Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Memotret Awan dan Bayangan Diri (WPC - 16)

8 Agustus 2012   05:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:06 895 12

Saya paling suka memotret awan-awan yang gumpalannya bentuknya aneh-aneh tapi indah. Karena bentuk awan itu sendiri sudah eksotis bahkan kadang dramatis, hasil foto pun jadi kelihatan bagus. Bentuk gumpalan awan selalu membuat saya kagum pada Penciptanya. Itu makanya tiap kali melihat bentuk awan yang bagus, saya tergerak untuk mengabadikannya dalam foto.

Biasanya, gumpalan awan putih bersih justru ada ketika langit sangat cerah dan mentari sedang panas-panasnya, antara jam 12 sampai jam 2 siang. Area lapang di kantor saya yang tidak terhalang gedung-gedung tinggi, membuat saya punya banyak kesempatan untukmengeksplorasi keindahan awan. Tapi tak selalu siang hari panas kita bisa mendapatkan awan seputih kapas yang indah.Pagi hari jam 6 pagi pun, asalkan cuaca cerah, kadang langit berawan. Salah satunya saat saya mengabadikan Hana,keponakan kecil saya yang sedang ikut saya berjalan-jalan pagi, dan menghasilkan foto yang kesannya dia sedang melayang di awan.

Foto itu saya ambil dengan cara berjongkok di bawah Hana, sehingga seluruh latar belakangnya awan. Untuk mendapatkan kesan Hana sejajar dengan tinggi atap rumah, saya sedikit berdiri, tapi tetap dengan posisi miring untuk mendapatkan sudut pengambilan gambar sehingga tanmpak atap rumah saja sejajar dengan kepala Hana. Kebetulan si kecil yang satu ini genit dan sangat suka di foto. Tanpa disuruh bergaya pun, ia merancang gayanya sendiri. Mulai sekedar membentangkan tangan seolah ia akan terbang, memiringkan kepala di telapak tangannya, membentuk “love” dengan kedua tangannya, pokoknya aneka gaya yang saya tak tahu dia belajar dari mana. Hasilnya, cukup memuaskannya. Katanya “fotonya keren.., aku bisa terbang di awan”.

Nah, kalau yang ini foto-foto berlatar awan yang saya ambil di kantor saya sekitar jam 2 siang. Lihat foto berikut: obyek utamanya sebuah crane angkat yang diapit 2 buah tanaman liar. Dari foto ini seolah tinggi perdu liar itu hampir setinggi crane. Padahal, itu cuma perdu liar yang tinggi nya tak lebih dari semeter. Sudut pengambilannya saja yang membuatnya seolah tanaman menjulang setinggi crane. Jarak antara crane dengan perdu-perdu liar itu hanya sekitar 3 – 7 meter saja.

Dengan sudut pengambilan gambar yang berbeda, lihatlah perbandingan crane dengan perdu liar yang sebenarnya. Untuk mendapatkan gambaran seberapa besar crane itu, saya coba foto dari sudut pengambilan sejajar, bisa dilihat crane itu besar dan tinggi sekali, bahkan tingginya sekitar 3-4 kali tinggi container. Bandingkan dengan atap-atap gudang beberapa meter di sebelahnya.Jadi..., sudut pengambilan gambar yang berbeda bisa mewnghasilkan kesan seolah perdu liar jadi tanaman menjulang setinggi crane.

Selain iseng memotret awan, saya juga kadang iseng memotret bayangan tubuh saya sendiri. Memotret bayangan ini saya ambil pada golden hours, sekitar jam 8 – 9 pagi, usai senam. Susah-susah gampang memotret bayangan diri sendiri. Sebab, jangan sampai tangan kelihatan memegang kamera. Dengan sedikit meliukkan tubuh untuk mendapat efek bayangan yang bagus, tapi keseimbangan tubuh tetap terjaga agar tak jatuh dan kamera di tangan tak goyang saat menjepret. Ada juga hasil foto yang seolah bayangan saya sedang berlari, padahal posisi stagnant di tempat.

Puas bereksperimen dengan bayanagn tubuh di tanah, saya mencoba mencari back ground yang bertekstur. Ini dia fotonya. Jika dilihat sepintas seolah bayangan tubuh di tembok tegak, padahal itu lantai parkir. Yah.., bereksperimen dengan aneka gaya memotret dan sudut pemotretan memang menantang dan hasilnya kadang di luar dugaan.

KUNJUNGI GALERY WPC – 16, SOAL SHOOTING ANGLE

DAN NIKMATI FOTO-FOTO LUAR BIASA JEPRETEN PESERTA LAINNYA

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun