Bermacam-macam analisis tentang penyebab dan penanggulangan banjir muncul ke permukaan.
Silang pendapat di muka umum antara menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Ph.D. dan gubernur DKI Anies Baswedan, Ph.D. tentang cara penanggulangan banjir seakan menjadi bumbu pelengkap penderitaan korban banjir.
Pak menteri mengatakan bahwa selama penyusuran kali Ciliwung ternyata sepanjang 33 km yang sudah dinormalisasi sepanjang 16 km aman dari luapan, tapi yang belum dinormalisasi tergenang.
Pak gubernur berpandangan bahwa selama air dibiarkan dari selatan masuk ke Jakarta dan tidak ada pengendalian dari selatan, maka apa pun yang dilakukan di pesisir termasuk di Jakarta tidak akan bisa mengendalikan airnya.
Masyarakat dibuat bingung, dari kedua pernyataan pejabat publik itu mana yang benar, mana yang bisa dipercaya. Yang masyarakat tahu bahwa banjir sudah terjadi dan menelan korban jiwa dan materi yang tidak sedikit jumlahnya.
Menurut penulis, kedua pandangan pejabat ini bisa saja benar dua-duanya atau salah dua-duanya.
Kenapa?
Jika dicermati, penyebab banjir di Jakarta setidaknya disebabkan oleh tiga hal, yakni:
- Hujan lokal yang deras dengan durasi yang cukup lama sehingga volume air di pemukiman warga dan jalan-jalan meningkat secara derastis;
- Meluapnya sungai-sungai di Jakarta karena kiriman air dari hulu;
- Kombinasi keduanya.