Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Rindu Airmata

7 Maret 2015   12:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:02 20 0
--
Kau seperti malaikat pelindungku, hadirmu laksana butiran embun pagi hari yang menyejukanku,
Sepucuk berita itu kini telah mengeringkan oase kehidupanku, kedalam padang pasir yang bergurun, kerontang dan tandus.
*
Ribuan butir bening meleleh di pipi ku,
Ketika dering telepon berbunyi menggema di keheningan pagi,
Sebuah berita menampar telingaku tatkala fajar mulai menyingsing,

"Anca,,?",..(")
Itulah yang pertama keluar dari mulutku, sembari menutup telepon itu,
Lalu segera kuhamburkan diriku ke dalam bilik kamar dan menjatuhkan tubuhku di atas pembaringan, sambil terisak menutupi wajahku dengan sebuah bantal.

**
Sore yang indah ketika mentari menampakan sinarnya di ujung barat ufuk tenggelam, tepi pantai itu,
Warna semburat melingkari angkasa nan keemasan.

Dua insan sedang di landa asmara, berkejaran di pantai manja, dengan balutan kaki kaki penuh pasir yang lembab, dan terjangan ombak,,
"Sona..!!",..
Satu seruan memanggilku, begitu mesra,,
Aku segera memalingkan kepalaku, kearah datangnya suara itu, lalu segera kubalas seruannya,
"Iya Anca..!!",,sambil tersenyum ku segera menghampiri nya,
"Ayo sini,, kita foto berdua, untuk kenang"an..",
Dia berkata lagi,
"Ah Anca, kok bilang seperti itu..?", aku memberengutkan wajahku, sambil sedikit menepuk bahunya, " Iya, kan benar aku ngomong,, sebuah foto tergambar untuk sebuah kenangan Sona..", sambil tersenyum Anca mencubit gemas pipiku,
Aku semakin cemberut, mendengar ucapannya,
Sangat aneh kurasa, mendengarnya berkata seperti itu, ada secelah sunyi yang mengusik hatiku, "oh apakah rasa ini"? (?)

Hembusan angin pantai menelusup ke pori pori tubuhku, ketika sore mulai beranjak petang..
Mentari kian menyulap bentangan angkasa,
Menyihir seluruh mata di mantera jingga, yang membalut gaun busana langit dengan sang surya.

*
Satu tahun berlalu..
Tatkala langkahku menyusuri tepian jalanan kecil berkelok,
Di pingggiran sungai yang bening menyilaukan riak riak yang memantul tersepuh cahaya laksana kilauan mutiara.

Langkah ku semakin memapah dalam seretan telapak kaki yang gontai,
Ada serpihan luka yang kembali menyayat, dalam dada ini, sesak itulah yang terasa bagaikan tertindih sebongkah batu besar yang menghimpitku,

"Anca",,(?), itulah bisikan yang terpendam di hatiku,
Bagaikan seribu tusukan jarum yang melukaiku,
Ketika ku panggil nama itu,
Butir butir bening meleleh di pipiku, syarat penuh sendu,

**
Pagi itu ku dapati raut wajah Anca yang begitu murung, tak biasanya..
Duduk diteras rumah ku sambil menggenggam sehelai amplop berwarna coklat muda,

"Sona", Anca memanggilku..
"Duduklah disini,"... Ucapnya lagi.,
"Anca ada apa?".. , aku sedikit terkejut mendapati nya sudah berada di teras depan rumah ku, sepagi ini.. (?)

"Iya Sona,"..Anca kembali berkata begitu lirih hampir tak terdengar di telinga ku,
"Mmm,,", "Anca"?, kembali bibirku menyapa nya dalam keheranan yang sangat,
Karena begitu gugupnya Anca, seperti tak bisa berkata kata, hanya memandangi ku saja,

"Sona,".. Aku akan kembali ke kalimantan,
Itulah yang akhirnya terucap dari bibir Anca,
"Kalimantan..!!?",.. Aku terperanjat begitu terkejut mendengar ucapannya, "iya Sona..",
Anca kembali berucap,
" Tapi kenapa Anca"?!,, "ada apa..?"...kembali bibirku berucap,
"Sona..", Orang tua ku, mendapat musibah dari sepulang perjalanan kita kemarin itu,
Mereka kecelakaan dalam mobil yang membawa mereka pulang.", Anca menghentikan perkataannya, lalu memalingkan wajahnya kesamping halaman, ada bening yang mengembun di sebalik mata teduhnya,,

"Oh ya tuhan..!!, Aku berseru begitu terkejut mendengarnya, lalu ku hamburkan tubuhku kedalam pelukannya sembari mendekap nya erat,,
Ada banyak gejolak yang memenuhi seluruh jiwaku, ada banyak perkataan yang ingin ku ucapkan, namun tak kuasa.., tenggorokanku terasa kering, tersumbat tak bisa berkata apa",
Hanya butiran bening yang membasahi bahu kemejanya.

*
Langkahku terhenti di sebuah tugu, lereng bukit terjal diatas gunung itu,
Yang dilingkari pepohonan dan dedaun rimbun,
Ku terpaku sejenak memandanginya batu itu dihadapanku,(")
"Anca", itulah yang tersemat di ucapku, begitu lirih, ada sebulir bening menetes jatuh di pipiku,
Hangat merambati,

**
Pagi itu, dering telepon membuyarkan mimpiku,
Di keheningan mentari yang masih lelap,
Aku terbangun melirik kesamping meja riasku, terlihat jam menunjukan pukul 05.00 wib, pagi sekali,, (?)Pikirku,
Ada telepon sepagi ini dari siapa?, berjuta pertanyaan berkecamuk di benaku, (?).

Aku segera bergegas menuruni pembaringan dan menuju ke ruang tamu, dimana telepon itu terletak,
Telepon itu kembali berbunyi begitu nyaringnya, hingga aku sedikit terkejut, padahal dari tadi saja aku sudah mendengarnya,, ("),

Lalu ku rentangkan lenganku mengangkat gagang telepon itu,
Dan terdengar sebuah suara sapaan disana,
"Hallo Bu Sona..?",..
Itu lah yang pertama terdengar di telinga Sona,
"Iya, benar.. Dengan siapa,?", Sona membalasnya sapaan itu..
"Kami dari rumah sakit, apakah ibu adalah keluarga dari bapak, Anca wijaya..?"
Suara itu kembali, mengejutkan seluruh pikirku,
Yang melintas begitu saja dalam benakku,
"I..iya..,benar..",, a.a.ada, apa..yaa?",
Kelu lidah ku berucap,,
"Maaf ibu, kami mengganggu sepagi ini, namun ada berita yang sangat penting, maaf,,
Ibu harus tegar mendengar berita ini,"..
"I..I..iya, si.lahkan beritahu saya,,",..
Kembali dengan tergugup aku menjawabnya,
"Bapak Anca meninggal dunia, dini hari ini sekitar pukul 04:30 wib,
Karena kecelakaan lalu lintas tadi malam,".

Buk..!! Tubuhku terhempas kelantai dingin, tak sadari suara masih terdengar di ujung telepon,
Tak kuasa lagi lenganku menggenggam telepon itu jatuh terbanting.

*
Ku terduduk di samping pusara itu, pekuburan yang sunyi, lereng bukit yang hening..

Daun daun berguguran tertiup hembusan angin yang datang menyapu,
Helai helai beterbangan di saentaro kesunyian di langit senja,
Akasia berhamburan kepelukan Sona, yang memangku rindu airmata,
Ditepian pusara wajah kekasih pertama, duduk terpekur dalam tugu pendiangan peristirahatan Anca,
Sambil melantunkan doa doa yang tiada terhenti membaca,
Foto itu telah menjadi kenangan aku dan dia,
Anca kekasih senjaku yang terlibas waktu mengambilnya dariku,

Kini hanya butiran bening yang mengemas di pelupuk mataku,
Memanggil nama nya dalam seruan rindu airmata di sepanjang hayatku,
*Sona merindukan Anca dalam Airmta**THE END

Mohon maaf, apabila ada nama, tempat dan kejadian serupa,
Ini hanyalah rekayasa kata dan karangan belaka, dan mohon maaf juga, apa'bila ada kata prosa yang tidak pada tempatnya. Terimakasih.

Pemberitahuan ;

* >. Masa kini
** >. Masa lampau
(?). >. Bertanya dalam pikiran
("). >. Sesuatu yang rahasia

‪#‎hony‬. plb

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun