Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Perpustakaan Tak Melulu untuk Membaca Buku

20 Mei 2022   21:20 Diperbarui: 20 Mei 2022   21:37 889 36
"Mau kemana?"
"Ke perpus!"

Percakapan seperti ini kayaknya dah gak zaman lagi ya.  Ngapain ke perpustakaan bila semua judul buku dapat diakses melalui internet.  

Gak usah naik turun tangga sampai ngos-ngosan dan betis jadi segede gaban untuk mencari buku yang ingin dibaca.  Gak usah pakai bahasa isyarat ketika mau mengutarakan sesuatu kepada teman yang duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja kita.

Saya bersahabat dengan perpustakaan sejak zaman SMP, karena zaman SD masih bersahabat dengan loncat tinggi, galah asin, boy-boyan, engklek, dan kerupuk jendil.

Iyes, SD saya dulu masuk ke jajaran SD underground underdog di kabupaten dengan fasilitas yang geje beeng eh gak jelas banget.  Etapi gitu-gitu juga, SD saya ini pernah ikutan cerdas cermat di TVRI loh, ahahahay shombong!

SD bolehlah di kabupaten, memasuki SMP saatnya melakukan urbanisasi paruh waktu ke kotamadya.  FYI, SMP saya itu termasuk salah satu SMP favorit loh. Hidih, siapa yang nanya ya!

Ya, namanya SMP favorit, fasilitasnya pun lumayan oke lah ya seperti adanya dokter gigi, masjid, laboratorium, aula bawah tanah, dan tentu saja perpustakaan.  Eits, tak lupa ada tukang lumpia basah juga.

Nah, perpustakaan SMP ini gak terlalu besar namun memiliki koleksi buku yang dapat memuaskan nafsu membaca saya.  Entah berapa buku cerita dan komik yang telah saya baca di sana ataupun pinjam ke rumah.  Pokoknya perpustakaan itu sudah saya jajah dengan masifnya.

Masuk ke perpus ini harus lepas sepatu karena ruangannya diberi karpet agar bisa membaca dengan lesehan dan lama-lama ketiduran, eh.

Suasananya sepi walaupun letaknya berhimpitan dengan kelas-kelas yang memunggungi.  Tapi, saya gak terlalu suka dengan aroma dari perpustakaan ini.  Entah hidung saya terlalu sensitif atau memang aroma tujuh rupa yang muasalnya dari luar ruangan terlalu kuat sehingga mengoyak pertahanan saraf olfaktori saya, heaa.

Lanjut ke perpustakaan SMA.

Berbeda dengan saat di SMP, kala SMA saya jarang ke perpus, ya paling kalau ada tugas atau saat harus menunggu jam pelajaran berikutnya karena kesiangan.

Perpus SMA saya itu beraura dingin jadi saya gak suka berlama-lama di sana. Ruangannya sempit dengan beberapa meja dan kursi yang terpusat di tengah-tengah ruangan.

Pencahayaannya kurang, rak-rak bukunya terlihat angkuh dengan jajaran buku yang gak terlalu saya minati.  Ya, alih-alih baca buku, saya malah sibuk ngobrol dengan teman-teman yang sama-sama kesiangan.  

Perpustakaan favorit saya ya pas kuliah lah. Walaupun harus hahehoh naik turun tangga tapi tak membuat saya merasa tersiksa.  Perpustakaan ini luas dengan banyak jendela kaca besar sehingga sinar matahari dengan leluasa masuk.

Lorong di antara rak-rak bukunya lebar, gak bikin gerah ketika mencari buku.  Beberapa bangku dan meja diletakan di tengah ruangan, ada pula seperangkat kursi tamu yang empuk.  

Beberapa meja bagai kubikel setengah jadi menghiasi ruangan itu, diperuntukkan bagi para pembaca yang membutuhkan privasi.  Selain membaca, saya pun kerap nebeng ngadem, bertemu gebetan, melamun, menikmati pemandangan luar, dan tentu saja mencari kedamaian.

Perpustakaan favorit saya yang lain adalah Gramedia, eh, salah ya itu mah toko buku. heuheu.

Yaa, pokoknya saya dulu kerap membaca banyak buku, tentu saja buku yang tidak dikemas plastik. Waaah kalau sampai buka kemasan mah masuknya sudah pelanggaran nanti dapet kartu merah dari mbak-mas penjaganya.  

Di toko buku yang terletak di Jl. Merdeka ini saya sangat betah berlama-lama.  Gak hanya sebagai tempat baca-baca syantik, Gramedia merupakan tempat janjian yang sangat pas.  Sambil menunggu jam ketemuan, bisa baca-baca buku barang satu atau dua.  Sekali kayuh, satu dua pulau terlampaui, ya kan.

Sudah satu abad lamanya saya tak pernah mengunjungi perpustakaan manapun, jadi saya gak bisa merekomendasikan salah satunya.   

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun