Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Ketika Malaikat Menamparku

10 Juni 2019   22:19 Diperbarui: 11 Juni 2019   07:51 130 2
Semilir angin yang menjamah halus jendela kecil mesjid tua itu nampaknya sudah tak lagi sudi mengelus - elus ketidak-karuanku. Sungguh, ini tidak mudah. Aku benar - benar berantakan. Gelas yang diberikan kakek bersorban hijau itu tak sengaja pecah terhantam tanganku yang tak bisa diam seperti binatang buas yang dikurung saja. Secepatnya, aku bergegas meninggalkan mesjid walau dengan arah yang bias, jalan raya yang pudar, aku berlari sempoyongan menghantam setiap penghalang; Pohon, tiang bahkan jendela rumah orang menyertai setiap goresan luka yang terukir di beberapa bagian tubuhku. Itu adalah perjalanan yang teramat panjang, dan serpihan kaca yang bersemayam di kepala dan tanganku masih menyertai setiap langkahku menelusur jalan yang entahlah, sepertinya buntu. Ingatanku rusak di terjang tekanan yang juga entah dari mana asalnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun