Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Jermal, Jaya, dan Laut

24 Desember 2012   04:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:07 429 0
Jermal adalah tiang-tiang pancang di tengah lautan yang menopang gubuk-gubuk kumuh dan kotor. Jermal adalah tempat anak-anak pekerja di bawah umur bekerja siang dan malam untuk kehidupan keluarga mereka yang ada daratan. Jermal pun adalah tempat pelarian yang tidak nyaman bagi mereka yang melarikan diri dari kehidupan darat. Mungkin bagi kebanyakan dari kita Jermal adalah sebuah tempat yang tak terbayangkan rasa, bentuk, dan baunya. Hal itu pun yang terjadi pada semua orang yang baru tiba di Jermal. Sampai tiba saatnya dimana mereka harus membiasakan diri untuk tidur, makan, dan buang hajat di atas Jermal.

Tersebutlah Jaya seorang bocah kecil dan kurus kering berotak pandai. Calon professor dan kolektor serangga yang terampil mengoperasikan komputer. Jaya adalah anak rumahan yang tidak terbiasa untuk hidup di tengah ganasnya lautan. Jaya adalah pelaku otak bukanlah pelaku otot, yang lebih lihai untuk berpikir daripada berkelahi. Dia bukanlah anak yang ideal untuk dipekerjakan mengangkat jaring dari laut maupun membersihkan darah ikan yang bertebaran di lantai.

Jaya tidak datang ke Jermal untuk uang ataupun untuk melarikan diri. Tidak pernah terpikir olehnya untuk melabuhkan diri di Jermal apabila bukan karena pesan terakhir dari ibunya. Dengansuratsebagai wasiat penutupan kehidupan sang bunda, Jaya berangkat ke Jermal untuk bertemu seseorang yang dapat ia sebut sebagai bapak.

Di dalam sebuah novel berjudul Jermal, Yokie Aditya berusaha menceritakan sebuah realita tentang kehidupan di dalam Jermal yang dibalut oleh romantisme pribadi dari seorang bocah bernama Jaya. Kehidupan di Jermal yang merupakan sebuah tempat penangkapan ikan di tengah laut diceritakan dari sudut pandang Jaya. Dia yang dulunya adalah seorang bocah manja harus membiasakan diri dengan kehidupan keras di Jermal. Bocah pemalu yang bukan hanya harus membiasakan diri dengan tajamnya air garam yang mengikis kulit maupun terpaan panas matahari yang membakar kepala. Tetapi harus juga bertahan hidup dari hukum Jermal yang tumbuh tanpa pembatasan dari norma-norma manusia daratan.

Buku ini bercerita tentang dampak dari kemiskinan terhadap anak-anak yang terpaksa untuk menjadi pekerja di bawah umur. Tidak ada anak yang ingin pergi ke Jermal, mereka semua ingin pergi bermain bola di lapangan lumpur yang becek. Tetapi dengan pergi ke Jermal-lah mereka dapat membantu kehidupan ekonomi keluarga mereka yang berada di daratan.

Cara bercerita Yokie yang  tidak rumit dimana dia menggabungkan kekerasan hidup di Jermal dengan pandangan kesederhanaan hidup dari mata anak-anak, membuat buku ini menarik untuk dibaca. Hubungan ayah dan anak yang penuh pergulatan emosi pun digambarkan dengan sederhana, tanpa banyak kata-kata, dan minim intrik yang berlebihan ala sinetron.

Sebenarnya masih banyak sisi yang dapat dikembangkan dari novel Jermal ini, tapi sepertinya sang penulis ingin fokus kepada hubungan emosional antara ayah dan anak tersebut. Saya pun sampai sekarang tidak tahu dimana persisnya letak dari Jermal yang ada di dalam kisah ini. Satu-satunya informasi adalah sebuah kalimat yang menyatakan kalau pusat penangkapan ikan tengah laut ini berada di suatu tempat di wilayah perairan Sumatera. Novel ini sangat tipis dan tanpa basa-basi, yang sangatlah cocok untuk menggambarkan kondisi Jermal dimana mereka hanya perlu untuk bekerja dan mimpi-mimpi indah bermunculan seperti buih di lautan yang timbul dan meletus hanya dalam jarak kedipan mata.

Judul Buku : Jermal

Penulis      : Yokie Adityo

Penerbit    : PT. Bentang Pustaka

Distribusi   : Mizan Media Utama

Tahun       : 2009

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun