Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana Pilihan

Cerpen: Ketupat Lebaran

9 April 2024   12:32 Diperbarui: 9 April 2024   19:47 194 37
SALAM LEBARAN 2024 MAAF LAHIR BATIN


DONGENG DARI PINGGIRAN
Layar terbuka lampu gantung di beranda.
Musik Gambang Keromong adegan berkisah.


BERANDA RUMAH MINGGU.
Doel Sohib lagi ngitung nasib.

Kan udeh diatur tata tertib. Asik dong. Aman, nyaman naik kendaraan umum jenis apapun rame - rame tertib teratur sebab udeh diatur. Enak dong, sekalipun penuh sesak berdesakan saat - saat jam sibuk - waktu seperti itu sedang aktif produktivitas berkegiatan personal atau publik menuju cita - cita. Okelah. Cakep.

Repot dikit tapi okeh, teratur. Mau diatur patuh pada aturan telah berlaku dalam undang - undang moral publik. Nah itu syariatnya. Enggak susahkan. Bukan mengatur lalu tidak teratur diam - diam dilanggar sendiri. Catet deh.; Ilahi selalu hadir. Nah kalau sudah paham kenapa ada perilaku korupsi di rumah kendiri. Enggak boleh dong kudunya.

"Koruptor kelas gajah kagak ada malunye, Doel."
"Cakep kalau die pade punya malu Mpok."
"Ngingetin doang. Boleh dong."
"Sembari baca buku juga boleh."
"Tapi tetep liat kiri kanan dong."
"Sadar lingkungan ye Mpok."
"Peduli sesama, Doel."
Barengan "Amin ..."  


JAM SIBUK STASIUN KERETA.
Doel Sohib ame Mpok Mustaji lagi jalan-jalan.

Menyoal perilaku manusia untuk sesama. Kembali pada kebutuhan personalnya. Mau bermewah - mewah, bergembiraria atau tetap sederhana dalam arti umum.; Mungkin jadi relatif kalau secara umum, kalau secara khusus agak sulit. Kebutuhan makhluk manusia beda - beda, itu sebabnye kudu tertib antri.

"Nah itu. Antri. Jangan buru - buru."
"Dibilang ribet kagak juga ye Doel."
"Masuk gerbong kereta santai tertib."
"Kereta tetep nungguin kok Doel."
"Cakep. Santai aje ye Mpok."
"Yuk Doel. Antri. Tertib."
"Nyok Mpok. Sip."


DOEL SOHIB NGELAMUN DI TANGGA TOWER.
Pikirannya menerawang simpang siur mondar - mandir.

Sembari mengamati langit secara saksama; langit malam, sore, siang, perbedaan waktu tentu terjadi di antaranya. Terdeteksi ada unsur keanehan, misalnya.; Korupsi mendadak nongol di berita tv "Apa kabar aku di layar kaca loh", ngakak dah nontonnye. Mendadak muncul meledak jadi news media all in one. Padahal waktu proses korupsi sebelum jadi tindak pidana korupsi - tak satupun tahu.

Bagaimanakah caranya supaya tahu sedini mungkin.; Rencana akan terjadi korupsi di arena ini - itu.; Terdeteksi teknologi dengan fakta konkret.; Belum pernah ada kabar seperti itu. Enggak ribet dong mendeteksi rancangan korupsi sebelum terjadi? Untuk terbaca teknologi. Kalau tekno bisa menyadap.; Itu artinya, tekno versus tekno, lacak melacak, bisa dong. Kan ada satelit, ehem. Kalau bisa okeh banget kale ye.

Mungkin ini bedanya donat di toko serba ada dengan produksi rumahan. Produktivitas industri - pabrikan berteknologi tinggi tentu mampu memproduksi donat lebih cepat, berbeda dengan industri kecil rumahan, sederhana, secukupnya tapi mumpuni rasanya, top. Dari namanya saja sudah berbedakan tapi tetap hadir masing - masing sebagai produk unggulan, jernih, jujur, keren, sama enaknya.

Lantas kenape tak ada perbedaan ye antara korupsi dengan manipulasi, nyolong dengan  nyatut, bohong dengan nipu, kabur dengan ngumpet.; Bisa dong seharusnya sedini mungkin terdeteksi di hilirisasi teknologi terbarukan lewat satelit. Susah ya? Karena korupsi cerdas berevolusi, berkelit, sekalipun dicegat aturan antikorupsi. Walah. Pripun niku nggih?

Barangkali siluman memiliki cara sendiri berevolusi rupanya. Alamak, luar biasa. Apakah sulit memperhatikan proses korupsi tengah berlangsung, sebelum terjadi korupsi? Repot ya. Kalau menempatkan robot kamera aktif berjalan, link ke satelit, enggak mungkin juga ya. Konon ada tekno tercanggih, tapi satelitnye mahal sewanye kale ye.

Lewat kecerdasan buatan bagaimanakah? Kan lagi marak neh di dunia. Lagi pada jatuh cinta dengan tekno itu, katanye. Bisa kale ye di buat teknologi pengawasan korupsi melekat rahasia, kalau niat baik mengerjakan hal baik bisa dong. Niat baik konon langsung di catet malaikat.; Misalnya jangan nikung di jalan lurus - alegoris bagai tower berkarat kehujanan. Enggak mungkin dong tower dipayungin cuy.

Ada lagi alegoris di kurun waktu kemudian peninjauan pada kisah epiknya.; Apakah makhluk itu secara personal tumbuh menjadi manusia amat bijaksana atau sebaliknya; sukses jadi manusia pemuja jejadian, cari pesugihan, sukses pula jadi siluman, hobi beli jimat agar lolos dari jerat hukum akibat korupsi. Nah loh gawat. Kemana itu akhlak? Digadein kale.

Be happy. Oke. Jalan pintas ingin cepat kaya emangnya kudu korupsi? Enggak dong. Iyau! Panjang antrian hotel prodeo untuk koruptor kuy. Mendengar kalimat ko.rup.tor, pikiran sampai pada titik jenuh. Eit! Nanti dulu. Enggak boleh gitu dong. Kalau jenuh membaca taklimat ko.rup.tor. Apa ada hal lebih seru dari pada hal itu.

Berbeda dengan menyeduh kopi loh. Kalau kopi tumpah semeja makin sedap harumnya persahabatan makin apik, makin geulis. Sembari ngopi bagai melihat kisah Srikandi versi wayang purwa di layar wayang kulit.; Atau Abimanyu gugur, sila ke versi Mahabharata, baca sendiri ya. "Gong!"

"Doel, turun! Lagi waktu Ashar neh!" Empok Mustadji memanggil, Doel Sohib, nyang lagi nangkring di tangga tower.
"Alhamdulillah Mpok. Oke ane turun neh."
"Langsung ke Langgar Doel."
"Okeh. Salam buat Bang Jali enggak." Semberi senyum ngeledek.
"Langsir Doel." Mpok Mustadji mengacungkan jempolnya.
"Siap." Doel Sohib, ngibrit ke Langgar. Mpok Mustadji tersipu - sipu.


Yuk! Makrifat. Syariat. Mufakat.
Akidah menjaga akhlak.

Lebaran sebentar lagi
Stop ya korupsinya.

Mau enggak ya?
Ehem ...



***

Jakarta Kompasiana, April 09, 2024.
Salam NKRI Pancasila. Banyak kebaikan setiap hari.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun