20 Mei 2017 07:12Diperbarui: 20 Mei 2017 08:463451
Berbagi sedikit kisah disela-sela menyambut kedatangan mahasiswa baru Universitas Negeri Surabaya, tepatnya kemarin (16/5). Ketika sedang duduk-duduk, kebetulan berbincang-bincang ringan dengan salah seorang ibuk yang mengantar putrinya. Iseng-iseng nyapalah karena pas duduk disebelah. Tanya asal, ee.. ternyata satu kampung halaman. Akhirnya ngalir deh ceritanya. Awal bertanya tentang ukt yg didapat. Yaa,, lumayan mahal (muahal menurut saya). Dan ternyata beliau adalah seorang petani, suaminyapun petani tulen menurut informasi yang diberikan ibuk tersebut. Tahulah, petani desa itu kayak apa. Kalau ndak tahu sedikit informasi saja ya. Petani desa itu bukanlah petani yang lahan sawahnya luas banget, tidak. Tapi cukup untuk makan sehari-hari. Ada ladang untuk menanam umbi-umbian dan tanaman musisman. Rata-rata di daerah saya begitu. Kalau untuk makan setiap hari saya rasa cukup akan tetapi jika untuk membiyai anak sekolah tidaklah dirasa cukup. Makanya kenapa banyak orang desa yang lebih memilih merantau ke luar negeri. Karena untuk hidup di atas kata cukup itu penghasilan pas-pasan. Apalagi anak yang kuliah dengan ukt tinggi dan membutuhkan biaya hidup yang cukup tinggi. Jika hanya mengandalkan tanaman musiman yaaa pasti tidak nutut. (kecuali juragan tanah ya)
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.