Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Deklamasi Sang Penggembala

17 Februari 2021   20:03 Diperbarui: 17 Februari 2021   20:09 284 10
DEKLAMASI SANG PENGEMBALA
.

Bersuara lantang dihadapan rakyatnya
Berjanji berjuang bersama
Memimpin wilayah  mimpinya
Berharap nanti jadi nyata

Saat masa telah berpihak
Kau sang pengembala bangsa
Aturlah untuk kemajuan bangsa
Bukan untuk kesenangan semata

Deklamasi sang pengembala bangsa



( D.I.M )



SAAT BERPAMITAN PADA SEMESTA


Mata telah buta
Tuli pada telinga
Bisu kala bicara
Nafas tak lagi ada

Dunia ada saatnya
Terhenti untuk selamanya
Waktu tak ada
Saat berpamitan pada semesta

Kita hanya
Manusia hina
Lumur dosa
Kapan?

Hanya sadari
Saat tiba nanti
Jangan angkuh diri
Karna mati
Pasti

( D.I.M )


OBSESI KEDELAI


Kala lain telah naik tingkat
Saatnya kedelai juga meningkat
Kedelai terlalu lama untuk istirahat
Kini saatnya meminta taubat

Tak mengerti acara berhelat
Kedelai kini juga bertekad
Walau banyak yang menghujat
Kedelai juga harap martabat

Kala obsesi kedelai telah berjingkat
Bahkan tempe sulit didapat
Kini semua ingin melihat
Sampai kapan kedelai bergulat

Kala payung sudah khianat
Tak lagi harap kerabat
Kedelai juga harus berbuat
Obsesi kedelai telah bermunajat

( D.I.M )


SASTRA DALAM JERITAN


Bak permata yang terkubur dalam tanah
Tak terlihat dalam bentuk amanah
Seakan dimengerti berupa kata mentah
Tak berarti kala lemah menjamah

Banyak rasa diungkap dalam suara
Tapi apa kala telingar tak mendengar
Mungkin dengan tulisan tulisan kusam
Suara yang terwakilkan dapat dibacakan

Sastra dalam jeritan
Ungkapan yang terselipkan
Dengan kata penuh kiasan
Ketika suara tak lagi didengarkan

Sastra dalam jeritan
Ketika suara telah diabaikan
Mungkin tuhan akan menjelaskan
Makna tulisan yang tergambarkan

Ironis dalam pengertian
Seakan semua sudah terpatahkan
Jawaban tak lagi dipertanyakan
Keengganan menerima kesalahan

Sastra dalam jeritan
Ungkapan kata penuh kiasan
Kebenaran yang disembunyikan
Berubah karya yang tak tergantikan

( D.I.M )


DI SUJUD SEPERTIGA MALAM


Terbangun dari tidur
Sepertiga malam ku bersujud
Lutut tertekuk diatas berkelut
Membawa beban dosa dalam kemelut

Jodoh yang tertutup
Kusujud menyambut
Dosa yang menutup
Ku sujud membelut

Ujung malam
Di sujud panjang
Di sepertiga malam
Berpejam pandang

Meminta cinta
Dalam lillah
Memanjat doa
Hapus dosa

Mengabdi pada Illahi
Di sujud terakhir
Mungkin malam terakhir
Senyum bibir malaikat izrail

Di sujud
Mata tertutup
Pandang kabut
Gelap rajut

Di sujud sepertiga malam
Ridha harap dalam berjabat
Antara niat dan itikad
Membawa hidup dalam Rahmat

( D.I.M )


AKU BODOH DI BUMI PERTIWI


Aku Bodoh
Kala pertiwi sedang dicuri ku hanya diam
Kala pertiwi dalam bahaya ku diam
Tak berdaya diantara kuasa
Tak berdaya diantara wibawa

Aku Bodoh
Kala pertiwi meraihku ku lepas

Melihat permata dijadikan taruhan
Memandang candaan para jajaran
Saling melempar serangan diantara panggung peran
Aku diam karna tak mampu diantara kehormatan

Aku bodoh di bumi pertiwi
Hanya bertulis yang akan diabai
Kala suarapun sudah terdengar
Maka pula coretan tak kan terbaca

Aku bodoh di bumi pertiwi
Maaf, kala hanya coretan yang ku beri

( D.I.M )


AKU BODOH DI BUMI PERTIWI


Aku Bodoh
Kala pertiwi sedang dicuri ku hanya diam
Kala pertiwi dalam bahaya ku diam
Tak berdaya diantara kuasa
Tak berdaya diantara wibawa

Aku Bodoh
Kala pertiwi meraihku ku lepas

Melihat permata dijadikan taruhan
Memandang candaan para jajaran
Saling melempar serangan diantara panggung peran
Aku diam karna tak mampu diantara kehormatan

Aku bodoh di bumi pertiwi
Hanya bertulis yang akan diabai
Kala suarapun sudah terdengar
Maka pula coretan tak kan terbaca

Aku bodoh di bumi pertiwi
Maaf, kala hanya coretan yang ku beri

( D.I.M )



JANGAN BIARKAN TUHAN BERPALING


Hancur dalam tanah tak akan yang menjamah
Luluh lantah tak bersisa
Tubuh kuat perkasa hanya jadi busukan sisa
Kala cacing telah menggerogoti raga kita

Kala itu tak ada mata yang melihat
Ketika hanya tanya dalam siksa yang menyekat
Tak lagi mampu menipu para malaikat
Semua hanya akan menjadi lebih sakit memikat

Dosa yang lebih luas dari samudra
Lebih tinggi dari gunung himalaya
Tak lagi mampu ditutupinya
Kala hanya akan menunggu waktu pembalasannya

Memori itu mengingatkan diri
Sebelum masa akan berakhir
Maafkan diri yang telah lupa dunia akhir
Terimalah ampunan untuk hari akhir

Jangan biarkan tuhan berpaling
Hingga kita lupa akan janji lahir
Kita hanyalah umat yang terkhir
Kala mudah menjadi sifat kafir

Jangan biarkan tuhan berpaling
Bimbing kami hingga akhir
Hingga nyawa kembali pada pemilik TAKDIR
Jangan biarkan tuhan berpaling

( D.I.M )


KALA PALU MELAWAK


Kala palu melawak
Pembuktian jadi perjanjian
Persaksian jadi kesepakatan
Keadilan jadi penghasilan

Kala palu melawak
Hukuman hanya jadi liburan
Pembalasan jadi ancaman
Pengadilan hanya jadi perdebatan

Kala palu melawak
Pemain ingin selalu teriak
Yang melihat selalu terbahak-bahak
Adegan selalu bermain emas perak

Kalu palu melawak

( D.I.M )


DEBAT SI KOPI


Kala sidang penuh makan dan kopi
Suasana suara akan terhenti
Kala lapar diluar sedang menanti
Didalam masih dalam diskusi

Kala sidang harus bertopi
Berlindung diri dari jatuhnya posisi
Saat pinggiran menanti janji
Yang diatas coba membahas

Kala sidang penuh susu bergizi
Mencari cara tetap aman besar gaji
Walau suara keras teriak sang anak tangis
Kata semua jangan pesimis

Kata santai debat si kopi
Seakan mudah kata yang diberi
Langkah lelah selalu dijalani
Kini ternyata hanya sebatas mimpi

Debat si kopi ingin berjaya di negri
Tapi lupa akan kemanusiaan diri
Hilang budi juga pekerti
Tinggallah rasa egois diri

Debat si kopi
Kalian berambisi
Kami tak peduli
Tapi jangan lupa diri

Ingat kita akan mati!
Debat si kopi

( D.I.M )



ANTARA HUKUM DAN KEMANUSIAAN


Tak ada insan yang tau keadaan masa
Kala nyawa mengancam pilihan tak lagi dipikirkan
Dihadapkan akan jurang
Tak lagi ragu masuk kedalam

Tak pernah tau apa alasan dibalik perbuatan
Penghakiman yang tak memenuhi keadilan
Hanya berpihak pada yang dirugikan hilang kemanusiaan
Tanyakan, apa alasan gerangan?

Antara hukum dan kemanusiaan
Kala kedua dihadapkan
Mana yang harus jadi pilihan
Tak segala insan dapat memahamkan

Segala derita dan keterpaksaan
Sudut pandang yang penuh kesedihan
Seakan jadi kekuatan dalam perbuatan
Antara hukum dan kemanusiaan

Ada kalanya manusia memanusiakan
Antara hukum dan kemanusiaan

( D.I.M )

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun