Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Selamat Datang Penduduk Bumi ke-7 Miliar!

31 Oktober 2011   02:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:16 272 0
[caption id="attachment_145351" align="alignnone" width="300" caption="Hari ini!"][/caption] Ahli kependudukan memproyeksikan bahwa penduduk dunia ke-7 miliar akan dilahirkan hari ini, 31 Oktober. Untuk beberapa orang, seperti dosen saya, ini lebih menyenangkan dari Halloween. Untuk beberapa orang, terutama yang pernah mendengar nama Malthus, mungkin ini lebih menyeramkan dari Halloween. Yang pasti, mengutip Babantunde Osotimehin (Direktur Badan Dunia Dana Kependudukan - UNFPA), 'Kita adalah 7 miliar orang dengan 7 miliar kemungkinan.' Jika kita mundur sampai 2000 tahun yang lalu, pelipatgandaan penduduk dunia perlu waktu sekitar 16 abad. Di masa itu kehidupan manusia bisa digambarkan sebagai 'pendek dan kejam'. Di tahun 1800-an penduduk dunia mencapai 1 miliar jiwa dan tumbuh semakin cepat: penduduk dunia bertambah 1 miliar dalam 120 tahun, lalu 1 miliar lagi dalam 30 tahun, 15 tahun dan sekarang setiap 12-13 tahun. Pertumbuhan penduduk dunia melaju dengan cepat pasca Perang Dunia ke-2 karena menurunnya angka kematian di berbagai penjuru dunia sebagai dampak positif dari perbaikan kondisi sosial ekonomi, perbaikan sanitasi dan juga berbagai intervensi kesehatan masyarakat. [caption id="attachment_145358" align="alignnone" width="669" caption="Laju pertambahan penduduk dunia. (UNFPA)"][/caption] Lalu? Bagi kebanyakan orang, barangkali nama Malthus sudah cukup akrab di telinga. Saya sendiri diajarkan tentang teori Malthus waktu saya berada di bangku SMP: jumlah penduduk bertambah menurut deret geometrik - 1, 2, 4, 8, dst.-, sedangkan jumlah sumber daya (makanan) bertambah menurut deret aritmetik - 1, 2, 3, 4, dst.-. Implikasinya, para Malthusian percaya bahwa pertumbuhan penduduk dunia akan membawa dampak yang buruk. Menggunakan istilah Malthus, jumlah penduduk yang terlalu besar akan membawa kendali postif - positive check - yang memaksa jumlah penduduk untuk kembali ke ukuran yang sewajarnya: bencana kelaparan, kemiskinan atau peperangan. Untuk mencegah hal tersebut, menurut Malthus, perlu dilakukan kendali pencegahan - preventive check - dengan menunda usia perkawinan (Malthus tidak menyebutkan tentang kontrasepsi, barangkali karena tidak sesuai dengan pandangan moral Malthus yang adalah seorang pendeta). Di tahun 1968, teori Malthus kembali mendapat sorotan dengan diterbitkannya buku The Population Bomb oleh Paul Ehrlich. Di dalam buku tersebut, Ehrlich meramalkan bahwa di tahun 70an dan 80an akan terjadi bencana kelaparan besar yang melanda seluruh dunia karena terlalu banyaknya penduduk dunia. Beruntung bagi kita, pesimisme Malthus dan Ehrlich tidak pernah terbukti, setidaknya dalam skala global. Di Inggris sendiri, negara asal Malthus, Malthus sendiri menyaksikan revolusi industri mendorong penggunaan mesin-mesin pertanian dan meningkatkan produksi pangan. Pertumbuhan ekonomi dan derajat kesehatan menekan jumlah kematian dan, juga didorong oleh industrialisasi dan urbanisasi, menyebabkan banyak orang memutuskan untuk mengurangi jumlah anak. Di tahun 1960an revolusi hijau  berhasil meningkatkan produksi pangan dunia agar dapat mengimbangi pertumbuhan penduduk. Menurut Julian Simon, manusia bukan hanya mulut yang harus diberi makan tetapi juga sumber ide kreatif yang dapat memecahkan masalah umat manusia itu sendiri. Benar kata Babantunde Osotimehin, 7 miliar orang adalah 7 miliar kemungkinan. Selamat datang penduduk bumi ke-7 miliar. Semoga Anda menjadi bagian dari pemecahan masalah umat manusia, bukan bagian dari masalah itu sendiri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun