Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat Pilihan

Salib dan Penderitaan Kristus

29 Maret 2024   17:15 Diperbarui: 29 Maret 2024   17:24 113 2
PENDERITAAN DAN KEMATIAN KRISTUS JALAN PEMBEBASAN.

Oleh: Florit P. Tae, S.Th

Sering kali, respon kita ketika melihat orang dekat, teman, orang tua maupun orang yang kita kenal meninggal, kita sering berucap "Pergilah dalam Damai, karena segala kesusahan di dunia telah berakhir".

Atau dengan kata lain, kita hendak berkata;  Kematian seseorang adalah tanda bahwa ia telah bebas dari semua hal yang menyusahkan di dunia (Utang, sakit fisik, sakit mental, pekerjaan yang banyak, dll).
Tetapi, apakah seorang bapa atau ibu misalnya, ketika meninggal, lalu semua keluarganya dengan otomatis bebas dari berbagai masalah hidup?  Tidak.!

Kematian manusia berbeda dengan Kematian Yesus.
Manusia mati, memang terbebas dari berbagai persoalan hidup di dunia.
Tetapi Yesus mati dan serentak menghasilkan pembebasan bagi manusia dari segala Jenis belenggu kebinasaan. Sekaligus, pada saat yang sama Yesus mendamaikan Manusia dengan Allah.

Manusia mati dan ia membebaskan dirinya sendiri dari beban Hidup, tetapi sebaliknya Yesus mati tidak untuk membebaskan dirinya dari persoalan hidup-Nya. Melainkan, Kematian Yesus justru untuk membebaskan Manusia dan Alam Semesta dari belenggu dan kekuasaan Maut.

Dengan demikian, jelaslah bahwa Manusia mati karena akibat dari Dosa, dan kematian adalah sesuatu yang alami. Tetapi Yesus mati karena Ia sendiri memilih untuk menempuh jalan itu.  Allah di dalam Yesus membiarkan diri-Nya menempuh jalan kematian.

Kematian Manusia/makhluk hidup pada umumnya adalah Konsekuensi atau akibat logis dari Keberdosaan. Kendati demikian, Allah melalui Yesus menggantikan Manusia menempuh jalan kematian itu.

Peristiwa Salib dan Kematian Yesus Dengan demikian, menegasi makna baru. Kematian pada akhirnya tidak lagi bermakna sebagai akibat dari Dosa, tetapi kematian berubah makna menjadi jalan perjumpaan dengan Allah di dalam Keabadian kerajaan Sorga.

Hal ini ditegaskan lebih lanjut di dalam doktrin Iman Kristen. Iman Kristen secara tegas mengamini bahwa Kematian tidak lagi menjadi sesuatu yang menakutkan, melainkan sesuatu yang membahagiakan. Karena sekali lagi, di sana kita berjumpa dengan Allah. Kita hidup di dalam kerajaan dan kekuasaan Allah.

Teks Yohanes 19: 28-42 yang secara serentak menjadi bacaan seluruh jemaat GMIT menegasi refleksi terdalam mengenai Penderitaan dan Kematian Yesus sebagai jalan Pembebasan.

Jika membaca dan memahami teks Yohanes 19: 28-30, secara Implisit kita menemukan narasi simbolik yang terucap dari Mulut Yesus.
Kata "Aku Haus" adalah sebuah ungkapan yang bisa dimaknai secara simbolis. Secara harafiah, kata ini menggambarkan Natur kemanusiaan Yesus. Namun, "Aku Haus" menurut saya pada satu sisi menggambarkan bahwa Allah di dalam Yesus sedang meminta semua beban dan Belenggu Dosa untuk dipikul menuju Kematian. Yesus menarik masuk semua beban Manusia kedalam dirinya. Sebab, hanya dengan cara menarik masuk semua belenggu kedalam Kungkungan Yesus, Kita mengalami pembebasan.

Lebih lanjut, Kata "Anggur asam, bunga karang, sebatang Hisop" adalah simbol dari dosa dan beban manusia yang sesungguhnya mengerikan, menakutkan, memuakan, membebani dan sebagainya. Ketika Yesus berkata "Aku Haus", semua simbol diatas diberikan oleh Prajurit kepada Yesus untuk di cicipi, dirasakan dan serentak dialihkan dari Manusia yang seharusnya merasakannya kedalam diri Allah. (Bdg. 2 Korintus 5:12).

Ketika Semua beban sudah di rengkuh, Yesus berkata "sudah selesai". Kata "Sudah Selesai" memberi pesan bahwa Semua Dosa dan beban penderitaan kita sudah diambil alih ke dalam diri Yesus.
Dan Yesus memikul semuanya menuju Lembah Kematian, supaya Di sana Yesus meletakkan dan melepaskan semuanya. Lembah kematian adalah tempat Allah di dalam Yesus meletakkan belenggu yang seharusnya dipikul oleh manusia tadi.

Setelah Yesus Mati, Mayat Yesus dibawa untuk dimakamkan sebagaimana tradisi pemakaman orang Yahudi. Peristiwa tersebut menarik, sebab ada cerita yang unik. Mayat Yesus di letakan di Taman. Di taman itu ada satu kubur baru. Penulis Injil Yohanes menggambarkan sebuah kisah yang sangat lazim ketika mayat Yesus hendak dimakamkan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun