Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Jingga

22 Januari 2022   08:00 Diperbarui: 22 Januari 2022   08:06 217 5
-Jingga-
oleh: Eka Praja.


Pukul 05.10 PM Bandara Internasional Haneda, Jepang.

Apa yang sekiranya terlintas di dalam pikiran saat sedang menatap secangkir kopi robusta mahal di cafe eksklusif bandara? Harga? Rasa? Warna? Foto untuk hias dan ria di linimasa? Ya. Apapun. Apapun bisa berpeluang dipetik sebagai tujuan. Namun jarang yang sepertiku.

Di atas permukaan kopi gelap itu, yang kutemukan adalah reka kejadian gila saat mendapati tempat tidur digelungi sepasang jalang amoral. Yang mana pemain prianya merupakan suamiku.

 Kupikir kewarasan ini ikut lesap bersama lemparan passport di permukaan koper. Namun menyadari akhirnya aku tiba di sini dengan aman, selamat dan masih bisa mengagumi semburat keemasan langit dari dinding kaca bandara---menandakan seorang Lillya Gunadharwan masih sehat.

BRUK!

"My God! Are you okay? I am sorry I---"

Aku mendesis. Rerasanya semesta  mulai menjadikan hidupku opera sabun murahan. Seorang pria awal kepala tiga menabrak dengan keras dari arah belakang. Tak ayal aku tersungkur bersama beberapa barang bawaan yang ikut lungsur. Orang ini langsung berjongkok. Membantu membereskan kekacauan seperti yang seharusnya.

Aku tidak punya minat menatap muka manusia ceroboh yang bikin soreku tambah durjana. Setidaknya, sampai ia bicara dalam bahasa.

"Kamu orang Indonesia juga?"

Tinggi. Putih. Mata sipit dan hidung bangir. Ia kelihatannya peranakan dua genetika beda tanah negara. Aku mengangguk. Selesai dengan rapih, orang itu mengulurkan lengan.

"Arlian. Kamu?"

Seingatku, tidak ada basa basi atau tetek bengek perihal kenalan dengan orang asing dalam agenda pelarian singkat ini. Entah karena hatiku kadung lelah, entah karena aku sudah tidak peduli pada sorot utama dunia, entah gara-gara Arlian punya senyum berbingkai lesung pipi yang mempesona. Uluran itu kujawab hangat dan ramah.

"Lillya."

"Jadi, Nyonya Lillya, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mohon sampaikan maaf saya juga kepada suami Anda."

Ah, ekor mata Arlian sempat menangkap cincin kawin di jari manisku. Laki-laki ini pastinya mengira aku sedang honeymoon layaknya suami istri yang berbahagia. Aku meringis karena hati ini kembali nyeri.

Ia sempat memberiku kartu nama sebelum pada akhirnya kami berpisah. Arlian seorang pengacara rupanya. Tapi aku tidak peduli pada iklan-iklan tidak penting seperti dia. Satu hal yang aku yakini paling benar adalah dengan melempar cincin ini ke tempat sampah.

***

Pukul 04.48 PM Bandara Internasional Haneda, Jepang.

Takdir adalah skenario paling lucu. Ia bermain-main dengan jodoh dan nyawa. Jemari Tuhan yang satu itu menyelamatkan aku dari kecelakaan maut yang membunuh semua orang di suatu kendaraan. Kali ini, ia menjelma jadi seorang wanita beriris cokelat terang yang penuh rona.

Ia putih dan cantik seperti namanya. Aku mengenalnya sebagai orang yang dijodohkan kepada Yudha, sahabatku, oleh orang tua mereka. Tidak ada yang spesial saat itu.

Kemudian, dia menjadi dokter spesialis langganan ibuku. Sampai sini pun, ia tak mengenalku. Tidak apa-apa. Istri orang itu.

Lalu, aku tau persis bagaimana Yudha selingkuh dengan teman kami yang lain. Ingin kuberi tau tapi itu bukan urusanku. Sungguh.

Terakhir, aku bertemu dengannya. Dari sekian jumlah negara, sekian juta tempat, sekian peluang waktu, sekian puluh bandara Jepang, aku bertemu dengannya. Dari liang gate kedatangan turis yang sama.

Kala ia melempar cincin nikahnya ke tong daur ulang, kala itu pula aku tau satu hal. Yudha sudah ketauan dan sampah itu memang sudah seharusnya bersiborok dengan sesama limbah yang lain.

Petang ini, di antara jingganya matahari tenggelam di negeri matahari terbit, aku duduk sendiri di bangku tunggu keberangkatan. Sudah waktunya kembali ke tanah pertiwi. Tanpa sengaja telah banyak menumpuk harap, aku menunggu. Akankah takdir kembali memberiku kejutan merah muda yang manis?

"Loh. Arlian?"

Aku tersenyum. Ternyata iya.

"Astaga. Halo Nyonya Lillya."

Baiklah takdir, aku menerima semua kode-kode manismu yang amat wangi ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun