Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Artikel Utama

Bagaimana Jadinya Sekolah Tanpa Ujian Nasional?

30 November 2016   07:07 Diperbarui: 30 November 2016   12:49 10968 6
Saya selaku guru, yang selama ini mengamati penyelenggaraan UN, meyatakan sikap setuju dengan moratorium UN tersebut, dengan alasan sebagai berikut:

  1. Efektivitas Tidak Sebanding dengan Biaya yang Dikeluarkan
    UN menelan biaya sekitar 500 miliar, anggaran yang sangat besar. Namun hasil UN belum dapat menncerminkan kualitas pendidikan yang sesungguhnya. UN sebagi pemetaan, apakah juga sudah ditindaklanjuti? Ketika sudah ditindaklanjuti apakah serius? Ini yang masih menjadi pertanyaan kita. Anggaran yang begitu besar lebih baik digunakan untuk sektor pendidikan yang lain.

  2. Terjadi Dikotomi Mata Pelajaran UN dan Non-UN
    Semenjak siswa duduk di bangku sekolah, sebenarnya siswa sudah dicekoki ada dikotomi mata pelajaran UN dan non UN, mata pelajaran penting dan kurang penting. Ini fakta, siswa dan guru lebih mementingkan mata pelajaran UN dan non UN. Apalagi ketika siswa sudah menduduki kelas akhir, yaitu kelas VI, IX dan XII, banyak diselenggarakan program-program yang sejatinya mementingkan mata pelajaran UN, misal jam tambahan di sore hari, Uji Coba UN, bahkan ada sekolah yang hanya mengajarkan mata pelajaran UN di kelas akhir. Lantas bagaimana dengan mata pelajaran yang non UN, bagaimana dengan pelajaran pendidikan agama dan PPKn, mata pelajaran yang isinya tentang sikap baik sikap spiritual maupun sosial?

    Kita sepakat bahwa ada 3 ranah yang perlu dibangun, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Tujuan pendidikan nasional pun juga meliputi 3 ranah itu. Artinya semua mata pelajaran itu penting, tidak boleh ada dikotomi mata pelajaran UN dan non UN, tidak boleh ada pembedaan mata pelajaran penting dan kurang penting.

  3. UN Menjadikan Kita Mementingkan Hasil daripada Proses
    Sudah bukan rahasia lagi, ketika kelas akhir siswa dilatih untuk menjawab soal-soal UN, bagaimana menjawab dengan cara cepat yang tidak mengindahkan proses. Padahal UN adalah sebagian dari kegiatan pembelajaran. Masih banyak kegiatan pembelajaran yang juga penting. Namun UN ini seakan-akan jadi benalu. perhatian pemangku pendidikan tercurah ke UN. Perhatikan ketika UN diselenggarakan, ada kunjungan pejabat, terutama ke sekolah-sekolah favorit. Hal ini mencerminkan seolah-olah UN ini merupakan perhelatan akbar dan seolah-olah kegiatan yang lain tidak penting.

    Moratorium UN tentu saja juga menuai pro kontra. Ada yang setuju ada pula yang tidak. Setelah dihentikan UN apakah lantas pendidikan akan menjadi lebih bagus? Biarkan waktu dan kebijakan-kebijakan selanjutnya yang menjawab.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun