak Denny JA punya alasan tersendiri kenapa memilih TV One sebagai stasiun yang secara eksklusif menayangkan iklan tersebut. Entah dengan ANTV yang sama-sama “milik” Bakrie, apakah iklan itu juga ditayangkan di sana. Sebab penulis bisa dibilang tak pernah nonton ANTV.

Tentang gerakan ITD sendiri bisa dibaca pada Wikipedia Indonesia Tanpa Diskriminasi, hanya saja pada laman tersebut Wikipedia membubuhkan 2 tanda “warning” seperti tampak pada screenshoot di bawah ini. Artikel pada Wikipedia itu dianggap berkualitas rendah dan tidak memenuhi standar Wikipedia, karena ditulis seperti iklan. Karena itu masih harus di-wikifikasi dan karenanya Wikipedia meminta bantuan pihak lain. Artikel itu ditautkan dengan laman Wikipedia yang menulis tentang Denny JA, Ph.D.

Pada laman Wikipedia tentang biografi Denny JA sendiri, dituliskan bahwa Denny JA diberi label “king maker” karena “... perannya membantu kemenangan presiden dua kali (2004, 2009), 23 gubernur dari 33 propinsi seluruh Indonesia dan 51 bupati/walikota. Ia memenangkan semua pemilu presiden langsung yang pernah ada. Ia memenangkan lebih dari 60% gubernur seluruh Indonesia. Melalui enterpreneurshipnya, ia membuat konsultan politik menjadi profesi baru, yang berpengaruh.” (dikutip dari Wikipedia Denny Januar Ali). Dulu memang beredar kabar bahwa di balik iklan layanan masyarakat ketika SBY masih menjabat sebagai Menkopolkam pada Kabinet Megawati, Denny JA-lah sosok yang mengelola tampilan iklan itu. Bahkan ketika kemudian iklan itu menyulut kemarahan Megawati, berbuntut keluarnya SBY dari kabinet, citra SBY justru menanjak pesat karena issu itu “dikelola” dengan baik. Ujung-ujungnya, popularitas SBY meningkat tajam, terus naik tak terkendali sampai memenangkan 2 putaran Pilpres 2004.

Pada website LSI (Lingkaran Survey Indonesia) sendiri, tertulis slogan “Menang Satu Putaran Saja” dan sebuah motto Untuk menang dalam pemilihan langsung, seorang kandidat perlu lembaga survei di sebelah kanannya dan konsultan politik di sebelah kirinya”. Dan entah hanya kebetulan semata, setiap kali ajang Pilkada se-Indonesia, untuk penayangan acara quick count, TV One selalu menggandeng LSI. Jadi seolah ada benang merah : iklan yayasan Denny JA tayang eksklusif di TV One, sebaliknya TV One secara eksklusif menggandeng LSI milik Denny JA untuk setiap tayangan acara hitung cepat Pilkada di berbagai daerah.

Sepekan lalu, LSI merilis survey tentang elektabilitas capres 2014 yang membatasi capres dengan 3 syarat : pertama, capresnya dicalonkan oleh 3 partai besar atau teratas dalam perolehan pemilu 2014, kedua pengurus struktural partai atau pemenang konvensi, dan ketiga dicalonkan secara resmi oleh partai. Dengan kriteria tersebut, LSI mengabaikan munculnya nama Jokowi, Prabowo Subianto, Mahfud MD, Jusuf Kalla, dll. Sedangkan 3 nama yang muncul : Megawati, Aburizal Bakrie dan Dahlan Iskan, itulah yang dianggap capres riil. Tak heran jika publik dan beberapa pengamat politik langsung menduga ada udang di balik batu dari hasil survey LSI ini, karena bertolak belakang dengan hasil survey lembaga lain. Megawati seolah sudah memberikan sinyal bahwa dirinya tak lagi berminta bertarung pada pilpres 2014. Jadi, dengan demikian, urutan berikutnya adalah ARB. Sejak ARB intens beriklan di berbagai media dan mengkampanyekan diri pada media luar ruang (baliho, spanduk, papan iklan), baru survey Lsi inilah yang menyebut elektabilitas ARB cukup tinggi. Padahal, dalam banyak survey lainnya, popularitas dan elektabilitas ARB bahkan masih kalah dibanding JK, kolega separtainya.

Adakah semua ini hanya kebetulan belaka? Bisa jadi! Sangat bisa jadi ini kebetulan saja : Yayasan Denny JA mendapat kapling iklan yang frekuensi tayangnya cukup gencar di TV One, lalu TV One juga selalu menggandeng LSI dalam setiap hitung cepat, lalu yang terakhir kebetulan pula survey elektabilitas capres oleh LSI menempatkan Ical alias ARB pada posisi kedua yang hanya selisih sedikit dengan Megawati. Artinya, kalau Megawati kemudian tidak maju sebagai capres, maka Ical-lah yang tertinggi, sementara yang lain hanya capres wacana. Tapi.., tentu tak salah pula jika banyak yang menduga ini bukan kebetulan belaka, bukan? Mari kita lihat 2014 nanti, apakah Denny JA masih jadi the king maker dan jagoannya bisa memenangkan Pilpres dalam 1 putaran saja.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun