Pada waktu-waktu yang menua
Di sela rusuk hujan yang kian keropos
Dengan angin yang sarat memikul petaka
Sunyi itu bercerita
Tentang dahan-dahan matoa yang kerontang
Ranting-ranting cengkih yang resah
Memikul dedaunan yang kini lusuh wajahnya
Sunyi itu masih bercerita
Tentang maleo dan baikole yang paruh suaranya
Gerombolan rusa juga kerdil semua
Menahan lapar karena rerumputan yang tak lagi ada
Sunyi itu masih juga bercerita
Bahwa udang-udang tak lagi sembunyi di balik batu
Ikan bubara dan julung-julung tidak pandai lagi mendayung samudra
Sebab keruh menjarah, dari lumpur limbah sembarang dibuang
Dan waktu itu semakin tua
Tapi,
Sunyi itu masih tetap bercerita
Tentang Halmahera
Di punggungnya, rimbun telah di kupas
Sebentar perutnya juga akan di belah
Lalu di sobek rahimnya, dan di ambil janinnya bernama emas dan nikel itu
Untuk mereka yang kuasa
Sampai detik terakhir
Sunyi itu pun sadar pada kesunyiannya
Dari tangan-tangan yang peduli
Juga para tekad yang membela dan mengasihi
Dalam kesunyiannya sunyi itu masih juga sepih
Dari manusia pemerhati.
Mateketen, 11 April 2021
*Baikole: Burung Kipasan Kebun
 Bubara: Ikan Kuwe