Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Bekasi Punya Wayang Kulit Lho! (Anak Bekasi Kudu Baca!!)

17 Januari 2014   19:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:44 594 1
Kesenian wayang kulit ternyata tidak hanya dikenal di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta, tetapi daerah urban seperti bekasi juga mengenal kesenian tersebut. Bagaimana sih, asal - usul wayang kulit di Bekasi? Berikut ulasannya.

Wayang kulit Bekasi masih satu kesejarahan dengan wayang kulit di lainnya di pulau jawa, hanya saja perbedaan terletak pada latar sosiologis dan pengaruh budaya lingkungannya. Alkisah ada seseorang yang bernama Balentet pada 1895 mengembara ke Cirebon untuk belajar ilmu pedalangan bersama pesohor kerajaan disana, ia mula-mula diajarkan dasar ilmu pedalangan selanjutnya mengenal Wayang Golek, Wayang Kulit Semar, Wayang Kulit Pandawa Lima hingga Wayang Cirebonan. Namun, balentet memilih Wayang Kulit Pandawa Lima sebagai bidang keilmuan dalangnya.

Setelah dirasa cukup berguru soal dasar ilmu pedalangan, sekitar tahun 1900 Balentet berniat memperdalam ilmu Wayang Kulit Pandawa Lima kepada guru wayang di Bekasi, yaitu : Mbah Raisun, Mbah Cepe dan Mbah Belentuk hingga tahun 1910. Delapan tahun kemudian, Balentet mulai mendalang dari kampung ke kampung seantero Bekasi. Ia mendedikasikan seumur hidupnya pada dunia wayang, sampai akhir hayatnya. Sebagai dalang kondang di Bekasi, menjelang akhir hayatnya Balentet mewariskan keterampilan mendalangnya kepada putra-putranya, diantaranya Naman Sanjaya Balentet, dan Namin Balentet.

Keterampilan mendalang putra Balentet ini cukup terkenal di wilayah Bekasi, karena cara memainkan wayang dan pertunjukan wayang itu sendiri yang sangat egaliter. Sebagai seni pertunjukan yang merakyat, wayang kulit Bekasi biasa dipertontonkan di tengah-tengah masyarakatnya.

Adakalanya pertunjukan wayang kulit Bekasi ini dipersembahkan dalam acara hajat bumi sebagai peristiwa yang dianggap sakral. Namun, sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini melayani pula pesanan atau tanggapan dari masyarakat yang akan melaksanakan kenduri, baik khitanan maupun pernikahan.

Pertunjukkan Wayang Kulit Bekasi terbagi dalam tiga tahapan, yaitu sebagai berikut.

Pertama adalah bubuka, dimulai pada pukul 20.00 sampai tengah malam.

Bagian ini menjelaskan keseluruhan cerita yang akan dipertunjukkan dengan diawali penjelasan Ki Dalang tentang cerita yang akan disajikan, kemudian dilanjutkan dengan tatalu, rajah, nyandera atau menjelaskan adegan-adegan yang akan dipentaskan (patetnem).

Kedua adalah isi cerita, berlangsung dari tengah malam sampai kurang lebih pukul 03.00 dini hari. Bagian ini mempertunjukkan bagaimana beberapa persoalan dalam sebuah lakon dipecahkan (patetsanga).

Ketiga adalah tutup kayon dari pukul 03.00 dini hari sampai pertunjukan selesai.

Wayang Kulit Bekasi dalam gaya permainannya mendapat pengaruh besar dari Wayang Golek Sunda, meskipun dialek yang dipakai adalah betawi pinggiran. Namun, pengaruh sunda tetap erlihat pada intonasi, narasi, dan struktur melodinya. Pertunjukkan Wayang Kulit Bekasi diiringi dengan vokal, dan Gending iringan Sunda. Adapun jenis musik yang digunakan dalam pertunjukkan dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu : Musik Pembuka, Musik Wayang, Musik Perang, Sound Effect, Musik Hiburan dan Musik Penutup.

Beberapa cerita yang sering dibawakan dalam pementasan Wayang Kulit Bekasi, yaitu : Aji Sukirana, Barong Sapu Jagal, Muris Kawin, dan Semar ketemu jodoh. Seiring perkembangan zaman, kesenian khas Bekasi ini tetap lestari berkat sifat egaliter dalam pemakaian bahasa di tiap pertunjukkannya. Salah satu kampung di Kabupaten Bekasi yang terkenal akan wayang kulitnya, yaitu Kampung Bojong Satria Jaya, Tambun.

Demikian penjelasan mengenai kesenian Wayang Kulit Bekasi, semoga bermanfaat dan menjadi pengingat bagi anak muda asal Bekasi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun