Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Hari Ini Adalah Hari Bakcang

12 Juni 2013   16:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:08 829 5

Siapa yang tidak mengenal penganan bakcang, makanan tradisional China yang dibuat dari beras ketan berisi daging cacah dan dibungkus dengan daun bambu berbentuk limas (segi empat). Hari ini di seluruh dunia, masyarakat China memperingati hari Bakcang, yang di tanah air kita disebut juga dengan perayaan Peh Cun. Perayaan Peh Cun yang sudah dirayakan semenjak berabad-abad lamanya mempunyai latar belakang sejarah yang amat menarik.

Hari Bakcang selalu diperingati pada tanggal 5 bulan 5 penanggalan China (Chinese lunar year). Oleh karenanya perayaan ini dinamakan dengan ‘Duanwu Jie’ atau di negeri kita dahulu dinamakan ‘Go Gwee Tjhee’ (Go = lima, Gwee = bulan, Tjhee = hari). Alkisah di negeri China, pernah mengalami zaman kemakmuran dibawah pemerintahan seorang kaisar yang maha bijaksana. Seluruh rakyat mencintainya. Pada masa ini orang baru menemukan cara membuat garam dari air laut. Pada suatu hari kaisar jatuh sakit. Dan berbarengan dengan itu terjadi banjir besar karena meluapnya sungai Hoang Ho.

Segala upaya dari tabib-tabib untuk menyembuhkan kaisar ini tak membawa hasil. Penyakit kaisar bertambah parah dan dia hanya didampingi seorang menteri bernama Koet Gwan (sekarang ditulis dengan ejaan pinyin Qu Yuan) dan perdana menteri. Koet Gwan yang juga seorang ahli kedokteran mengatakan bahwa sang kaisar mengalami kekurangan garam kepada perdana menteri. Sang perdana menteri yang berhati busuk justru tidak mengharapkan kesembuhan dari kaisar. Oleh karenanya, dia memerintahkan segenap rakyat untuk membuang semua garam kembali ke laut dengan dalih agar banjir sungai Hoang Ho tidak datang kembali. Dan rakyat mematuhi perintah itu.

Koet Gwan mengambil langkah terakhir dengan menulis surat pada secarik kertas dan kemudian membungkus persediaan garam yang masih dimilikinya dengan kertas ini. Bungkus ini diletakkan di dahi sang kaisar pada saat perdana menteri tak berada di situ. Bungkus berisi garam ini menjadi lembab dan akhirnya melelehkan garam masuk ke dalam mulut kaisar yang sakit. Dan secara mukjizat, kaisar menjadi sembuh karenanya.

Dilihatnya ada surat di situ dan tertera nama Koet Gwan. Dia segera memerintahkan untuk mencari Koet Gwan menghadap dirinya. Namun Koet Gwan tidak pernah ditemukan, karena di dalam kepedihan hatinya dia telah membunuh diri dengan menceburkan diri ke dalam sungai pada tanggal 5 bulan 5. Muslihat perdana menteri terbongkar dan dia dihukum pancung.

Untuk mengenang jasa Koet Gwan, kaisar memerintahkan agar segenap rakyat dengan berperahu berbondong-bondong melemparkan bakcang ke sungai sebagai simbol agar jenazah Koet Gwan tidak dimakan oleh ikan.

Bakcang disebut dalam bahasa Inggris dengan ‘sticky rice dumpling’ dan perayaan ini disebut dengan ‘Double Fifth’ (tanggal 5 bulan 5). Di negeri kita sejak dulu dinamakan Peh Cun karena mengambil dari bahasa Hokkian ‘pachuan’ (yang maknanya ‘mendayung perahu’). Memang perayaan ini diperingati di seluruh dunia dengan kegiatan utama ‘lomba perahu naga’ (dragon boat festival) dan ‘makan bakcang’. Di koran jadul berbahasa Belanda dapat saya baca berita masyarakat yang beramai-ramai berperahu dengan hiasan yang semarak di berbagai kota di Indonesia. Bahkan diberitakan ada lomba berenang 1.000 meter mengarungi sungai Ciliwung yang kotor itu. Ya, perayaan ini malah disebut dengan ‘Waterfeest’ (pesta air) dalam bahasa Belanda.

Itu dulu. Bagaimana gemanya perayaan Peh Cun ini di Indonesia dewasa ini saya tidak mengetahui. Yang jelas, perayaan ini dijadikan hari libur resmi di negeri China, dan dirayakan dengan meriah di Taiwan, Singapura, Hongkong.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun