Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Artikel Utama

Jarik Batikku, Kebanggaanku

14 Desember 2011   19:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:16 3551 9
[caption id="attachment_148801" align="aligncenter" width="300" caption="jarik batik ini aku pakai untuk menggendong anakku kemana-mana"][/caption]

“Dasar wong ndeso!! “, “Masa’ istri bule gendong anaknya pake jarik batik “ . Begitulah beberapa temanku mengomentari foto-foto di facebook ku yang menggambarkan aku sedang menggendong anakku menggunakan kain batik atau yang lebih dikenal dengan sebutan jarik. Sepertinya saat itu belum musim yang namanya program berbatik ria setiap hari jumat demi menunjukkan bahwa batik memang kepunyaan negeri kita bukan kepunyaan negeri tetangga kita.

Padahal sebenarnya harus diakuilah banyak juga lho orang kita yang malu pakai batik untuk dipakai sehari-harinya termasuk malu menggendong anaknya menggunakan jarik batik. Alasannya macam-macam, ada yang bilang jarik itu kuno, ketinggalan zaman, ndeso koyok simbah-simbah di kampung, lebih parah lagi ada yang menghina seperti iklan di TV “Harree Guinii masih pakai jarik?? Capeee deeh..”

Aku adalah ibu dari tiga orang anak dan dari mereka usia bayi aku menggendong anakku dengan gendongan jarik batik, tak peduli lagi apa kata orang lain yang melihatku. Memang sekarang banyak dijual gendongan kangguru, katanya lebih mudah penggunaannya seperti kita memakai tas ransel, mau gendong ke depan bisa, mau gendong ke belakang oke sajalah. Suka-suka yang mau gendong. Tapi... Tetap saja menurutku gendongan kangguru lebih rumit cara pakainya ketimbang jarik batik. Aku lebih suka jarik batik karena cara memakainya, sangat sederhana dan yang pasti niih.. bisa menyembunyikan bayi yang sedang menyusu ASI. Aku menggendong pakai jarik hanya sampai umur anak 2 tahun, jadi setelah lepas masa menyusui anak sudah tidak pakai jarik tapi gendongan yang lain ala backpacker, tentu saja tidak banyak menggendong anak lagi karena dia sudah bisa jalan kaki sendiri.

Kebiasaan menggendong anak pakai jarik batik pun tetap kulakukan saat mudik ke negeri suami di Hungary. Beberapa teman yang bule dan mereka juga mempunyai bayi terheran-heran melihatku menggendong bayiku dengan kain yang menurut mereka ukurannya pendek cuma 2 meter dan cara mengikat kain pun mudah sekali, lha iyalah di Eropa sana juga ada lho ibu-ibu yang memakai gendongan kain untuk bayinya, hanya saja kainnya jauh lebih panjang, mungkin 2x panjang jarik, dan cara ikatnya lebih rumit dari jarik, dikarenakan mereka lebih mengutamakan keselamatan bayi, malah terkadang butuh bantuan orang lain tuk memasukkan sang bayi ke dalam gendongannya.

Ketika mereka melihatku menggendong bayiku, mereka bertanya “apakah tradisi di negeriku menggendong bayi dengan jarik? Apakah tidak takut bayinya jatuh? Amankah untuk sang bayi?” Ya kalau dipikir-pikir memang tradisi dari zaman likiplik kali ya.. ibu-ibu di Indonesia kalau gendong bayinya pakai jarik dan aman-aman saja tuh..  :)

Ibu-ibu bule itu mengetahui bayiku menyusu dan setelahnya tertidur nyenyak tetap berada dalam gendonganku. Mereka menjadi tertarik dan ingin memiliki jarik dan belajar cara menggunakannya. Oi..Oi.. betapa bangganya aku saat itu.  :) Untunglah aku membawa 2 jarik yang masih baru, yang tadinya ingin kupakai sendiri sebagai gonta-ganti akhirnya kuberikan kepada mereka. Mereka menyukai kain dan corak batik tersebut. Wow..

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun