Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Seni dan Estetika

28 Desember 2010   07:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:18 10118 0


A. Hakikat Seni dan Estetika

1. Hakikat Seni

Seni adalah proses fundamental kemanusiaan. Setiap masyarakat dari yang paling primitif sampai masyarakat yang paling modern mengekspresikan dirinya melalui seni (Lowenfeld, 1982:3).H

Herberd Reed dan Lowenfeld (1982) menyatakan seni pada dasarnya sulit untuk dipahami dan dijelaskan dengan fakta. Secara fundamental seni merupakan organik dan fenomena yang dapat diukur, misalnya: pernafasan yang memiliki elemen ritmik, elemen ekspresi bicara. Seni memiliki dua prinsip, yaitu: prinsip bentuk dan keaslian, yang mana bentuk adalah fungsi persepsi dan keaslian adalah fungsi imajinasi.

Barret (1982) menyatakan seni sebagai suatu proses yang lebih dari pada bentuk fisik. Barret memberikan satu syarat mendasar dari seni yang ia katakan sebagai sifat dasar seni, yaitu:

a. Elemen Konsep

Pada elemen ini mempersyaratkan adanya ide, gerak hati (impulse), dan perasaan.

b. Elemen Operasional

Elemen ini meliputi media, materi, dan teknik.

c. Elemen Sintesis

Elemen ini merupakan dinamika visualisasi bentuk yang diarahkan pada struktur bentuk yang digunakan untuk menyampaikan konsep melalui materi-materi.

Muharam (1991) menyatakan seni atau kesenian secara umum dikenal sebagai rasa keindahan umumnya dan rasa keharuan khususnya yang melengkapi kesejahteraan hidup. Lebih lanjut Depdikbud (1983) membatasi seni adalah segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, sehingga dapat menggerakkan perasaan manusia.

Dengan demikian seni merupakan karya manusia yang melibatkan ide, gagasan, gerak hati, perasaan, pikiran, membuat, menyusun, memproses sehingga menghasilkan satu ujud visual yang memiliki nilai keindahan dan menimbulkan perasaan (subjektif).

2. Hakikat Estetika

Mayeski (1990) menyatakan estetis berkenaan pada satu apresiasi bentuk keindahan dan perasaan baru atau kekaguman. Misalnya melihat keindahan tenggelamnya matahari, mendengarkan ritme rintik air hujan. Muharam (1991) menyatakan estetika umumnya dikaitkan dengan pengetahuan keindahan, sedang batasan singkat estetika adalah filsafat dan pengkajian ilmiah dari komponen estetika dan pengalaman manusia. Selanjutnya dikatakan pengalaman estetis menekankan pada melakukan hal-hal untuk sesuatu yang orisinil, artinya: keindahan akan menjadi sempurna jika keindahan itu diciptakan bukan ditiru atau dimanipulasi.

Dua batasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa estetika dipergunakan dalam membahas secara teoritis arti estetika/indah atau hal yang bersifat estetik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa estetika sebagai sebuah subjek yang menentukan syarat-syarat estetis yang menganalisis dasar, wawasan dan implikasinya dari suatu fenomena mengenai estetika.

Estetika dapat dipandang dari berbagai aspek, tetapi pegangan untuk memahami nilai-nilai estetika yang dipergunakan dalam karya seni terdapat nilai bahwa estetika terdiri dari:

a. Absolutisme; doktrin tentang pembakuan suara/pengakuan mengenai keindahan. Penilaian dengan doktrin ini tidak dapat ditawar lagi, artinya: karya yang tidak memenuhi syarat maka karya itu tak mempunyai nilai.

b. Anarki; doktrin ini menyerahkan penilaian kepada masing-masing pribadi secara murni, subjektif dan tak perlu tanggung jawab.

c. Relativisme; doktrin ini menggunakan kriteria atau pembakuan tentang nilai estetika yang tidak mutlak (absolut), tetapi masih objektif dalam pemikiran karena karya berasal dari keinginan dan motivasi manusia abadi.

B. Peran Seni Dalam Kehidupan Anak

Beberapa peran seni sebagai ujud keindahan memiliki peran:

1. Pemenuhan kebutuhan; Lowenfeld (1982) menyatakan bahwa seni sebagai fundasi kemanusiaan manusia. Manusia secara sadar dan tidak sadar memiliki potensi mendasar untuk melakukan penyaluran ide, gagasan, dan gerak hatinya melalui aktivitas seni.

2. Terapi; Dengan berlaku, mencipta, berkarya, atau menikmati seni manusia dapat menghibur diri, melepaskan diri dari tekanan-tekanan dalam batinnya, sehingga jiwanya terpuasi.

3. Ungkapan atau Ekspresi; Dorongan untuk memunculkan pengalaman, keinginan, pikiran, harapan dan, gagasan membutuhkan perwujudan.

4. Komunikasi; Seni digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan yang ingin diungkapkan. Pesan akan lebih bertahan lama dan memiliki makna yang lebih luas dan dalam jika dikemas dalam media ungkap seni.

Bentuk dan jenis perkembangan seni anak melalui tahap perkembangan:

1. Tingkat manipulatif (eksplorasi); Pada tahap ini anak memerlukan berbagai alat bantu atau bahan ekspresi seperti: mencoret-coret, meremas-remas, memijit-mijit, dan sebagainya.

2. Tingkat Simbolik; Fase ini merupakan fase perkembangan ekspresi anak di mana mereka menghasilkan gambar-gambar/bentuk-bentuk tertentu yang bagi anak merupakan lambang-lambang dari penghayatannya. Pada tahap ini anak sering bercakap-cakap sendiri tentang apa yang dibuatnya, misalnya: "ini rumah", "ini kuda", meskipun gambar atau ujudnya sama sekali berbeda dengan apa yang diungkapkan, akan tetapi simbol ini sangat berarti bagi anak.

3. Tingkat dapat dikenal; Pada tingkat ini umumnya anak telah berhasil menciptakan bentuk-bentuk yang dapat dikenal, misalnya: pada lukisan atau gambarnya terlihat bentuk, rumah, ayam, bunga, pohon, dan sebagainya (5-7 tahun).

Uraian tersebut menunjukkan bahwa seni memiliki peran sebagai ungkap kreatif yang digunakan sebagai dasar pengembangan kegiatan (khususnya pada anak 2-7 tahun) melalui aktivitas bermain (play group) dan taman pengembangan selanjutnya (sekolah dasar).

Lowenfeld dan Brittain (1982) menegaskan peran seni, bahwa memberikan pengalaman seni yang lebih baik dan benar akan mengembangkan kemampuan-kemampuan dasar yang meliputi: emosi, intelektual, fisik, persepsi, sosial, estetis, dan kreativitas.

Selanjutnya Eisener (1972) menyatakan 5 kebenaran pengembangan dan pengajaran seni pada anak di sekolah:

1. Seni dapat digunakan sebagai dasar membantu mengembangkan pengertian yang dapat memberi kepuasan berpikir setelah bekerja.

2. Seni mengandung unsur pengobatan yang secara alami. Seni memberikan kesempatan meredakan emosi yang terkurung dan tak dapat diekspresikan, seni sebagai ekspresi diri dan dapat mengembangkan kesehatan mental.

3. Berpikir kreatif harus menjadi tujuan utama program pendidikan dan seni tidak dapat disangkal (hasil riset) memberikan sumbangan signifikan terhadap perkembangan berfikir kreatif.

4. Aktivitas membantu pemahaman bidang kajian lain; banyak studi sosial dan seni dapat menjadi pembentuk konsep.

5. Seni dapat mengembangkan otot halus yang memperbaiki koordinasi siswa.

C. Pendidikan dan Perkembangan Seni

Jalongo dan Issenberg (1993:68) menyatakan pendidikan seni mendasar pada 3 tujuan, yaitu: kreativitas, kemampuan, dan apresiasi dalam pencapaiannya meliputi 4 unsur pengetahuan, yaitu: (1) Hasil seni mencakup; buatan yang orisinil, penggunaan materi untuk mengungkapkan ide atau konsep, dalam proses membutuhkan teknik, (2) sejarah seni; perlu klasifikasi dan pengembangan keberadaannya, (3) kupasan seni; pengartian karya, bentuk dan nilai seni, (4) estetika; digunakan dalam apresiasi dan interpretasi objek seni dan kesadaran unsur seni dari lingkungan.

Kemampuan-kemampuan dasar yang telah dimiliki anak untuk berkreasi antara lain: (1) mengamati, mencoba, memanipulasi, bermain, menjawab pertanyaan, berteka-teki, diskusi kelompok, (2) berimajinasi tentang peran permainan, bermain kata, bercerita, menerapkan pengetahuan secara sederhana, (3) konsentrasi pada satu jenis tugas dengan waktu relatif singkat, (4) mengerjakan sesuatu dengan orang tua atau teman akrab, (5) menggunakan pengulangan sebagai kesempatan sebelum bosan (Jalongo dan Issenberg, 1993).

Tujuan pendidikan seni dan kerajinan tangan pada anak sekolah dasar adalah pengembangan sikap dan kemampuan siswa berkreasi dan apresiasi terhadap karya seni. Hal ini merupakan kelanjutan pendidikan pra sekolah yanng bertujuan untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta (kreatif) yang diperlukan anak didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.

Perkembangan seni anak dapat ditinjau secara rinci dari berbagai ujud seni itu sendiri, antara lain:

1. Tahap-tahap Perkembangan Seni Rupa Anak Usia SD

a. Tahap Scribbling sampai 4 tahun

Perkembangan seni rupa anak dilihat dari karakteristik gambar, penyajian ruang dan penyajian gambaran orang pada karya gambar anak secara garis besar adalah: Tahap scribbling dimulai dengan gambar yang tidak beraturan, kemudian sejalan dengan pengendalian motorik menjadi scribbling yang terkontrol, dan akhirnya menjadi scribbling yang mempunyai makna bagi dirinya sendiri.

b. Tahap Preschematic atau prabagan 4-7 tahun

Dimulai dengan menggambar suatu objek. Karakteristik gambarnya terdiri dari bangun geometri, bersifat relatif dan subjektif bermakna pribadi. Penyajian ruang; objek mengapung, kertas kadang berputar, proporsi antar objek belum ada. Penyajian gambar orang; kepala dan kaki menjadi objek pengembangan, tangan mulai dilengkapi.

c. Tahap Schematic (Pencapaian konsep bentuk) 7-9 tahun

Karakteristik pengembangan konsep dengan pengulangan perubahan dipengaruhi pengetahuan aktif tentang lingkungan, menggambar konsep dari ciri-ciri bukan persepsi, goresan tegas, langsung, pipih. Penyajian ruang; mendirikan objek tegak pada garis dasar, pengaturan objek dalam dua dimensi, gambar menyebar ke seluruh bidang. Gambar orang; pengulangan bagan, badan terlukis secara geometris, lengan dan kaki mulai diisi dengan penempatan benar dan proporsi dipengaruhi emosi.

d. Tahap Realis (9-12 tahun)

Pada tahap ini karakteristik gambar secara lebih baik telah siap untuk lebih rinci, ia memiliki kesadaran diri terhadap gambar-gambarnya, lebih siap untuk menampilkan fisik lingkungan, karakteristik lingkungan lebih menonjol dibanding kealamiahannya, belum memahami bangun dan bayangannya. Penyajian ruang; mendasarkan pada garis sehingga gambar nyata tapi masih tumpang tindih, mulai menghubungkan antar dua benda, mengetahui awan sebagai garis horison, berusaha menunjukkan hal yang tersembunyi melalui ukuran benda-benda. Penyajian gambar manusia bagian-bagian tubuh mulai terpisah, figur lebih jelas.

2. Perkembangan Gerak/Tari

Pada usia 5 tahun gerakan anak telah mempunyai irama gerakan yang banyak, interpretasi cukup baik, dapat melakukan gerakan mars, dapat menyesuaikan diri dalam permainan nyanyi dengan gerak tariyang sederhana. Pada usia 7-8 tahun anak mampu melakukan improvisasi gerakan dan mengatur gerakan dengan irama musik (tepuk tangan dengan tempo tertentu, alat musik dengan irama tepat). Pada usia ini anak mampu menerima berbagai instruksi yang rumit dan dapat mempelajari tarian rakyat sederhana menurut petunjuk orang dewasa (Saragih. 1994).

Gabbard (1987) menyajikan fase kemampuan gerak anak sebagai berikut: (a) pranatal - masa pertumbuhan atau sampai 0,5/1 tahun; merupakan fase reflexsive atau melakukan gerak secara reflek dengan karakteristik perilaku menghisap, merengut, meregang, dan memanjang, (b) masa pertumbuhan 1-2 tahun; merupakan fase elementer belum sempurna yang ditandai perilaku berguling , duduk, merangkak, berjalan, menarik, (c) fase fundamental gerakan dasar dan ketangkasan tanggapan 2-7 tahun ditandai dengan locomotor, non locomotor, gerak manipulatif, gerak dasar, (d) fase spesifik merupakan masa perbaikan kemampuan dasar dan gerak dasar. Penggunaan dasar dalam tari khusus,permainan olahraga, senam dan kemahiran dalam beraktivitas, (e) masa remaja mulai 12 tahun sebagai masa spesial yanng ditandai rekreasi atau persaingan mencapai tingkat aktivitas tertentu.

3. Perkembangan Musik

Anak usia 5-6 tahun mulai mengerti interval (melompat dan melangkah dengan melodi) dan dapat menunjukkan konsep musik cepat, lambat, tinggi, rendah, pendek, panjang. Mereka dapat menyuarakan dengan suara mengalun dan mempunyai register 5-6 nada. Pada usia 7-9 tahun mulai mendekati tingkat register suara 8-10 nada dan dapat menyanyikan lagu sederhana, mempunyai karakter. Mereka dapat menirukan lagu setelah mendengarkan dan dapat membaca lirik lagu, kemampuan mengingat lagu cukup baik. Anak dapat membedakan musik melalui mendengar baik di sekolah maupun di rumah, aspirasi kecakapan siswa sangat luas dan musik akan menantang anak untuk kegiatan anak, baik untuk anak lambat maupun berbakat (Horrison, N Lois, 1983).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun