Tapi, kali ini beda.
Seorang cucunya akan diwisuda di Kota Bunga pada awal April ini. Biasanya acara seperti ini akan berlanjut dengan "mondok" di Bandung selama beberapa waktu. Lazimnya beliau minta saya mencari dan memesankan tiket pesawat sekali jalan. Kali ini, Ibu meminta agar tiket pesawat pulang sekalian dipesankan juga.
Mengapa buru-buru?
"Bukankah Pemilu tanggal 17 April?" itu jawaban yang saya terima.
Saya tak terpikir sampai ke hal itu. Ketika ada pemilihan walikota dan gubernur beberapa waktu yang lalu, beliau juga sedang berada di Bandung dan tak mengaitkan tanggal kepulangannya dengan tanggal pilkada.
Kalau saja Ibu memberitahu jauh hari akan keluar kota pada tanggal 17 April, sebenarnya bisa saja kami mengurus perpindahan TPS dengan formulir A5. Tapi, desakan keponakan saya agar neneknya hadir di acara wisudanya baru datang pertengahan Maret.
Memangnya untuk apa bela-belain ikut Pemilu ?
Dihitung-hitung, ibu saya sudah ikut Pemilu 10 kali: 6 kali pemilu legislatif dan empat kali pemilu presiden. Pada zaman Orde Baru, bisa ditebak dengan akurasi 100% bahwa Ibu mencoblos Golkar. Maklum, ayah saya pegawai negeri. Setelah itu, Ibu jadi simpatisan PDIP karena faktor Megawati putri Bung Karno yang diidolakannya.
Dengan usia sepuh dan sudah berpartisipasi 10 kali dalam Pemilu, sebenarnya Ibu tak perlu merasa bersalah kalau tak ikut memilih tahun ini. Jadi, untuk apa buru-buru pulang untuk ikut memilih ?
"Mau kasih suara untuk Jokowi."
Ya, sudah. Tak perlu bertanya lebih lanjut. Saya carikan tiket pesawat untuk pulang sebelum tanggal 17 April 2019.