Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Ramah Memapah Entah Pasrah

28 Januari 2017   11:18 Diperbarui: 28 Januari 2017   11:45 135 0
Memangsa rindu dalam peraman masa lalu
dari celoteh musim yang memburu
pernah ke Kaltim dan Kalteng
mendayu ritmis batasan nalar mementang

Syukuri apa yang ada
tetaplah eksis beramal ibadah
taat kepada kedua orangtua
malam Kamis membuat ritmis

Dari hati ke hati melabuh ambisi
kau tunjukkan yang terbaik bagi semua
kalau bisa tulis dengan setia
kau tahu sendiri memang ada benarnya

Ramah memapah entah pasrah
sebatas ini kemampuan yang dimiliki
puisi rindu saling tertatih
menyapa harapan di pinggiran kelam
ingin terus posting blog dan Kompasiana hari ini
kalau menulis memang tak bisa ditinggalkan

Dari lelaku kehidupan sehari hari
ibu adalah penari setia
setiap orang berharap untuk jadi juara
aku akan terus memberi arti
langkah pasti jalan kebaikan

Menambat sendu nyanyian suara
diputus rindu keringat mendayu
kadang merasa sangat minder
dengan keadaan seperti cerita
tempias hakikat menuju sukma

Kandangan, 26 Januari 2017

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun