Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Buah Pohon

15 Januari 2019   18:45 Diperbarui: 15 Januari 2019   18:58 78 2

Hiduplah seorang pemuda berbakat di sebuah dusun. Nama dusun itu adalah Kemuning. Nama itu sesuai dengan kondisi tanahnya. Konon, dusun itu dinamai dari warna tanah di situ. 

Dalam sebuah perjalanan, pemuda itu ditemani beberapa sahabatnya. Mereka hendak pergi ke suatu pesta perkawinan di dusun tetangga. Pemuda itu memang diundang ke pesta tersebut. Diajak pulalah sahabat-sahabatnya untuk menyertainya.

Pada perjalanan itu, sampailah mereka kira-kira separuh dari perjalanan mereka. Mereka beristirahat sejenak di area perkebunan. Maklum udara di situ sangat sejuk. Sensasi kesegaran sungguh terasa di sepanjang area itu. Waktu itu belum musim buah-buahan. Tak satu pun pohon yang berbuah. Pohon buah-buahan yang ditanam di situ semuanya jenis liar, yang baru coba untuk dibudidayakan. 

Saat mereka sedang beristirahat, timbullah keinginan di hati pemuda berbakat itu untuk makan buah. Ia pun menyampaikan kehendaknya kepada sahabat-sahabatnya. Mereka menanggapi dia dengan pendapat bahwa di area itu sedang tidak ada buah. Lagi pula bukan musim buah.

Pemuda berbakat itu lalu bergegas ke arah dekat salah satu pohon buah yang berada di area yang sejuk udaranya itu. Sambil menunjuk pohon buah tersebut, ia menjadi gusar. Bergumamlah ia dalam hatinya. "Mengapa engkau tak memberiku buah saat aku merindukannya," demikan pekiknya di dalam hati. Ia pun tak sanggup menahan kesalnya sehingga diceritakannya kepada teman-temannya. Setelah mengisahkan suasana hatinya, ia dengan nada yanq keras mengata-ngatai pohon buah itu.

Lalu mereka pun melanjutkan perjalanan hingga tiba di tempat pesta. Selesai mengikuti pesta perkawinan itu, kembalilah mereka melintas jalan semula. Ketemu pula mereka dengan pohon yang telah dikata-katai sebelumnya. Kali ini, pohon itu telah berubah. Perubahan yang sangat besar terjadi padanya. Sahabat-sahabat dari pemuda berbakat itu sungguh terkejut. Mereka sangat-sangat terkejut. Terkejut melihat keadaan pohon itu. Pohon itu, kini, kering. Ya, pohon itu sudah kering, semuanya. Dari pucuk hingga ke akar. Tampak lapuk di seluruh bagiannya.

Ini nasihat mereka kepada sahabat yang berbakat itu. Wahai sahabat, kata-kata sangat berdaya. Kata dapat mengubah segala sesuatu. Hati-hatilah dengan mulutmu, dengan ujarmu, dengan berkatamu. Kata dapat mematikan, bahkan tak lagi memberi kemungkinan. Kata tak dapat dibendung, tak dapat ditarik kembali. Kata tak dapat dipulihkan. Tak ada restorasi di sana. Sekali diluncur ia terus meluncur hingga ke sasaran. Ia seperti anak panah terlepas dari busur. Mustahil dikembalikan. Kata seperti waktu. Karenanya, bijaklah memakai bibitmu dalam mengolah kata. Ia bukan hanya mematikan, tetapi tak memberi kemungkinan di masa depan. Harapan dan kemungkinan dibenum oleh kata yang tak tepat. Pikirkanlah itu wahai sahabat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun