Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bahasa

Bahasa Serapan Malaysia yang 'Lucu'

24 November 2012   10:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:44 4412 0

Bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia yang serumpun mempunyai perbedaan yang unik dalam hal serapan bahasa asing. Bahasa Indonesia banyak menyerap dari bahasa Belanda, sedangkan bahasa Malaysia menyerap dari bahasa Inggris. Masing-masing pihak menganggap serapan ini ‘lucu’ dan ‘menggelikan’ dalam pengejaannya. Pada umumnya serapan yang dilakukan adalah dengan memadankan ejaan sesuai dengan ‘bunyinya’ (vokalisasi). Kata Belanda ‘gage’ misalnya sesuai dengan kuping dan lidah orang Indonesia dieja menjadi ‘gaji’.

Karena tak familiar dengan kata serapan bahasa Malaysia yang diadopsi dari bahasa Inggris kita sering merasa geli. Lihatlah beberapa contohnya ini: tayar (dari bahasa Inggris ‘tyre’ = ban), garaj (bahasa Inggris ‘garage’ = garasi), mesej (message = pesan), basikal (bicycle = sepeda), bajet (budget = anggaran), polis (police = polisi), fail (file = arsip), ajen (agent = agen), kos (cost = beaya), rekod (record = rekaman), stesen (station = stasiun), kot (coat = jas), akaun (account = rekening), hospital (hospital = rumah sakit), bas (bus), previu (preview), lesen (license = ijin), diskaun (discount = korting), ais (ice = es), jel (jail = penjara), kes (case = kasus), sabotaj (sabotage), Ogos (August), stail (style = gaya), fius (fuse = sekering), nombor (number), paip (pipe = pipa), kastam (customs = bea-cukai), empayar (empire = imperium ), siri (series = seri).

Pengaruh bahasa Inggris ini juga terejawantah pada penyaduran istilah bahasa Inggris, yang kita namakan dengan ‘calque’. Misalnya istilah ‘chairman’ dalam bahasa Malaysia disebut dengan ‘pengerusi’ yang merupakan bentukan dari ‘pe + kerusi’ (chair). Dalam bahasa Indonesia ‘chairman’ kita sebut dengan ‘ketua’. Contoh lain calque adalah pemadanan 'break in' menjadi 'pecah masuk' dalam bahasa Malaysia. Dalam bahasa Indonesia, break in diterjemahkan dengan 'mendobrak'. Bahasa Malaysia dan bahasa Indonesia yang bermuara pada bahasa melayu, ternyata sudah ‘pecah kongsi’ meneguhkan jatidirinya sesuai dengan perjalanan sejarah bahasanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun