Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy Pilihan

Bangkit dari Depresi

1 Mei 2014   14:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:59 310 4
Saya akan menceritakan kisah saya bangkit dari depresi.

Kejadian berawal pada saat saya jatuh dari tangga di rumah sendiri pada thn 2000 yang mengakibatkan salah satu syarat terjepit dan mengharuskan saya opname di RS Carolus selama 2 minggu. Saya tidak bisa beraktivitas karena rasa nyeri yang luar biasa setiap kali menggerakkan kaki. Selama perawatan di rumah sakit, saya lebih banyak tidur. Perawatan masih berlanjut dengan berobat jalan, kira-kira 3 bulan lamanya.

Tahun 2000 merupakan tahun dengan banyak "musibah" : saya keluar dari pekerjaan karena tidak cocok dengan atasan, ibu saya kena stroke dan bolak-balik dirawat di rumah sakit. Kata dokter jiwa saya, saya banyak "kehilangan" : aktivitas, pekerjaan & sakitnya ibu saya (yang akhirnya meninggal di tahun tsb.)

Kejadian beruntun tersebut rupanya mempengaruhi kestabilan saya, selain raga karena tidak bisa beraktivitas seperti sedia kala, juga jiwa saya. Gejala-gejala yang saya alami a.l. :

-  mudah sedih, hanya membaca artikel tentang pembunuhan, saya bisa merasa seolah-seolah saya yang menderita

-  takut keluar rumah tanpa teman, sehingga saya memperkerjakan 1 perawat, selain merawat juga menemani kemana-mana

-  kehilangan minat / semangat bersosialisasi

-  kehilangan selera makan, terutama pagi hari, sehingga badan menjadi kurus.

-  gangguan pola tidur. Saya mudah tidur pada malam hari, tapi pada saat bangun tidur, merasa gelisah tanpa sebab.

(Catatan :  informasi dari dokter jiwa saya,  ada pasien depresi yang melek malam hari dan tidur siang hari, jadi kebalikan dari saya)

Perasaan-perasaan tsb sangat mengganggu saya, dan karena saya hobby membaca (untunglah hobby yang satu ini, tidak hilang dan tetap ada), saya membeli buku-buku, salah satunya adalah buku yang ditulis oleh seorang Pastor Katolik yang berdomisili di Amerika. Umat-umatnya merasa bahwa si Pastor sangat simpatik, karena beliau bisa menangis saat memimpin ibadah kematian. Dari buku tsb, si Pastor bersaksi bahwa sebenarnya dia menangis bukan seperti anggapan umatnya, namun dia merasa sedih saja tanpa sebab. Hal yang hampir sama seperti yang saya alami.

Dari kisah tsb, si Pastor berobat ke dokter jiwa, dan diberi obat-obatan. Ternyata obat-obat tsb tidak membantu karena ada yang membuat dia makin "down", atau sangat bersemangat, atau tidur terus.

Dengan membaca kisah si Pastor tsb, dan saat saya juga diberi obat oleh dokter jiwa saya, saya terima obat itu, tapi saya tidak makan. Saya bertekad bahwa saya harus sembuh tanpa obat.

Dengan bimbingan dokter jiwa dan dari buku-buku yang saya baca, ternyata semangat untuk bangkit dan sembuh, bisa berasal dari diri sendiri. Dengan tekad bulat, saya mulai memikirkan hal-hal positif apa yang akan saya lakukan untuk bisa bangkit dan sembuh..

1-- saya mulai merintis lagi bisnis pribadi, yaitu pembuatan kue-kue

2-- saya berkegiatan di kegiatan sosial gereja dengan teman-teman satu lingkungan di tempat tinggal saya

3-- saya tidak lagi menggunakan perawat untuk menemani kemana-mana

Puji Tuhan, dengan semangat positif tersebut, rupanya menarik energi positif juga karena kemudian saya dipanggil interview berkat jasa baik sahabat saya dan diterima bekerja kembali di suatu perusahaan. Sampai sekarang saya masih tetap bekerja dan ditugaskan di Manila, Filipina sejak thn 2008.

Jadi, bagi pembaca yang mengalami apa yang saya alami, atau memiliki saudara atau teman seperti saya, bangkitlah, anda bisa sembuh ...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun