Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mesir, Negeri Para Sufi yang Meredup

25 September 2012   15:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:42 1127 7
Beberapa minggu terakhir di Mesir, kami diajak temen Al Azhar untuk mengikuti pengajian Syekh Yusri al Hasani, salah seorang pengajar di Al Azhar dan pengikut tarikah Syaziliah. Ya karena dilalahnya lagi pengen ngaji juga, kamipun ikut aja.

Pengajian dilakukan setiap hari Jumat, abis Jumatan. Pembahasan yang dilakukan adalah kajian Al Hikam, karangan Atthoilah. Lumayan banyak muridnya, tetapi kebanyakan dari Indonesia, Malaysia, dan ada juga beberapa tampang Rusia yang ikutan. Yang dari Mesir malah dikit banget. Wadow, ternyata ngajinya pake bahasa arab. Kirain diselingin inggris juga. Jadinya aku cuman bisa dombloh deh, hehee

Ehmm, sebenarnya walaupun baru kali itu ikutan mengajinya, tetapi aku beberapa kali baca tentang beberapa tokoh sufi penganut Syaziliah ini. Diantaranya yang kutau misalnya Syekh Alawi, yang disebut sebagai Wali Sufi Abad 20 oleh Martin Lings. Murid muridnya kebanyakan adalah filsuf barat, seperti Guenon, Schuon, dan sebagainya, yang menjadi muslim (termasuk Martin Lings) oleh sang wali.

Dan beberapa tokoh agama yang berpengaruh hingga ke Indonesia, seperti Busyiri (pengarang Al Barzanji), Atthoillah, juga pengamal tarikah ini. Mereka, tokoh tokoh tersebut (bersama tokoh agama lainnya) meletakkan pondasi kehidupan agama yang toleran, indah, dan 'rahmatan lil alamin' di masyarakat Mesir.

Sedangkan Al Banna (juga seorang sufi, pengamal tarikah Syaziliah), meletakkan pondasi gerakan islam yang paling berpengaruh di dunia muslim, Ikhwanul Muslimin. Walaupun sekarang gerakan ini kurang begitu 'diwarnai' lagi oleh pemikiran sufistik, melainkan oleh naiknya pengaruh  kelompok Salafi di dalamnya, yang belum dominan, tetapi mereka mempunyai target untuk dominan.

Selain Syaziliah, di Mesir juga terdapat tarikah Rivai, Qadiriah, dan lain lain.  Makanya, suka disebut juga Mesir ini negeri para sufi. Tetapi, cahaya sufi ini kian meredup.

Kelompok Salafi bagi Sufi dan Koptik di Mesir

Sekarang, kekuatan yang sedang naik di Mesir adalah kelompok Salafi. Kelompok ini menguasai 24% pemilihan umum parlemen di Mesir, no.2 setelah IM yang meraih 47%. IM sendiri merupakan organisasi terbuka, dan tampaknya Salafi juga sudah memasuki IM dan mulai mendominasi IM.

Walaupun kelompok ini tidak mengikuti demo revolusi menentang Mubarrak dan militer, tetapi ikut mengambil keuntungan dari sistem demokrasi di Mesir. Selama ini kelompok Salafi mendukung Mubarrak dan mendukung perjanjian Mesir-Israel. Tentu berbeda dengan IM yang digencet habis oleh Mubarrak dan Sufi yang semakin terpinggirkan.

Dan kenapa sy khusus menulis tentang Salafi ini? Kalau mereka menjalankan prinsip damai, menjunjung tinggi perbedaan di masyarakat,  tentu saja tidak masalah. Tetapi beberapa kejadian berikut menunjukkan bahwa mereka mulai menunjukkan taring kekuasaannya terhadap umat muslim yang lain. Begitu juga terhadap kelompok minoritas Kristen Koptik di Mesir.

Beberapa kejadian ini menunjukkan hal tersebut: penghancuran tempat suci para sufi di beberapa mesjid. Begitu juga, kelompok Salafi juga menghalangi doa doa sufi dipanjatkan di mesjid ini. Dan mereka juga menghalangi ziarah kubur.  Hal ini sungguh memicu kemarahan beberapa Syekh Al Azhar, yang lantas demonstrasi turun ke jalan menentang tindakan anarkis ini. Dan akhirnya Grand MUfti Mesir 'memaksa' Salafi untuk rekonsiliasi dengan kelompok Sufi.

Selain itu, kelompok Salafi juga sempat membuat patroli untuk 'menilai' apakah kerudung seseorang itu pantes apa enggak. Kalau enggak, akan ditegur. Tentu saja, hal ini bikin umat muslim lain tidak nyaman. 'Padahal saya kerudungan aja dah bagus', komen seorang cewe yang bete banget  kena patroli mereka. Menjelang pemilu parlemen, karean butuh dukungan masyarakat, patroli ini dibubarkan.

Dan yang paling menyedihkan adalah apa yang dilakukan terhadap Kristen Koptik di Mesir. Ini adalah kejadian yang dilakukan Salafi terhadap Koptik:

1. Salafi memutilasi seorang Koptik

in March of 2011 in Qena, a number of Salafsts, including an off-duty policeman, accused a Copt named Ayman Metri of renting an apartment to a prostitute. Salafists cut off one of his ears and mutilated the other. As was the case under Mubarak, the police did not interfere to implement the law, but rather called for reconciliation among the religious communities (Marshall, 2011).

2. Menyerang toko liquor, satu tewas dan 8 terluka

(On March 28, a group of Salafists attacked a liquor store that was owned by a Copt in Kasr El-Bassil. They destroyed the store and demanded that coffee shops in the neighborhood be closed. One villager was killed and 8 others injured)

4. Di Imbaba, 2 gereja dibakar dan 18 orang tewas

Begitu juga yang terjadi di Aswan, gereja dibakar, dengan korban tewas 3 orang. Kejadian ini memicu demo umat kristen koptik ke Kairo. Mereka menuntut pemerintah menindak tegas para perusuh ini, yaitu kelompok Salafi (bukan muslim secara umum).  Dan demo ini malah berakhir dengan tindak kekerasan ke Kristen Koptiknya.

Dan mereka memang masih 24% (hasil parlemen). Tetapi mengapa hanya dengan 24% itu saja mereka sudah membuat warga Mesir lainnya bukannya semakin damai, tetapi malah was was?

sumber: Al Ahram Weekly, Islamopedia


KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun