Sepa
Ada seorang gadis, cantik. Namanya Sepa, Sepa Asmara.Dia duduk di depan rumah menunggu ayahnya pulang. Sepa hanya sendiri sejak ditinggal ibunya mati, kini tinggal ayah yang mengurus semua kebutuhannya. Mentari pagi bersinar cerah, sinar orange masuk ke dalam rumah, menyebar ke lantai-lantai keramik lewat lobang-lobang jendela. Sudah dua hari ini ayahnya tak pulang. Ini bukan yang pertama, namun sudah sering bahkan kadang hingga sepekan. Untunglah Sepa bisa mencari makan sendiri. Dengan tangannya yang mulai kasar, dipetiknya beberapa buah yang ada di halaman rumah. Cukuplah untuk mengganjal perut hingga ayah pulang.