Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Sejarah Nama Desa (Mungkin) Banyak yang Terabaikan

25 Juni 2020   06:38 Diperbarui: 25 Juni 2020   06:35 161 20
Beginilah suasana Desa Adat Penglipuran, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, merupakan salah satu obyek wisata alam pedesaan andalan Bali. Desa ini memiliki keunikan, seperti keseragaman angkul-angkul (pintu masuk pekarangan rumah).

Saya menulis judul di atas karena masih dugaan. Dugaan saya adalah bahwa banyak dari sejarah nama desa terabaikan. Bahkan, bisa jadi tetua di desa juga sudah tak tahu asal muasal nama desa. Sekali lagi, ini hanya dugaan.

Dugaan ini muncul karena selama ini saya jarang sekali menemukan perayaan ulang tahun desa-desa. Yang sering saya ketahui adalah perayaan ulang tahun kabupaten.

Karena tak ada perayaan ulang tahun di desa, maka memang tak terlalu diketahui sejak kapan desa itu ada. Sejak kapan orang pertama kali ada di wilayah itu dan membuat desa.

Tidak terlalu diketahui juga sejak kapan desa itu ramai. Tidak terlalu diketahui juga sejak kapan perniagaan dan pertanian mulai merebak di desa itu. Apakah desa itu terkena imbas dari kerajaan-kerajaan di Nusantara zaman lampau?

Sebenarnya jika sejarah banyak desa diketahui, maka kita juga akan tahu kenapa sebuah desa dinamai "Pangenrejo" misalnya. Apa alasannya dan siapa yang mencetuskan namanya.

Itu baru satu desa. Kalau misalnya 75 ribuan desa di Indonesia memiliki sejarah yang komplit tentu akan menarik. Belum lagi ditambah 8 ribu kelurahan yang jika sejarahnya diketahui, maka akan bisa menyibak pola pikir orang zaman dahulu.

Misalnya begini. Ternyata penamaan desa-desa di beberapa provinsi yang berdekatan di Indonesia dinamai berdasarkan kondisi tanah dan lingkungan.

Maka, secara sederhana bahwa orang dahulu sangat peduli pada lingkungan. Sangat peduli pada alam. Kalau orang sekarang tak lagi peduli pada alam, maka sejak kapan degradasi itu terjadi? Menurut saya, itu menarik untuk diketahui lebih lanjut. Termasuk faktor terbesar yang mempengaruhi perubahan pola pikir warga di desa-desa tersebut.

Atau misalnya contoh lain adalah bahwa banyak nama desa di beberapa provinsi yang berdekatan ternyata terinspirasi dari sebuah cita-cita. Artinya secara sederhana bahwa orang-orang dahulu memiliki cara pandang "masa depan". Mungkin mereka ingin membuat desa yang waktu itu "terbelakang" menjadi lebih maju. Nah, nama desa itu jadi pemicu dan pengingat bahwa desa tersebut punya cita-cita.

Masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan terjadi jika sejarah nama sebuah desa diketahui. Saya pun yakin manfaatnya akan besar. Sebab, kadang sejarah juga akan mempengaruhi pada pola kehidupan masyarakat saat ini. Sejarah perbudakan di sebuah desa misalnya, akan memunculkan pemberontakan dan keterbelakangan. Dua hal yang mungkin semangatnya masih ada di masa kini.

Sekali lagi, saya tentu tak bisa menggeneralisir bahwa desa desa di Indonesia tak memiliki sejarah memadai. Sebab, saya hanya mengetahui sebagian sangat kecil saja yang tak memiliki sejarah yang memadai.

Bisa jadi, ternyata banyak juga desa-desa yang memiliki sejarah yang memadai. Sejarah yang diketahui dan bermanfaat bagi masyarakat desa sampai kini. Maka, ketika sejarah desa diketahui, akan sangat berguna bagi masyarakat.

Maka, kalau bisa jangan sampai desa-desa kemudian sangat massif melupakan sejarahnya. Lebih parah lagi, karena efek globalisasi, kita malah mencontek pembangunan desa di negara nun jauh di sana untuk desa kita.

Padahal, desa di sebuah negara yang secara historis dan geografis beda dengan Indonesia, lebih condong tak tepat dicontoh. Jangan karena wabah modern dan barat, kita mencontek desa di negara jauh sekali.

Sekali lagi, akan lebih bagus jika kita tak melupakan asal usul sejarah desa. Apalagi, semakin lupa dan abai hanya karena duit melimpah dari Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Desa (ADD). Beda antara DD dan ADD saya tak perlu menyebutkannya ya? Cari saja sendiri, banyak kok di dunia maya. Hehehe. (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun