Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola

Mari Bercerita Tentang Roman Abramovich dan Chelsea

6 Maret 2022   11:49 Diperbarui: 6 Maret 2022   11:50 431 5
Dunia tengah disibukkan dengan berita tentang serangan yang dilakukan Rusia kepada Ukraina. Imbasnya, dalam sepakbola khususnya, klub Rusia hingga timnas Beruang Merah itu sendiri mendapat hukuman yang tidak biasa. Tidak sampai disitu saja, salah satu sosok paling populer di dunia sepakbola, Roman Abramovich, yang tak lain dan tak bukan adalah pemilik klub Chelsea asal Rusia "dipaksa" untuk meninggalkan kursi nya yang telah ia rawat selama bertahun-tahun lamanya.Roman Abramovich, melalui statement resmi klub, menyatakan bahwa di tengah kecintaannya yang amat mendalam kepada Chelsea, dirinya harus melepas klub yang telah dibangun selama kurang lebih 19 tahun itu.

Roman Abramovich bukan lah sosok sembarangan. Hadir dari kondisi keluarga yang sejatinya tidak diinginkan banyak orang, Abramovich tumbuh menjadi sosok cerdas nan spektakuler. Kehebatan serta keahliannya dalam mengurus segala hal membuatnya jadi salah satu orang terkaya yang patut diperhitungkan.

Mengenal Lebih Dekat Sosok Roman Abramovich

Lahir di sebuah kota pelabuhan utama di sudut barat daya Rusia, Saratov, Roman Arkadyevich Abramovich dikenal sebagai seorang milyarder. Dia merupakan seorang ahli bisnis dan memiliki hubungan baik dengan kumpulan sosok tak biasa yang tersebar di seluruh dunia. Salah satu sosok yang dikenal dekat dengan dirinya tentu Presiden Rusia, Vladimir Putin, meski kemudian hal tersebut ditampik oleh pihaknya.

Sudah ditinggal kedua orang tuanya sejak usia empat tahun, Abramovich dibesarkan oleh kakek neneknya di Komi, sebuah wilayah yang terletak di Siberia.

Meski sempat meniti pendidikan formal, Abramovich dikatakan sebagai sosok yang keluar dari dua perguruan tinggi. Dia sendiri juga mengaku bahwa nilai akademiknya tak lebih dari rata-rata. Namun dibalik itu, Abramovich merupakan sosok yang inovatif sejak usia muda, dimana hal tersebut membantunya untuk mempelajari banyak sekali hal, salah satunya adalah menjadi seorang wirausahawan berbakat.

Selain pernah menjual bensin untuk keperluan militer, Abramovich juga pernah menjajal bisnis parfum dan deodoran hingga membuat saldo rekeningnya terus terisi. Tak sampai disitu, dia juga menggeluti usaha mainan plastik, suku cadang otomotif, sampai masuk ke bisnis peternakan babi.

Karirnya kemudian kian melonjak setelah dia menjadi tangan tangan seorang pebisnis bernama Boris Berezovsky. Melalui Boris Berezovsky, Abramovich berhasil menjalin hubungan baik dengan orang nomor satu Rusia ketika itu, Boris Yeltsin, yang tentunya hal tersebut kian memuluskan langkahnya untuk melebarkan sayap ke berbagai bisnis lainnya.

Kedekatan Abramovich dengan Presiden Yeltsin juga dibuktikan dengan buku Richard Sakwa tahun 2019, yang berjudul The Crisis of Russian Democracy, yang menyebut bahwa Abramovich menjadi yang pertama kali merekomendasikan nama Putin pada Yeltsin sebagai penggantinya.

Dengan begitu, pergerakannya kian mulus usai Putin ditunjuk sebagai sang pemimpin baru. Menurut Forbes pada tahun 2019 silam, kekayaan bersih Abramovich tercatat sekitar 12,9 miliar dolar Amerika Serikat, dimana hal tersebut menjadikannya sebagai orang terkaya ke-11 di Rusia.

Selain mempelajari ilmu bisnis untuk mendapatkan pundi-pundi uang, Abramovich juga tertarik ke dunia politik hingga pada akhirnya ia menjadi Gubernur di wilayah Chukotka pada tahun 2000 setelah memenangkan sebanyak 92 persen suara. Dalam perjalanannya, Abramovich dilaporkan telah menghabiskan sebanyak 180 juta poundsterling untuk biaya pembangunan sekolah, perumahan, dan infrastruktur di Chukotka.

Lebih lanjut, kekayaannya juga berlanjut pada pembangunan empat properti di New York senilai 96 juta dollar Amerika Serikat.

Kemudian, satu lagi hal yang membuat sosok Roman Abramovich kian dikenal dunia tentunya adalah sepakbola, dimana klub Chelsea menjadi yang paling beruntung karena berada dalam genggaman sang pria berusia 55 tahun tersebut.

Awal Kedatangannya di Chelsea

Harus diakui memang bila sepakbola telah membuat nama Roman Abramovich kian meroket. Tepat pada tahun 2003 silam, Roman Abramovich yang sudah memiliki tempat tinggal di London tertarik untuk membeli Chelsea. Dia beranggapan bahwa hutang Chelsea yang menggunung membuat klub tersebut ditawarkan dengan harga yang relatif murah.

Dalam kesepakatannya dengan pihak Chelsea tepat pada Juni 2003, Abramovich mulanya membeli sebesar 50% saham klub dengan nilai 30 juta pounds, sebelum akhirnya berinvestasi penuh dengan nilai sebesar 140 juta pounds.

Sejatinya, sebelum Roman Abramovich resmi membeli Chelsea, sudah ada beberapa klub yang dipertimbangkan olehnya. Diantaranya Tottenham yang kemudian gagal dibelinya karena sang pemilik, Daniel Levy, hanya bersedia menjual sebesar 30% saham klub. Kemudian masih ada lagi nama Portsmouth yang juga sempat dipertimbangkan Abramovich untuk dibeli.

Bahkan Manchester United yang ketika itu tengah menjadi raksasa terkuat Liga Primer Inggris bersama Arsenal juga masuk ke dalam radar. Dalam sebuah kesempatan, Abramovich bahkan dikabarkan sempat menghadiri pertandingan Liga Champions Eropa antara tim Setan Merah melawan Real Madrid di Old Trafford.

Namun karena Chelsea menjadi klub yang dikatakan lebih mudah dan murah untuk didapatkan, Abramovich kemudian tak ragu untuk menjalin kesepakatan dengan Ken Bates, pemilik Chelsea terdahulu.

Selain itu, terdapat pula peran Sven Goran Eriksson, mantan manajer timnas Inggris dan salah satu orang terdekat Abramovich, yang menyarankan sang miliarder untuk membeli Chelsea.

"Pada tahun 2003, Roman ingin membeli klub di Rusia. Saya pergi bersamanya ke Moskow untuk melihat fasilitas di dua atau tiga klub lain. Tapi kemudian dia berubah pikiran dan mengatakan dia ingin membeli klub di London," kata Eriksson.

"Dia sedang memikirkan Chelsea atau Tottenham. Dia menelepon saya dan berkata, "Siapa yang harus saya beli?"

"Saya katakan jika Anda ingin memenangkan liga maka belilah Chelsea, karena Anda hanya perlu mengubah separuh tim. Sementara dengan Tottenham, Anda mungkin harus mengubah seluruh tim."

Tepat setelah Chelsea resmi berpindah tangan ke Roman Abramovich, Ken Bates dengan yakin mengatakan bila klub yang sempat dibelinya dengan harga 1 pounds itu bakal memiliki pertumbuhan yang amat mengagumkan.

"Dalam jangka panjang, kesepakatan ini akan bagus untuk Chelsea.

"Apa artinya ini bagi Chelsea? Yah, kami diakui sebagai salah satu klub elit Inggris, dimana kekuatan finansial ekstra ini akan membantu menjadikan kami menjadi salah satu klub elit Eropa."

Pembenahan Fasilitas dan Penambahan Kekuatan Tim

Apa yang telah diucapkan Bates bukanlah bualan belaka. Sejak Roman Abramovich menginjakkan kakinya di Stamford Bridge, dia langsung melakukan pembenahan fasilitas. Salah satu yang menjadi sorotan adalah fasilitas tempat latihan, Cobham. Berdiri di atas tanah seluas 140 hekat, Cobham menonjolkan tempat latihan yang begitu canggih.

Dana senilai 20 juta poundsterling yang dihabiskan berhasil membuahkan fasilitas mewah, termasuk lapangan, rehabilitasi medis, media, dan teknologi lainnya untuk menunjang latihan para pemain. Lebih dari itu, terdapat ruang berlatih indoor dan outdoor, kolam renang air dingin, ruang uap dan sebuah kolam hidroterapi HydroWorx.

Dengan perkembangan fasilitas latihan yang sangat baik, Chelsea secara perlahan kemudian berhasil menghasilkan pemain berkualitas dari akademinya sendiri. Fikayo Tomori, Mason Mount, Tammy Abraham, Reece James, sampai Trevoh Chalobah, menjadi bukti dari keseriusan Chelsea melalui Roman Abramovich untuk menciptakan tulang punggung tim sendiri.

Selang tiga tahun sejak kedatangan Abramovich, Chelsea juga menjadi klub yang mulai populer di mata dunia. Hal itu tak lepas dari strategi bisnis klub dalam membangun museum Chelsea, menciptakan toko klub resmi yang mewah, sampai membuat rencana bagi klub untuk melakoni tur di berbagai negara.

Lebih lanjut, kerja keras dan keseriusan Roman Abramovich dalam membangun Chelsea tak sampai pada hal itu saja, namun juga dalam perekrutan pemain yang tentunya akan sangat berpengaruh bagi prestasi tim. Membawa serta sosok Peter Kenyon yang merupakan mantan kepala eksekutif yang sukses bersama Manchester United, Chelsea berhasil menggaet sejumlah nama penting untuk menjadi bagian dari revolusi yang tengah dicanangkan.

Diantaranya adalah Jose Mourinho yang didatangkan dari FC Porto untuk menggantikan Claudio Ranieri. Lalu ada pemain seperti Damien Duff yang kemudian bakal jadi andalan, Joe Cole, serta Geremi yang tiba dari Real Madrid.

Dengan perekrutan pemain yang terus berkembang, kita semua tahu bila pada akhirnya Chelsea resmi menjadi raksasa Inggris dan juga Eropa. Trofi Liga Primer Inggris sampai Liga Champions Eropa berhasil didapat. Bahkan yang terbaru, mereka berhasil menambah koleksi trofi tertinggi Eropa sekaligus memastikan diri sebagai klub terbaik dunia dengan menggondol trofi FIFA Club World Cup.

Pergi dengan Banyak Kenangan Manis

Kini, Chelsea harus membiasakan diri tanpa pemilik yang mereka cintai. Seperti yang sempat disinggung di awal, Abramovich memilih pergi terkait imbas invasi Rusia terhadap Ukraina yang berdampak pada sepakbola.

Perjalanan yang sangat panjang bagi Abramovich untuk benar-benar melepas Chelsea. 13 manajer yang pernah ditunjuk, termasuk kembalinya pelatih legendaris klub Jose Mourinho, lima gelar Liga Primer Inggris, dua gelar Liga Champions Eropa, dan masih banyak lagi gelar bergengsi lainnya, telah resmi menutup lembar cerita sang pria Rusia di Stamford Bridge.

Terima kasih, Roman Abramovich!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun