Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Drama Siska

22 Agustus 2022   09:35 Diperbarui: 22 Agustus 2022   09:36 231 0
"Seharusnya kamu bisa lebih mengerti aku, Andi!" teriak Siska, gadis manis berkuncir kuda yang mengelap air mata di pipinya.

Andi hanya menatap Siska dengan pandangan pilu. Ia tidak tahu harus berkata apa lagi. Semuanya memang salahnya karena terlalu fokus pada teman-teman nongkrong, bukan Siska, kekasihnya.

"Maafkan aku, Siska," ucap Andi lirih.

Siska tak menjawab, bibirnya masih merengut pertanda jika masih marah. Sesekali ia memilin ujung bajunya dengan kasar untuk meluapkan kekesalan.

"Aku benci kamu Mas, sana main saja sama tanmu tapi dompet dan kunci motor berikan padaku," ucap Siska kesal. Ia berencana meninggalkan kekasihnya tanpa kendaraan dan uang.

"Gak bisa gitu, Sayang," kata Andi sambil memegang  tangan Siska yang berada di atas kunci kontak motor.

"Apa? Berani kamu sama aku?" ujar Siska sambil mengangkat kunci motor  ke atas. Gadis itu hendak melemparnya ke selokan.

"Kamu kenapa sih harus kayak gini? Ingat enggak sama apa yang pernah kamu ucapin dulu? Kalau ada masalah yang diselesain masalahnya, bukan hubungannya." Andi berusaha mendinginkan suasana.

"Aku gak bilang kalau mau udahan, tapi aku hukum kamu supaya gak lupa sama aku," jawab Siska dengan bibir yang bergetar

"Sayang, jangan begini. Aku enggak lupa sama kamu." Andi hendak menyentuh bahu Siska, tapi secepat mungkin perempuan itu menghindar.

"Tigaa hari yang lalu kamu juga bilang gini. Tolong, jangan ulangi kesalahan yang sama," Siska sudah tak ingin berharap lagi.

"Tigaa hari yang lalu kamu juga bilang gini. Tolong, jangan ulangi kesalahan yang sama," Siska sudah tak ingin berharap lagi.

"Kita break dulu satu minggu. Benahi diri masing-masing dulu," hanya itu yang keluar dari mulut Siska.

Andi menundukkan kepala menahan emosi yang ingin sekali keluar. Berdebat dengan kekasihnya selalu membuatnya kalah.

"Oke. Kita break dulu," balas Andi membuat Siska mematung tak percaya.

Seketika kedua mata Siska dipenuhi oleh air mata. Tak berapa lama, dia terisak-isak.

Kepalanya menunduk, "padahal aku nggak serius," lirihnya.

Seminggu pun berlalu..

"Hallo Andi?, ini aku Siska, bagaimana kabarmu? " Tanya Siska pada Andi.

"Halo???" terdengar suara perempuan yang menjawab telefon Andi.

Siska diam untuk sementara, gadis itu tahu bahwa Andi tidak punya saudara perempuan dan ibunya pun sudah meninggal. Lalu siapa yang menjawab telfonny sekarang. Apakah pacar baru Andi?

Dengan hati berdebar tak karuan Siska berkata, "Halo, ini siapa? Andinya ada?"

Perempuan diseberang menjawab, "Siapa ya ... pengen tau aja apa lengen tau banget?"

"Aku mau tahu banget loh ini siapa ..." Ucap siska penasaran.

"Maaf mulai detik ini jangan hubungi andi lagi"

Tutt tutt tutt

Siska yang merasa sudah tidak ada lagi harapan untuk balikan sama andi dengan marahnya siska lempar handphone samsung j2 prime nya ke arah pintu kamar..

Ngieekkkk

"Ahhhh!"

"Apa-apaan sih kamu siska jidat bapak kamu lempar hp" pak soni mengelus sakit pada jidatnya.

"Hiks ... maaf, Pak." Siska menangis terisak membuat Pak Soni terkejut dan segera menghampiri anaknya.

"Udah, jangan nangis lagi. Nanti bapak belikan hp baru,"  ujar pak Soni seraya mengusap bahu Siska.

Bukannya diam, Siska justru semakin menangis. Gadis itu segera menyambar kunci motor di atas meja belajar lalu berlari keluar dari kamar. Naas, karena tak melihat dengan jelas, ia pun tersandung tepat di depan pintu.

Ponsel yang masih tergeletak di atas lantai itu pun berdering menampakkan nama Andi di sana.

"Halo! Apa!" pekik Siska mengangkat telepon sayang, bukan suara Andi yang Siska dengan melainkan suara wanita. Wanita itu bukan lain suara operator yang mengatakan jika Andi butuh di telepon balik.

"Ngak bermodal amat!" seketika tangis Siska pecah.

Pria gendut yang melihat anak gadisnya duduk sambil memegang ponselnya itu menghampiri lalu menepuk pundaknya.

"Siapa itu? Andi anaknya Bu Nina?" tanya penuh selidik.

"Bukan! Anaknya Pak Andre!" Siska masih tergugu.

"Lah, Pak Andre bukannya suaminya Bu Nunu?" Pak Soni jadi bingung.

Deru motor tiba-tiba terdengar dari kejauhan, seseorang datang dan ...

"Loh, loh, Siska itu bukannya Andi." Pria paruh baya itu menunjuk ke arah motor yang melintas di depan rumahnya.

Siska yang melihat pemandangan itu hanya tersenyum getir, ternyata Andi telah melupakannya. Baru beberapa minggu ia memutuskan hubungannya, kini Andi susah berboncengan dengan Perempuan lain.

Siska tersenyum menyeringai. "Dasar pria kantong kosong," cibirnya, "Beruntungnya aku telah lepas dari dia."

Rasa getir yang menyelimuti hatinya seakan menguar terbawa angin saat melihat mantan kekasihnya yang baru saja lewat.

_Satu bulan berlalu..._

Sekarang Siska sedang membaca buku di taman kampusnya. Namun siapa sangka, langit yang semula cerah kini meneteskan bulir-bulir bening yang begitu banyak.

Saat hendak pergi mencari tempat teduh, Siska merasa ada yang menghalanginya dari samping. Siska mencoba mendongak ke atas.

"Fahmi."

Fahmi tersenyum tipis, sembari menatap Siska. Sebelum akhirnya duduk di kursi depannya.

"Ada yang mau aku sampaikan ke kamu," ucap Fahmi.

Siska kebingungan dengan ucapan Fahmi.

"Ada apa ya?" tanya Siska

"Kamu ada hospot ga? Aku mau chat salsa, soalnya dia marah-marah terus karena ga di jawab sama aku" ucap Fahmi sambil merayu Siska.

"Oh ada" nada datar Siska.

"Asikkk, makasihh besti" kata Fahmi yang gembira.

Aku kira dia spesial ternyata aku aja yang terlalu berharap.  Benak hati Siska.

" Modal dikit dong,"

"Ya, elah, Sis, di hostpotin bentar aja gitu, jangan pelit-pelit napa? Ucap fahmi

"Itu sandinya dodol."

Tak berselang lama Siska seperti melihat laki-laki yang mirip perawakannya seperti Andi. Siska mencoba mendekati lelaki itu.

"Ehh! ... Tunggu Siska!"

"Hotspot nya putus ini!" Teriak Fahmi

Siska mencoba meraih bahu lelaki itu dari belakang.

"Andi!"

"Siska!"

"Kenapa kamu disini" Ucap lelaki itu

"Ehh bapak ! ... Emmm ... Bapak sendiri ngapain disini" Siska kaget ternyata laki-laki itu adalah Pak Soni.

"Lah, kan mau jemput kamu,"  jawab Pak Soni.

"Bapak pulang duluan aja, aku masih ada urusan. Bye ...." Siska segera berlalu dari hadapan Pak Soni sebelum pria paruh baya itu bertanya lebih banyak lagi.

Saat tengah berlari menjauh, Siska tak sengaja menabrak dada bidang seorang pria.

"Maaf, saya tidak sengaja,"  ucap Siska menunduk.

Siska geleng-geleng kepala. Dia ingin punya pacar ganteng dan setia, tapi selama ini yang dekat malah Andi dan Fahmi yang hanya suka dengan hartanya.

Siska mulai merenungi segala perbuatannya selama ini. Dia selalu punya keinginan untuk ini dan itu, tapi Andi dan Fahmi tidak seperti keinginannya. Apakah ada yang salah dengan caranya mencari jodoh?

Ia menghela napas. "Susah sekali rasanya menemukan sosok yang tepat." Siska menengadah. "Tuhan, tidak bisakah Kau mengirimkanku seorang pria yang tepat?"

_Plak!_

Seseorang menimpuknya dengan sangat keras.
 
"Mau yang tepat?" tanya sosok tak dikenal.

Siska terperangah, "Maaf, Anda siapa?"

"Aku adalah seorang pria yang tepat itu," sahutnya sambil tersenyum.

Siska refleks membalikkan badannya. Mengapa Tuhan begitu cepat mengabulkan doanya?

"Karena Tuhan sudah lelah dengan dramamu ini. Drama Siska."

"Hah ... Andi? Ka-kamu serius?"

"Iya, aku serius. Maafkan aku, ya. Wanita itu sepupu aku, sengaja buat bikin kamu cemburu,"  jawab Andi mantap.

Akhirnya Siska dan Andi bahagia di Jerman.


TAMAT

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun