Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Artikel Utama

KPK, Berhati-hatilah Memilih Justice Collaborator

3 Mei 2012   10:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:47 1077 4

Rumah Bu RT kecurian. Sebuah laptop, kamera digital serta arloji mahal, ditemukan hilang. Tak ada yang rusak di rumahnya, tak ada tanda mencurigakan, pokoknya nyaris saja tak ketahuan. Sehari-hari, yang berada di rumah ya cuma si Parti – asisten rumah tangganya – ketika semua penghuni rumah pergi bekerja atau sekolah. Si Parti sampai bersumpah-sumpah dirinya tak mencuri. Bu RT setengahnya percaya Parti orang baik. Tapi akhir-akhir ini memang dilihatnya gaya hidup Parti berubah. Dia suka membeli barang-barang mahal di mall, yang menurut perkiraan Bu RT tak mungkin terbeli dengan gaji Parti. Parti juga belakangan sering didatangi beberapa lelaki dari kampung sebelah komplek, yang menurut perkiraan Bu RT salah satunya pacar Parti.

Bu RT memutar otak, mengira-ngira siapa pencurinya. Tiba-tiba ia yakin pasti ada sekelompok orang yang telah mencurinya, BUKAN Parti, tapi DENGAN BANTUAN Parti. Sebab tak mungkin pencuri leluasa masuk rumah kalau tak dibukakan pintu pagar oleh Parti. Parti hanya berperan memberitahu mereka kapan saat yang aman, dimana barang diletakkan dan membukakan pintu bagi para pelaku. Akhirnya, Bu RT membujuk Parti, kalau ia mau membantu Bu RT mengungkap siapa pelaku pencurian, gajinya akan dinaikkan, belum lagi diberi insentif mingguan untuk jajan dan boleh nonton bioskop sekali sebulan. Meski sebenarnya Bu RT tahu si Parti ini pernah beberapa kali berbohong, tapi apa boleh buat?

Si Parti kontan mengiyakan. Bu RT senang bukan kepalang, sudah terbayang dia bisa menggulung komplotan maling yang suka menjarah rumah-rumah di komplek saat penghuninya pergi. Tinggal di laporkan ke Satpam komplek, beres! Komplek jadi aman. Tapi ternyata Bu RT salah perhitungan. Parti malah mengarang kisah dramatis : ia didatangi sekelompok orang yang menyatroni rumah Bu RT, mengancam Parti dan akhirnya menguras barang berharga di rumah. Tak lupa pula agar ceritanya mengena, Parti memberikan ciri-ciri pelakunya lengkap. Akhirnya, Parti diajak ke Polsek untuk melaporkan “orang-orang” yang berbuat jahat. Polisi membuat sketsa wajah para pelaku dan hari berikutnya menyebar gambar sketsa wajah itu di seantero kampung dan komplek.

Hari berganti, bulan berlalu, pelakunya tak pernah tertangkap. Jelas saja tak tertangkap, lha wong semua itu cuma kisah rekaan Parti saja kok! Sementara, karena sudah kalah janji, Bu RT terpaksa memenuhi janjinya menaikkan gaji Parti, memberinya insentif uang jajan mingguan dan memberi uang pembeli tiket kalau Parti hendak nonton bioskop sebulan sekali. Pada saat yang bersamaan, Bendot, pacar Parti, tertawa terbahak-bahak bersama komplotannya yang menjarah rumah Bu RT. Mereka menertawakan kepolosan Bu RT. Tak lupa, Bendot dan kawan-kawan menyisihkan beberapa lembar lima puluh ribuan untuk diberikan kepada Parti sebagai upah kerja sama mereka. Jadi Parti kanan kiri dapat upeti. Dari Bu RT dapat, dari pacar dan komplotannya juga dapat. Cerdik!

--------------------------------------------------------------------

TEPATKAH SEORANG YANG MEMBERIKAN KESAKSIAN BOHONG DIJADIKAN JUSTICE COLLABORATOR?

Hanya berselang 2 hari setelah Angie ditahan KPK, beredar kabar di media massa bahwa KPK menawarkan kepada Angie untuk menjadi justice collaborator demi mengungkap pelaku lainnya. Entah siapa nara sumber yang dikutip media massa, karena ternyata Johan Budi, jubir KPK kemudian membantah rumor tawaran KPK ini. Apakah bantahan itu dibuat karena tawaran itu memang belum pernah ada, atau karena sudah menuai kritik dari para pengamat hukum dan aktivis anti korupsi. Yang jelas, dari kubu Angie pun belum mengkonfirmasi kebenaran kabar soal tawaran itu. Pengacara Angie – Tengku Nasrullah – juga tak pernah mengiyakan kalau ditanya tentang tawaran KPK itu.

Pagi tadi, saya membaca pernyataan Bung Johnson Panjaitan, aktivis anti korupsi sekaligus praktisi hukum. Tegas Johnson mengatakan Angie tak pantas dijadikan justice collaborator (JC) karena ia sudah berbohong. Memang, kesaksian Angie pada 15 Pebruari lalu dalam persidangan Muhammad Nazaruddin, dinilai semua pihak sebagai kebohongan yang teramat sangat. Angie bahkan tampak sangat tenang menyangkal semua pertanyaan dari kubu Nazar dan para pengacara kakapnya – meski Angie tak berani bertatapan muka/ beradu pandang dengan Nazar – dengan kata-kata : tidak benar, tidak pernah, tidak tahu. Angie bahkan mengubah intonasi suaranya yang biasanya cepat dan ceria, menjadi pelan, lambat, tenang dan bahkan sedikit berlogat Jawa.

Seluruh isi komunikasi BBM antara dirinya dan Mindo Rosalina Manullang yang ada dalam BAP Rosa maupun Angie, dibantahnya, meski Hotman Paris sudah menjebak Angie dengan pertanyaan lain semisal fakta kehidupannya, yang semua itu sama persis dengan apa yang dibicarakan di BBM. Dalam persidangan selanjutnya, 2 minggu kemudian, ketika hendak dikonfrontir dengan Rosa, mendadak Rosa sakit sehingga Angie selamat! Kali ini pun, ketika kepadanya ditunjukkan beberapa fotonya memegang BlackBerry yang sama pada berbagai kesempatan berbeda, Angie tetap saja dengan jawaban mantab : “Itu BUKAN BB saya. Yang Mulia!”.

Kebohongan Angie yang telanjang inilah yang kemudian menyulut amarah publik. Perilaku korup saja sudah menyakiti hati rakyat, masih ditambah pula berbohong. Sejak itu, luluh simpati publik pada Angie. Itu sebabnya, berbagai jajak pendapat dan wawancara yang dilakukan media massa pasca penahan Angie, mayoritas sangat mendukung agar Angie ditahan di dijatuhi hukuman berat. Bahkan ketika Angie mengeluh sakit sinusitis yang dibesar-besarkan oleh pengacaranya, publik tetap tak kasihan pada Angie. Apalagi esoknya KPK mengeluarkan release yang menyatakan sakit sinusitis Angie sama sekali tidak akut dan tak berbahaya.

Kembali ke soal tawaran mejadi JC, kalau saja itu benar, sudahkan KPK berpikir jauh kemungkinan apa saja yang bakal terjadi? KPK bisa belajar dari fakta empiris selama ini. Ketika dirinya ditetapkan sebagai tersangka pada 3 Pebruari 2012, Angie langsung berkicau di Twitter bahwa ia akan MELAWAN, dirinya TAK MAU DIKORBANKAN. Bahkan Angie sempat menulis curhat di blog pribadinya, semua ini rekayasa jahat terhadap dirinya, karenanya ia AKAN MEMBUKA SEMUANYA. Karena itu, kesaksian Angie pada 15 Pebruari menjadi anti klimaks dari harapan publik. Ya, Angie telah dengan sukses menggiring opini publik bahwa dirinya TAK BERSALAH. Angie telah berupaya mengecoh publik, seolah-olah ia akan membongkar konspirasi jahat di tubuh partainya. Ternyata, Angie justru pasang badan dengan mengingkari semua percakapannya dengan Rosa melalui BBM.

Setelah 2x kehadirannya di persidangan Nazar, Angie justru kembali pulih rasa percaya dirinya, dengan mengundang insan pers datang ke rumahnya, menyatakan ia akan kembali aktif di DPR. Kini pun, setelah di tahan, Angie masih berusaha menggiring opini publik untuk mengasihani dirinya, melalui berbagai pernyataan pengacaranya. Satu hal yang sering diulang-ulang Tengku Nasrullah : Keanu terus menerus menangis, karena anak usia 2 tahun itu tak mau lepas dari gendongan Maminya dan menolak digendong Omanya.

Padahal, seperti kita tahu, aktivitas Angie sehari-hari di DPR tentu tak memungkinkan ia selalu dekat dengan Keanu. Saat sidang paripurna DPR membahas rencana kenaikan harga BBM pada 30 Maret lalu yang berakhir sampai dini hari tanggal 31 Maret, tampak jelas di sorot kamera wajah Angie yang terus mengikuti sidang sampai usai. Bukankah ini artinya Keanu sudah terbiasa ditinggal Angie seharian sampai tak pulang? Begitupun ketika Kongres PD di Bandung pada Mei 2010, Angie dan Adjie keduanya masuk dalam tim inti pemenangan Anas Urbaningrum. Kongres diadakan 3 hari 2 malam di Bandung dengan acara sangat padat dan sarat lobi-lobi politik. Jadi, Keanu yang saat itu baru berumur 8 bulan – dan mestinya masih menyusui – sudah ditinggal Angie, bukan?

Lalu kenapa Keanu yang kini berusia 2 tahun 8 bulan menolak digendong Omanya? Ya tentu saja wajar, sebab Mamanya Angie sehari-hari bermukin di Manado, tidak di Jakarta. Jadi Keanu tak terbiasa dengan Omanya, ia lebih familiar dengan baby sitternya, seperti tampak dalam acara Just Alvin di Metro TV, dimana tampak Keanu sehari-hari dengan baby sitternya. Nah, menggiring opini publik dengan menggunakan alasan anak batita ini sebenarnya bagian dari upaya Angie untuk merayu KPK agar mengabulkan penangguhan penahanannya. Kalau begitu, masihkah KPK layak percaya 100% pada Angie?

JC seharusnya bukan karena dirayu dengan iming-iming dari penyidik. Seperti halnya Agus Chondro yang atas kesadaran pribadi melaporkan sendiri gratifikasi cek pelawat yang dterimanya, kemudian membeberkan siapa saja koleganya di Komisi IX yang menerima gratifikasi serupa. Begitu pula Wa Ode, yang kemudian mengungkap liku-liku penganggaran di Banggar dan menceritakan peran para Pimpinan Banggar kepada KPK. Kedua orang ini melakukannya BUKAN karena IMING-IMING dari KPK, tapi karena memang keinginannya sendiri.

Sementara, dari sisi Angie, menguntungkankah menjadi JC? Bukankah tanpa menjadi JC pun vonis yang bakal di terimanya pasti tak lebih berat dari Nazar si pelaku utama? Kalau Nazar saja kena 4 tahun, Wafid Muharram 3 tahun, Rosa 2,5 tahun dan El Idris 2 tahun, Angie bisa berharap dirinya mendapat hukuman lebih ringan dari itu. Belum lagi dipotong masa tahanan, dikurangi remisi plus bisa menjalani pembebasan bersyarat setelah cukup menjalani 2/3 masa tahanan saja, maka bisa jadi Angie cukup mendekam di penjara tak sampai setahun saja. Tak perlu repot-repot jadi JC!

Lagi pula, kalau ia masih tetap bekerjasama melindungi koleganya di partai, nanti 2014 masih ada kesempatan maju lagi pada Pileg 2014. Ini Indonesia, mantan koruptor mencalonkan diri bukan tak mungkin tetap bisa terpilih. Kalau Angie tetap kompak dengan Ketua Besar dan Boss Besar, harta kekayaan hasil korupsi berjamaah juga tak akan diungkit-ungkit. Belum lagi jaminan keluarganya akan tetap aman selama dirinya kost di bui. Sedang kalau jadi JC, salah satu syaratnya harus mengembalikan harta hasil korupsi/suap, seperti halnya Agus Chondro mengembalikan mobil yang dibelinya dengan cek pelawat, serta sisa uang yang dicairkan dari cek pelawat.

So, KPK tak usahlah terlalu muluk berharap Angie mau bekerjasama jadi JC. Alih-alih nanti malah KPK dibohongi Angie. Lebih baik KPK fokus menajamkan penyidikannya, mengorek keterangan dari saksi lainnya dan mencari alat bukti yang cukup, untuk menyeret komplotan jamaah pelaku korupsi. Semoga KPK tak menggantang asap dari seorang pembohong. Publik pun tak perlu terlalu berharap Angie akan berbalik arah menyerang Demokrat, seperti dulu ketika publik berharap Angie memberikan kesaksian jujur setelah ia mengutarakannya di Twitter. Ingatlah selalu : Angie artis bertalenta yang selalu bisa memerankan apa saja di panggung sandiwara politik.

CATATAN :

Kisah Pak RT menghadapi kebohongan ala Angie, ada di sini : Kemenangan Angelina

Kebohongan Angie bisa dibaca di sini : Kebohongan Angelina

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun