Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Puisi | Maaf, Malamku

4 Mei 2019   19:50 Diperbarui: 4 Mei 2019   19:52 351 1
Malam yang sunyi bertaburan gemintang juga indah sinar rembulan. Sungguh indah. Tapi, tidak pada malam itu.

Malam itu menyapaku dengan awal yang sangat indah, di sambut dengan kata juga kalimat yang begitu memabukkan.

Namun, aku tak pernah menyangka jika, itulah akhir waktu kita bersama, akhir kala salam kau ucap dengan kata perpisahan.

Semuanya berubah menjadi sendu, hanya air mata dan kekecewaan yang menemani.

Setelahnya, semua tak baik, karena setiap malam menyapa hatiku hanya makin teriris, mengingat segala yang kisah yang telah habis.


Hingga bait demi bait ini tertulis rapi mewakilkan kerapuhan hati.

Maaf, Malamku
Karya: Hasyyati Melanie


Sampai kapan aku harus memberontak? Pada malam yang tak berdosa.

Sampai kapan aku harus membenci? Pada malam yang selalu hadir dengan hitam pekatnya.

Malam, sampai kapan air mata ini selalu mengalir? Kala kurasa dirimu begitu lambat untuk pergi.

Aku sadar, tak seharusnya aku membencimu malam, hanya karna satu kesalahan yang tak pernah kau perbuat. Aku tau, kau hanya menjadi saksi atas semua itu, tapi mengapa malam? Mengapa kau harus hadir kala itu, menemani piluku, malam dimana aku mengenal arti sebuah kata 'kehilangan'

Kau tau malam, berapa banyak air mata yang jatuh kala itu? Apa kau menghitungnya? Aku rasa kau takkan mampu untuk itu. Apa kau tau malam? Mengapa takdir menyapa dengan suratan yang tak pernah aku inginkan? Mengapa malam? Takdir begitu jahat padaku.

Maaf malam, karena egoku telah melebur bersama benciku, hingga aku melupakan banyak kenangan indah tentangmu, karna kebodohanku.


Aku sadar atas kebodohanku, tapi percayalah, malam hanya mengingatkanku padamu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun