Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Cara Pandang terhadap Berfoya-foya yang Berubah

3 April 2023   05:41 Diperbarui: 3 April 2023   06:42 758 12



Berfoya-foya dalam kamus besar bahasa Indonesia dimaknai sebagai menghamburkan uang untuk bersenang-senang. Berfoya-foya bukanlah gaya hidup sederhana.

Setelah aku pikir, cara pandang terhadap berfoya-foya telah berubah. Cara pandang masa lalu dengan masa sekarang berubah. Setidaknya itulah yang aku rasakan.

Dahulu semasa aku kecil, guruku di sekolah melarang gaya hidup berfoya-foya. Sekalipun kaya tak boleh berfoya-foya, apalagi miskin.

Berfoya-foya adalah sesuatu yang tak boleh dilakukan. Tak ada celah untuk memandang foya-foya sebagai hal yang biasa atau positif. Intinya foya-foya itu buruk.

Setahuku memang sudah ada dari dahulu orang berfoya-foya. Setahuku, di masa lalu, ya tahun 80-an, foya-foya dilakukan tapi tetap tak memiliki pembenaran atau pelumrahan.

Kemudian, seiring berjalannya waktu, mulai ada pelumrahan tentang foya-foya. Orang berfoya-foya dan dia punya alasan. Alasannya begini, "duit-duitku, mau aku buat foya-foya ya urusanku."

Maka, ketika ada alasan seperti itu, foya-foya bagi sebagian orang seperti dimaknai sebagai ruang privat yang tak boleh direcokin orang lain.

Semakin ke sini, foya-foya semakin terkesan boleh dilakukan. Alasannya begini, "boleh saja foya-foya, yang penting uangnya bukan dari uang maling."

Memang tidak semua orang membolehkan foya-foya. Masih ada yang menilai bahwa foya-foya adalah hal terlarang.

Tapi setidaknya ada pergeseran nilai. Jika dahulu foya-foya hanya dimaknai sebagai larangan, kini ada sebagian orang yang menilai foya-foya boleh dilakukan dengan catatan.

Kenapa ada pergeseran nilai? Entahlah. Aku hanya meraba bahwa ada nilai yang bergeser dari sebagian kita. Jika dulunya memaknai gaya hidup sebagai penghormatan pada yang lain, kini gaya hidup dimaknai sebagai kebebasan.

Sederhananya, dulu mengikat antarmanusia dengan kebersamaan yakni bersama-sama bergaya hidup sederhana, kini membebaskan manusia untuk bergaya hidup sesuai dengan hasratnya.

Wajar saja pergeseran itu. Karena nilai individualisme memang sudah menggoyahkan nilai kebersamaan di banyak tempat.

Kebutuhan hidup yang membutuhkan perjuangan yang lebih keras, membutuhkan waktu yang lama sehingga mereduksi kebersamaan.

Cara hidup yang serba digital, membuat komunikasi lebih sering dengan benda mati.

Relasi kemanusiaan yang makin menipis, sehingga bahasa-bahasa kiasan juga makin buyar. Sebab, bahasa kiasan muncul dari kesepakatan tak tertulis.

Aku tak mau mengatakan mana yang bagus. Masa lalu atau masa sekarang? Yang pasti gerak dunia berubah ke arah ke-aku-an. Kelak jika ke-aku-an mulai memuakkan, mungkin manusia akan kembali ingin kebersamaan. Jika jengah dengan kebersamaan, mungkin kembali lagi ke-akuan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun