Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

KPK membubarkan Terminal TKI? Pikirkan lagi

11 September 2014   19:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:59 120 0
Sedikit info buat yang awam, di bandara Soekarno Hatta, ada terminal khusus untuk TKI yang pulang ke tanah air lebih dikenal sebagai Terminal 4. Terutama TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga hingga tahun 2012, diwajibkan melalui terminal satu ini. Pengelolanya adalah BNP2TKI. Badan yang dibentuk berdasarkan UU 29 2004 yang disahkan pada masa kepresidenan Megawati Soekarnopoetri. BNP2TKI adalah lembaga pemerintah lintas sektoral. Tak cuma staf dari Kemenakertrans, di situ juga ada dari Kepolisian, Kemenkes dan instansi pemerintah lainnya yang terkait.

Mengapa terminal khusus ini diadakan? Selain demi mendata jumlah TKI yang pulang, juga karena ditemukan banyak pemerasan, perampokan yang terjadi pada TKI kita (sebagian besar yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga dan perempuan). Mereka ini adalah mayoritas TKI kita.

Saya sendiri agak heran dengan judul berita di salah satu media online hari ini "Migrant Care Lega Terminal TKI Dihapus". Dalam judul berita itu seolah KPK adalah yang berwenang membubarkan Terminal 4 TKI. Dan bila itu terjadi, betapa KPK betapa luasnya kewenangan KPK meski kebijakan itu seperti menjilat ludah berkali-kali, sebab tak sekali KPK memberi penghargaan terhadap kinerja BNP2TKI. Mau bukti? Silakan lacak di Google.

Penghargaan itu bahkan diberikan saat BNP2TKI total memberlakukan TKI pembantu rumah tangga wajib pulang lewat Terminal 4 TKI!

Lalu apa positifnya pembubaran itu? Yang penulis tahu hanya 1: semua TKI PLRT bebas pulang seperti penumpang biasa.

Negatifnya?

Tak semua TKI kita cukup punya pengalaman untuk melakukan perjalanan dari bandara Soetta ke terminal bis atau membedakan mana calo mana penjual tiket yang menjadi agen resmi.

Juga tak semua TKI kita pulang dalam keadaan punya uang, segar bugar.

Dan masih banyak pula TKI kita yang sudah bertahun-tahun di luar sana tapi tak bisa membaca

Selain itu, bila tak ada aparat pemerintah di bandara yang menangani khusus TKI yang tertimpa masalah setiba di bandara Soekarno Hatta misalnya, mereka akan jadi sasaran empuk LSM.

Tak semua LSM TKI itu baik. Sebagian besar, 90% malah preman. Mereka yang mencari makan di situ bukan benar-benar untuk membantu TKI bermasalah namun mencari makan dan kejayaan mereka sendiri.

Yang tak setuju dengan opini saya silakan berhubungan dengan LSM TKI.

Bila bertemu dengan TKI bermasalah inilah yang akan mereka lakukan:

1. Melihat dan menelusuri dokumen TKI kalau-kalau ada yang bisa dicari cela salah PJTKI/PPTKIS yang memberangkatkan.

2. Bila ditemukan, mereka akan datangi PJTKI/PPTKIS memberangkatkan TKI bermasalah tersebut dan langsung negosiasi dengan mereka berapa duit yang bisa dibayar PJTKI/PPTKIS agar mereka menutup mulut

3. Percayalah, kalau LSM itu mendapatkan uang dari PJTKI/PPTKIS, hanya setetes yang jatuh ke tangan TKI yang tertimpa musibah. Sebagai info, bila tak mendapatkan TKI bermasalah tak sedikit oknum LSM TKI yang juga menjadi calo TKI! Dan begitulah selalu siklus permasalahan dan muaranya bila LSM TKI mengurus TKI yang tertimpa musibah.

4. TKI yang gagal alias pulang tak membawa uang akan berpotensi menjadi "bahan daur ulang" oleh mafia entah itu dari PJTKI/PPTKIS atau bahkan LSM TKI. Daur ulang saya maksud adalah begini; beberapa tahun lalu sebelum ada Terminal TKI, saya kerap mendapati TKI yang tak mau pulang ke kampung kalau mereka pulang ke Indonesia tak membawa uang. Mereka lebih memilih langsung untuk menjadi TKI lagi. Dan ini dimanfaarkan oleh para mafia. Di kalangan dunia TKI baik dari kalangan pemerintah maupun swasta (baca: PJTKI & LSM) pasti mengenal seroang Cina keturunan yang berinisial JC yang kaya raya berkat daur ulang semacam ini. Apakah hal semacam ini ingin diulang oleh KPK?

Bagaimana Terminal TKI selama berada di tangan BNP2TKI?

Tak sepenuhnya positif tentu saja. Kerap terdengar kasus pemerasan di sana.

Namun tak terdengar TKI yang dibuang di tol Jagorawi, atau dirampok lalu ditelantarkan di hutan atau setelah sesampai di Indonesia malah tak pulang ke rumah lalu tak terdengar kabarnya lagi entah kemana larinya. Sesekali terdengar kabar TKI yang pulang lalu dibunuh setelah dirampok. Di bawah ini yang terliput media

http://www.jpnn.com/read/2014/08/25/253684/TKI-Ditemukan-Tewas-di-Jalan-Tol-

http://surabaya.okezone.com/read/2012/12/30/521/739187/tki-dibius-dibuang-di-hutan

http://megapolitan.kompas.com/read/2013/06/23/0920352/Pulang.dari.Taiwan.TKW.Dirampok.dan.Dibuang.di.Tol

Bahkan WNI biasa yang dikira TKI saja pernah dirampok:  http://www.merdeka.com/jakarta/dikira-tki-yuni-dirampok-dan-dibuang-di-pinggir-jalan.html

Kesimpulannya? Terminal Bandara Soekarno Hatta tidak aman untuk TKI. Tingkat keamanannya tak lebih baik dari Terminal Bis Pulo Gadung.

Pemerasan tetap merugikan.

Namun perampokan, pembunugan jauh lebih merugikan. Dan dua yang terakhir tak pernah terjadi pada TKI yang pulang lewat Terminal TKI.

Jadi pikirkan lagi sebelum membubarkan Terminal TKI. Jangan mengambil kebijakan hanya karena populer di media dan LSM.

Untuk media online maupun cetak, jangan hanya LSM yang menjadi nara sumber anda. Seperti juga kami, tak sepenuhnya pendapat mereka benar.

Bila ingin tahu lebih soal yang berkaitan dengan TKI? Klik saja https://pjtkidantki.wordpress.com/

Humari

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun