Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Sun

20 Februari 2022   07:27 Diperbarui: 20 Februari 2022   07:34 197 1

S U N

an original Fanfiction by Eka Praja

AoT/SnK belongs to Hajime Isayama

I made this in the name of an LeviHan stan but If the content doesn't fit then I am totally sorry. Enjoy!

-------------


Tidak biasanya musim semi cerah  akhir-akhir ini, tapi pagi sekarang langit di atas sebuah laboratorium terbesar dunia di Paris betulan biru tanpa didistraksi awan.

 Sebagai salah satu Team Leader dari proyek penelitian virus yang baru-baru ini membunuh puluh juta populasi manusia di dunia, Levi memutar bangku di belakang meja kerja yang sudah modern. Ia enggan sekali mengakui hal ini, tapi bahkan kemampuan kerja hebatnya sebagai peneliti yg sudah melegenda pun sulit memecah bedebah mikroskopis yg muncul.

BRUK BRUK BRUK BRUK

Siapa pula yang lari-lari di koridor di luar sana pagi-pagi begini? Tidak punya etika.

BRAK!!

"LEEEVIIIIIII!!!!"

Levi membeku. Sesosok perempuan jangkung, berhidung bangir, berkacamata kotak, dengan suara melengking membuka pintu ruangan Levi dengan tidak santai disusul pekikan bahagia. Suaranya melengking sinting.

"Hange Zoe?!"

Dulu, saat usianya masih belasan, Levi dengan bakat alami dari lahir mengantarkan dirinya terpilih mengikuti akademi khusus untuk para calon saintis paling elit dan bergengsi di dunia. Satu Prancis, cuma Levi yang terpilih untuk terbang ke Jerman karena akademi milik UNO itu adanya disana. Lalu, di sana, Levi yang jijik dengan yang namanya interaksi, menemukan seorang manusia seumurannya yang antimainstream.

Namanya Hange. Asli Jerman. Nyentrik. Unik. Rada-rada sakit jiwa.

Ketika semua anak akademi yg terpilih rata-rata kalem, serius dan sok pintar, perempuan acak acakan itu justru kelihatan sinting saking cerianya. Dia sangat... SANGAT ekspresif. Levi kesal karena Hange ini kesannya caper sekali. Semua patogen menarik buatnya. Dan semua yang menarik ia umumkan pada semua orang. Pakai teriak-teriak tentunya. Dan sepertinya semua orang juga jadi risih. Lalu mereka bersatu menggibah si Zoe itu di belakang, di setiap kesempatan. Melihat bagaimana semua orang bermuka dua karena selalu nsmpak antusias pada Hange padahal menjadikannya lelucon di belakang, Levi jadinya malah sebal sama semua orang kecuali Hange nya sendiri.

Ditambah dengan fakta bahwa Hange Zoe selalu kelihatan sendirian kemana mana, Levi jadi kasihan. Eh. Tapi sejak kapan ia memperhatikan perempuan itu ya?

"Kau tau kalau kau menyebalkan?"

"Eh? Kau adalah... 322-195055 Levi Ackerman dari Prancis!"

Entah motivasinya apa, suatu sore Levi menghampiri Hange di taman belakang akademi dan menyapanya kasar. Tadinya mau bikin perempuan itu terintimidasi, tapi malah ia yang kena intimidasi balik. Maksudnya, sejak kapan Hange hapal no akademi, nama dan asal kenegaraan Levi? Orang ini kan cuma peduli bidang saintis yang ia geluti.

"Kau menguntitku?!"

"Apa? Hahahaha. Tidak. Aku emang hapal semua anak kok."

Oke. Tidak heran kalau Hange Zoe selalu top score di setiap kuis, pre test dan post test yang rutin diadakan di kelas setiap hari.  

"..."

"Levi! Coba lihat virus jenis ini! Katanya dia sempat membunuh setengah manusia di Spanyol. Tapi penularannya misterius karena semua sel korban tidak mengalami kerusakan membran dan distraksi asam nukleat DNA. Bagaimana bisa? Keren!!"

Levi melongo. Mau dibilang sok akrab, tapi Hange ini seperti sebenarnya tidak peduli pada respon lawan bicaranya. Mau dibilang caper, tapi mata berbinar dan pipi bersemu kemerahan itu kelihatan alami dan tidak dibikin-bikin saat menunjuk buku yang ia baca.

Kemudian Levi sadar.

Hange Zoe cuma seperti punya dunia sendiri yang isinya cuma dia dan sains yang menjadi ketertarikan ambisinya. Ia hidup di dunia itu, berdua dengan minatnya, lalu sangat bahagia di sana dan ingin orang lain merasakan kebahagiaan yang sama. Sayangnya, orang lain tidak satu frekuensi. Levi yang hidup pahit sejak kecil tidak seperti anak lain, sedikit paham pada posisi itu. Walau di balik. Levi itu seperti warna hitam. Sedangkan Hange bersinar bak matahari.

Lalu pada sore itu, untuk pertama kali dalam hidupnya, Levi berinisiatif melangkah duduk di hadapan manusia lain terlebih dahulu. Ia menatap Hange, kemudian berdeham.

"Telofase. Sesaat sebelum sel mengalami sitokinesis, pada saat pembentukan membran, disitulah virus itu masuk. Dia melewati membran utama sel induk dengan difusi. Strukturnya yang lipophobik dianggap air oleh membran jadi dia lolos masuk ke dalam. Begitu metode infeksinya."

Bukan cuma Hange, Levi Ackerman sendiri pun kaget bahwa ia bisa bicara sebanyak itu pada orang lain. Sementara itu, Hange, melongo seperti mendapat ambisi baru dalam dunianya. Sejak saat itu, kedua manusia ini jadi peduli satu sama lain. Mereka diam-diam memasukan satu sosok baru dalam dunianya masing-masing yang sebelumnya hanya ada diri mereka sendiri disana.

Belasan tahun berlalu sampai hari ini mereka bertemu kembali.

"Kau kenapa ada disini?!"

Masih kaget, Levi bahkan tidak sempat berdiri dari bangku. Sementara Hange, dengan ceria mengeluarkan sepucuk surat dari dalam tasnya. Levi hapal logo itu. Erwin Smith, si kepala bidang patogen laboratorium sempat mengumumkan akan mengundang beberapa peneliti jenius dari negara lain untuk bergabung pada proyek ini. Ternyata salah satunya Hange Zoe.

Santai, Hange melangkah masuk ruangan kerja pribadi Levi yang luas. Berlaga pemilik ruangan pribadi, ia duduk di sofa panjang yang ada di sana. Tumpang kaki, kemudian berkelakar.

"Coba tebak?! Aku satu tim denganmu loh! Eh. Itu aku yang minta sih. Hahahaha!"

"..."

"Oh iya. Terus aku juga selama proyek ini akan ikut tinggal di apartemenmu Levi! Soalnya aku tidak bisa tidur di satu apartemen sendirian. Eh, aku sudah pernah cerita kan dulu aku melihat hantu?"

"..."

"Barang-barangku sudah di apartemenmu juga sih. Tadi pas sampai di Paris aku langsung ke tempatmu. Jangan tanya gimana aku bisa masuk, orang seperti mu sih sudah pasti password rumahnya satu-satu-satu-satu. Eh, tebakanku benar. Hahaha!"

"..."

"Oh iya. Aku harus minta maaf. Pemanggang roti mu tadi rusak. Aku salah pencet tombol saat bikin roti bakar. Soalnya aku lapar. Harap di maklum. Bahasa prancisku masih miskin. Tapi kau sih tidak akan marah yah? Hehe. Eh tenang tenang. Tumpahan selai rotinya sudah kubersihkan kok. Astaga Levi kau tidak rubah yah. Tempatmu bersiiiihhh sekali. Aku yang perempuan jadi insecure."

"..."

"Levi?"

Tidak sanggup berkata-kata, Levi melangkah dari balik meja kerjanya. Ekspresinya sulit dijelaskan. Hange yang awalnya watados jadi was was. Apakah Levi marah? Tapi. Kalau iya. Itu akan jadi sangat menyeramkan. Apa ia sudah kelewatan batas?

"L-Levi? K-kau marah?"

Levi sudah mau sampai ke sofa. Hange memundurkan duduk.

"A-ahahaha. Kalau kau tidak suka, malam ini aku akan pindah dan cari hotel sendiri, Levi. Jangan marah yah. A-ahaha."

Levi akhirnya duduk di sofa. Tepat di sebelah Hange. Dekat sekali. Menatap si mata empat dengan sorot mata tajam yang bikin tegang.

"L-Levi? Oke oke aku minta maaf. Aku akan pergi sekarang jug--hmmfh!!"

Kalimat Hange Zoe terhenti karena tiba-tiba Levi memajukan tubuh dan membungkam bibirnya dengan sebuah ciuman mendadak yang--entah bagaimana--terasa lembut. Hange tidak pernah ciuman dengan siapapun, tapi ia merasakan ketulusan Levi dari ciuman ini. Sensasi yang menyenangkan dan bikin dadanya hangat.

Hange Zoe yang tadi mulutnya tidak bisa direm jadi bisu. Ia menatap Levi tanpa berkedip. Sementara Levi berdeham sambil membuang muka. Ia tidak mau kelihatan bersemu.

"Ganti pemanggang rotiku dengan yang model terbaru, tugasmu bersih-bersih setiap pagi dan cuci piring setiap selesai Makan malam. Kalau kau setuju, tinggalah di apartemenku selama yang kau mau."

"..."

Mendengar tidak ada jawaban, Levi menoleh kembali menatap Hange. Yang ia dapati tengah balik menatapnya dengan ekspresi yang tidak bisa ia baca. Sialan. Levi tidak pernah ada urusan dengan wanita jadi ia awam. Apa tindakannya barusan berlebihan? Tapi ia cuma menempelkan bibir. Apa itu akan dilaporkan sebagai tuduhan pelecehan seksual?

"Hange."

"..."

"Hey. Kau jadi bisu sekarang?"

Sepersekian detik berlalu tanpa ada yang bersuara. Sampai Hange kembali memecah keheningan.

"Levi?"

"Apa?"

"Bukankah kau salah?"

"..."

"Ciuman barusan. Kudengar bukan seperti itu orang Prancis melakukannya."

"..."
 
.
.
.
.
Fin

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun