Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Semenit di Festival Tenda Bangkit

1 Juni 2012   10:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:31 39 0

Alun-alun kidul Minggu pagi itu begitu ramai. Ratusan orang berseragam bersiap berbaris rapi dikelilingi belasan tenda yang didirikan di sekitarnya. Sebuah podium megah di tengah lapangan. Beberapa mobil ambulans, pemadam kebakaran, dan tim sar terparkir di tepi jalan. Pagi itu, pukul 05.30 dilangsungkan upacara memperingati detik-detik gempa Jogja 6 tahun silam.

Segera setelah inspektur upacara memasuki lapangan dan penghormatan peserta upacara kepada inspkektur upacara sirine berseru dari kendaraan penanggulangan bencana, riuh selama 60 detik, menandakan waktu terjadinya gempa Jogja sekaligus sebagai penanda dimulainya upacara. Inspektur upacara, Wakil Gubernur DI Yogyakarta Sri Pakualam IX, menyampaikan amanat upacara. Menurutnya bencana gempa Jogja 2006 telah menimbulkan kerugian jiwa dan harta yang besar. Oleh karena itu masyarakat dihimbau untuk terus waspada terhadap kemungkinan bencana yang akan terjadi. Apalagi Indonesia berada di atas tiga lempeng benua, Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, sehingga rawan bencana seperti gempa bumi, tanah longsor, tsunami dan lain sebagainya. Kegiatan peringatan gempa dalam rangkaian Festival Tenda Bangkit ini perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapsiagaan seluruh elemen masyarakat untuk menyatukan persepsi seluruh stake holder dalam mendukung penanganan bencana, baik pra-bencana, saat bencana, maupun pasca bencana. Masyarakat telah memiliki modal sosial yang berakar pada budaya sendiri yaitu semangat kebersamaan. Dengan semangat itu masyarakat mampu bersama-sama melewati bencana yang terjadi.

Festival Tenda Bangkit diselenggarakan bersama-sama oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan komunitas relawan. Di sana didirikan tenda BNBP, Basarnas, Paskhas, Dinas Sosial, rumah sakit lapangan, Tagana, komunitas Pareanom, dan Srikandi Mataram.

Di tenda-tenda tersebut juga dipamerkan berbagai kendaraan dan peralatan yang digunakan untuk penanggulangan bencana seperti perahu karet lengkap dengan dayungnya, tali, pelampung, serta beberapa dokumentasi kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh para relawan.

Kegiatan festival tenda bangkit tersebut mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Orang-orang yang sedang berolah raga di sekitar alun-alun kidul tertarik untuk mengunjungi tenda-tenda peserta festival Tenda Bangkit. Masyarakat bisa mendapatkan informasi mengenai sistem manajemen penyelamatan yang dilakukan oleh tim SAR dan komunitas relawan.  Apalagi ada beberapa tenda yang memberikan makanan gratis, seperti tenda Basarnas yang memberikan biskuit gratis kepada pengunjungnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun