Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Menempuh Badai Pergolakan

24 Juli 2017   22:36 Diperbarui: 31 Desember 2018   12:39 462 0

Hisyam merenung dalam-dalam. Di benaknya banyak tanda tanya bergelayut. Tak sudah-sudah bibirnya menyeruput kopi panas. Mentari sudah berancang-ancang rebah di ranjangnya. Binatang malam hilir-mudik membangunkan kawan-kawannya. Tidak bisa dan ini harus! Ya ini sebuah keharusan! Entah apa yang tiba-tiba keluar dari benak Hisyam. Hingga ia berseru seperti itu. Malam mulai merangkak menyusuri  tiap lorong yang sepi. Suara jengkerik bernyanyi ramai. Kelelawar melesat cepat keluar dari bumbung-bumbung bambu. Di udara suara burung malam pun terdengar lirih. Malam semakin larut. Namun Hisyam masih duduk di tempatnya semula. Setengah gelas kopi sudah mendingin. Sedingin aliran udara membawa angin yang berhembus malam itu. Hisyam menengadah ke arah langit malam. Sinar rembulan sebagian tertutup awan.  Malam itu adalah titik balik sebuah pergolakan. Antara idealisme seorang Hisyam dengan kepongahan sebuah sistem. Aku harus memulai perubahan ini. Esok adalah sebuah pengawalan sejarah. Dan harus menjadi sejarah yang panjang untuk dikenang. Saatnya bergerak. Saatnya bertindak. Musti berubah!!! Ya berubah!!! Harga yang pantas untuk dibayar! Tidak ada sesuatu yang mustahil! Pagi cepat sekali datangnya. Sosok kurus tinggi terlihat samar di kegelapan shubuh berjalan tergesa-gesa. Dengan tas ransel berisi helaian kertas dan bekal makanan seperlunya, pemuda itu menuju stasiun Tugu Manis di Desa Kecapiring.  Dialah Hisyam yang tadi malam penuh dengan pikiran. Tak berapa lama, dia sudah berada di perjalanan. Bus Kendakawutu membawanya menuju tempat yang sudah direncanakannya. Siang pun tampak menyambutnya.  Dia meminta bus menepi dekat sebuah kemah. Di dalamnya sudah berkumpul Bagja, Sugema. Raga, Bayu dan Nuga. Mereka sudah menunggu Hisyam sejak semalam. Kalian sudah punya rencana?  Itu awal ucapan Hisyam ketika rapat 6 pemuda baru dimulai. Sudah! Jawab Nuga yang sudah tak sabar dengan gagasan-gagasannya. Kampus sudah kita satukan dalam visi dan misi. Kawan-kawan yang lainnya tinggal menunggu komando dari kita. Kampus akan kita genggam malam ini. Pergolakan besar baru dimulai!  Ayo berangkat! Mereka pun segera berangkat menumpang mini bus menuju kampus. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun