Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Ketika Jenuh Menjadi Ibu Rumahan

14 Oktober 2014   23:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:01 55 1
rumput tetangga ( terlihat) lebih hijau....

sepertinya petikan peribahasa ini tepat untuk tulisan ini. terkadang seorang ibu bekerja iri melihat ibu tetangga yang tiap pagi hanyavmelambaikan tangan ke arah suami dan anaknya yang berangkat sekolah. sementara ia harus berpacu dengan waktu, berusaha menyelesaikan semua urusan rumah dengan tergesa, dan meninggalkan segala sesuatu yang belum sempat terselesaikan karena harus buru buru masuk kerja. terlintas sang anak yang bahkan belum bangun, suami yang tak sempat menyentuh sarapan karena harus berangkat lebih pagi menghindari macet. sekilas, ia mengulas senyum menyapa ibu sebelah rumah yang masih berdaster nyaman,' mari bu...', dan ia mengayunkan langkah dengan terburu buru, memacu motor semaksimal yang dia bisa,karena ini adalah perumahan, dan walau mentari sudah merekah, banyak anak dan mungkin suami atau istri keluarga lain yang tidak ingin mendengar bising memuali hari.

andai aku hanya ibu rumahan, pikirnya.

sedang dalam hati si ibu berdaster, andai aku adalh ibu bekerja..

ia menghela nafas, dan masuk, menemukan handuk di kamar anak, belum sempat dijemur, kasur yang belum dirapikan,selimut yang masih teronggok diujung ranjang, sebuah keberantakan yang sebenarnya ribuan kali ia ingatkan pada si anak, agar membereskan semuanya tepat saat ia bangun.

rutinitas yang menurutnya tanpa ujung dimulai, kamar anak, meja makan, tempat cuci, kamar mandi, kulkas, dan dapur.

sebenarnya ia telah memulai hari sejak subuh, berjalan dalam ke remangan dan di iringi suara adzan menuju pangkalan sayur terdekat,yang hanya 400 meter dari rumah. mengitari gerobak sayur tak kurang dari dua kali karena bingung, apa yang harus ada di meja hari ini, penuh pertimbangan karena anak sedang kena radang tenggorokan, suami sedang sariawan, jelas sayur pedas dan berkuah santan bukan pilihan, ikan juga bujan pilihan karena sang suami bukan penyuka olahan ikan. ah, pasti ibu sebelah, tidak perlu memikirkan hal ini. toh ia terlalu sibuk bersiap ke kantor, dan suaminya pun pulang larut malam, mungkin langsung tidur. anaknya masih kecil, seringkali disuapi makanan bayi instan oleh pembantunya. tidak ada kebimbangan menu.

sarapan biasanya instan, nasi goreng, nasi dengan tumisan dan telur dadar, atau bila sudah ada persiapan, bisa saja soto,yang artinya akan bertahan seharian sampai makan malam. menu yang terlihat ribet di awal namun menyenangkan karena cukup sekali di masak. namun menu satu untuk seharian jarang ada, ia biasanya memasak dua kali sehari. pagi siang, atau pagi sore.

selesai soal memasak, tengah hari saat pekerjaan terlihat selesai, sang anak pulang, ia harus bertindak sebagai mandor, memastikan sang anak menaruh seragam kotornya ke ember, dan tak lupa mencuci tangan dan kakinya, menyediakan makan siang, mengawasi dan memastikan pr sang anak terselesaikan. dan masih banyak lagi.

semua ini sepertinya menyita waktunya,menguras tenaga, dan tanpa penghargaan apalagi penghasilan. rasanya ia ingin kembali bekerja, meninggalkan segala keberantakan, punya teman kerja, dan memasrahkan rutinitas tak pernah selesai ini pada asisten rumah tangga.

berulang kali ia mengeluh pada sang suami kalau ia bosan, ia ingin suasana lain, namun suami sepertinya tak mengerti, atau lebih parahnya, pikiran ibu rumahan ini membisikinya, kalau suaminya pura pura tak mengerti, kadang ia secara langsung mengatakan ingin bekerja, dan suami hanya menanggapi dengan pendapat apakah sekarang kurang sibuk?, ia ingin membalas dengan mengatakan pekerjaan ibu rumahan tidak akan pernah selesai, kecuali kau berhenti makan,berhenti menukar baju yang kau pakai dengan yang tergantung di almari,berhenti mondar mandir hingga membuat lantainya kotor,... banyak yang ingin ia lontarkan, namun semua itu adalh bentuk amarah, dan seperti yang dulu ia pelajari di bangku kuliah,mengucapkan sesuatu yang penuh amarah hanya akan membawa kepada penyesalan.

namun sekarang ia merasa di puncak kejenuhan. ia ingin sesuatu untuk membunuh kebosanan, ia ingin menghasilkan sesuatu agar mandiri secara finansial. ia tidak ingin dilanda perasaan tidak berdaya, was was karena tergantung pada suami.

sudah beberapa hari ini ia membuka laman laman lowongan pekerjaan, ada beberapa yang cocok, namun ia masih menjadikannya wacana. sorenya, ia menemukan beberapa tulisan tentang menjadi ibu rumahan dan bagaimana memandangnya menjadi positif. ia sedikit terhibur.

tapi ia masih ingin punya dunia lain, dunia yang tak mengikatnya di rumah, ia ingin dunia seperti ibu sebelah, dunia yang hanya berisi ia dan teman, rekan kerja, dan saat ia kembali ke rumah, ia kembali pada dunia ibu rumahan. ia merasa yakin ia bisa mengkotak kotakan semuanya.

rumah sudah bersih, dan malam mulai menjelang. makan malam sudah tersedia, tinggal menunggu suami pulang. dan ia pun mendengar motor ibu sebelah masuk lima menit lalu, mesinnya dimatikan sebelum mencapai depan pagar. sudah pukul delapan, dan ia yakin anak ibu sebelah telah tidur saat ibunya tiba. kasihan, ia menghela nafas, setiap pulang pasti ia menemukan anaknya tumbuh besar. ia ingat di hari sabtu sore saat ia dan suaminya duduk di teras, dan suaminya berseloroh, tentang salah satu teman sekantornya, yang dikenal pula oleh sang istri, ' novi mengatakan ia berangkat di pagi hari saat anaknya baru berumur dua bulan, dan tiba tiba saat ia pulang, anaknya sudah bisa jalan'

sang suami baru tiba setengah jam kemudian, membawa tas plastik berisi beberapa barang. oleh oleh dari teman yang baru pulang dari luar negeri, ' khusus buat kamu katanya..', ada dompet koin sulam, dan beberapa bros bagus. lalu camilan keripik buah khas kota di jawa timur,' aku bilang kamu suka yang rasa semangka, makanya dipesenin lagi, baru sampai tadi pagi,langsung ludes...', lalu sebuah buku tebal,  ' kemarin ada di pameran, lagi diskon...,kan kemarin...' suaminya berdalih harga novel asing itu sudah diskon 30%, tahu kalau sang istri tidak akan menyianyiakan 200ribu untuk novel asing, yang walau ia sangat ingin membacanya, ia akan sabar menunggu hingga buku itu jatuh ke keranjang diskon karena seseorang sudah merobek sampul plastik, dan membuatnya sedikit bernoda. ' tadi lewat ruko depan, keanggotaan gym nya lagi diskon, katanya pingin tahun ini lebih sehat...', dan ada brosur gym yang jadi pembicaraan ibu ibu, memang sedang diskon, tertulis setahun, gratis personal trainee 10 pertemuan. dan, ini mungkin bagian terbaiknya, ada print out e tiket akhir tahun, ' happy hours..., pinjem kartunya bu lisa, tapi udah kutransfer...'

mungkin bekerja bisa ditunda dulu. ada novel baru yang setidaknya butuh seminggu. dan dua bulan. dari sekarang ia akan berlibur ke luar, banyak yang harus dipersiapkan, ia tidak mungkin bekerja dalam dua bualn ke depan, karena tidak mungkin, nantinya seorang karyawan baru mengajukan cuti seminggu ke Solo. ya, kadang suaminya tahu bagaimana penyelesaian masalah dari ingin bekerjanya. walau mungkin lewat akhir tahun nanti ia akan dihadiri keinginan ingin menjadi ibu karier seperti ibu sebelah. akhirnya ia menutup hari dengan mengajak suaminya makan malam, yang sebetulnyabterlalu larut, dan selalu sama, sang suami mrmang belum makan malam, karena lebih suka makan masakan istri dari ketering kantor.

ibu rumahan tidak pernah tahu kalau ada seseorang yang ingin menjadi dirinya. sembari mencium kening anaknya, ia berharap semua segera membaik, suaminya segera mendapat promosi agar tidak ditempatkan di lapangan lagi, ekonomi rumah mereka membaik, agar ia bisa keluar dari pekerjaannya yang melelahkan, agar ia lepas dari atasan yang menekannya, dan lepas dari rekan kerja yang diam diam hendak menyikutnya. ia ingin seperti itu sebelah, yang kadang duduk di teras sambil membaca, yang setahunya buku itu tebal dan berbahasa asing, mengawasi anaknya bermain, terkadang tahu tahu menghilang selama beberapa hari, yang ia ketahui kepulangannya dari oleh oleh di meja, dan pembantunya yang menginformasikan kalau ibu sebelah dan keluarga baru pulang dari suatu tempat yang jauh. alangkah menyenangkannya, terbangun di pagi hari, tak perlu buru buru mandi, hanya perlu melambaikan tangan, lalu bergerombol ke tukang sayur keliling, bergosip sejenak, masuk rumah dan memutuskan kapan mulai mencuci, kapan memasak, tidak ada deadline,kecuali seragam ini esok harus dipakai, pr ini harus dikerjakan, dan omong omong,itu masih bertahun tahun lagi.

dua perempuan, dua dunia, yang menginginkan kebalikannya...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun