Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ruang Kelas Pilihan

Nasib Sastra: Baik-baik Saja?

10 Desember 2022   08:03 Diperbarui: 10 Desember 2022   08:15 141 19
Pesimisme terhadap sastra seringkali muncul sebagai kasak-kusuk di tengah kita: mengapa orang menggeluti sastra, apa yang dijanjikan sastra bagi masa depan, bukankah sastra tidak lebih dari sekadar hiburan tak penting? Kalah gengsi dibandingkan sepak bola, pertunjukkan musik, bahkan pentas dangdut di pelosok kampung dengan biduanita bersuara pas-pasan sekalipun?  Di tengah kultur pembangunan (di) Indonesia yang relatif tidak mengakomodasikan atau kurang menyediakan peluang-peluang bagi terapresiasikannya (seni) sastra, siapa yang bersedia dengan sepenuh hati memperjuangkan dunia sastra di tengah suasana hidup yang mendewa-dewakan masalah ekonomi dan politik dengan pengedepanan efisiensi rasio, kekuasaan, ketertiban serta keamanan? Benarkah sastra menjadi barang rongsokan yang patut ditendang-tendang bagai bola? Pertanyaan serupa pernah dilontarkan Emha Ainun Nadjib pada awal tahun 1990-an.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun