Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

[Kota Cerdas] Tangerang Selatan, Tak Hanya Akrab Teknologi (2)

19 Mei 2015   21:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:48 2619 0

Konsep kedua dalam pencapaian Kota Cerdas adalah Smart Economy. Lagi-lagi, dukungan TIK tak dapat dilepaskan. Smart Economy berarti pengelolaan kota dengan ditopang perekonomian yang baik dan memaksimalkan sumber daya/potensi kota. Tentu, didukung pula layanan TIK, tata kelola dan peran SDM yang baik. Konsep ini misalnya, menelisik empat persoalan, mulai dari pusat kegiatan ekonomi, pendidikan, industri, dan sumberdaya alam.

Smart Economy

Secara ekonomi, Tangsel menggeliat. Dampaknya, pusat-pusat kegiatan perekonomian terus menjamur dengan beragam bidang usaha, seperti industri kayu anyaman bambu/rotan, gerabah, pakaian jadi, makanan dan minuman, alas kaki, kertas, penerbitan, kimia, karet/plastik, barang galian bukan logam, barang logam, mesin dan perlengkapan, peralatan kantor dan rumah tangga, juga kosmetik dan obat-obatan. Data yang dihimpun Disperindag Kota Tangsel memperlihatkan, jumlah perusahaan sepanjang 2013, sebanyak 764 perusahaan. Tersebar di tujuh kecamatan, terbanyak berada di Kecamatan Pondok Aren (256 perusahaan), disusul Setu (131), Serpong (114), Ciputat (90), Serpong Utara (71), Pamulang (63), dan Ciputat Timur (39).

Sebagai kota yang digadang-gadang menjadi ‘Kota Jasa’, Tangsel menjadi primadona sebagai wilayah yang tepat bagi pengusaha untuk menanamkan modalnya. Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Tangsel merinci, pada 2013 terdapat 172 Penanaman Modal Asing (PMA), dan 18 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Jumlah investasi PMDN mencapai lebih dari Rp 426 miliar, dan jumlah investasi PMA mencapai lebih dari US$ 3 miliar. Meningkat, bila dibandingkan tahun sebelumnya dengan 167 PMA (dengan jumlah investasi hingga lebih dari US$ 2,9 miliar), dan 12 PMDN (lebih dari Rp 340 miliar). Lima besar posisi aliran modal dari mancanegara yang berinvestasi di Tangsel adalah, Korea Selatan, Jerman, Singapura, Taiwan, dan Australia.

Bagaimana imbasnya terhadap warga kota? Pada 2013, dari jumlah total penduduk sebanyak 1.443.403 jiwa, terdapat 1.070.776 jiwa atau 74,18 persen yang merupakan Penduduk Usia Kerja (PUK). Dari jumlah PUK ini, sebanyak 650.259 jiwa merupakan para angkatan kerja, dan sisanya 29.632 jiwa adalah bukan angkatan kerja (pengangguran). Proporsi pekerja terhadap Angkatan Kerja cukup menggembirakan, 95,44 persen. Angka ini menunjukkan besarnya kesempatan seseorang untuk memperoleh pekerjaan atau Tingkat Kesempatan Kerja (TKK). Dari sini, kinerja Pemkot Tangsel terlihat keberhasilannya, lantaran berhasil menekan angka pengangguran menjadi 4,56 persen. Pada tahun sebelumnya atau 2012, angka pengangguran masih cukup tinggi, 8,07 persen.

PUK yang mencari kerja, menurut data Dinas Tenaga Kerja Tangsel, jumlahnya mencapai 4.839 orang. Latarbelakang ijasah pendidikan mereka didominasi Strata-1 sebanyak 2.093 orang. Disusul lulusan SMK dan sederajat dengan 1.219 orang, lulusan S2 sebanyak 72 orang, program Diploma-I, II dan III mencapai 52 orang, dan lulusan SD sebanyak 6 orang. Angka lulusan SMK dan sederajat yang masuk dalam PUK cukup besar, karena memang berdasarkan prosentase penduduk usia 10 tahun keatas menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan pada 2013, lulusan SMK dan sederajat tercatat paling banyak yaitu 35,64 persen, disusul Universitas atau Perguruan Tinggi sebanyak 19,06 persen, SMP dan sederajat 17,92 persen, kemudian SD dan sederajat 15,81 persen, serta sisanya 11,57 persen adalah yang tidak atau belum menamatkan SD.

Karena itu, tak berlebihan bila Tangsel berhasil menempati posisi ‘Menengah Atas’ dalam capaian Indeks Pembangunan Manusia se-Provinsi Banten, dengan capaian 77,13. Disusul Kota Cilegon (76,31), dan Kota Tangerang (76,05), sebagai perbandingan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun