Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature

Berbulu Musang

12 April 2013   09:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:20 2245 2

Penulis saat ini memelihara Musang Pandan satu ekor, yang sebetulnya semula tidak ada rencana untuk memelihara karena lebih suka kalau dia bebas berkeliaran di alamnya. Musang yang penulis piara ini berasal dari tangkapan seorang teman yang kebetulan merpatinya sering mati terpenggal kepalanya dan tentu saja tersangka utamanya si Musang ini, karena modusnya memang begitu. Nah teman saya sudah wanti-wanti kalau tidak ada yang mau memelihara Musang tersebut akan disate saja. Penulis akhirnya memutuskan memelihara karena pertimbangan daripada Musang tersebut mati dibunuh lebih baik dipelihara dan siapa tahu bisa di breeding, kemudian di lepas liarkan.

Di beberapa daerah di Indonesia, hewan ini dikenal dengan beberapa nama seperti Musang (Betawi), Careuh (Sunda), dan Luwak atau Luak (Jawa). Sedang dalam bahasa Inggris binatang seukuran kucing ini disebut Common Palm Civet, Mentawai Palm Civet, Common Musang, House Musang atau Toddy Cat.

Dalam bahasa ilmiah Musang Pandan disebut Paradoxurus hermaphroditus. Nama ini berasal dari fakta bahwa Luwak memiliki semacam bau yang berasal dari kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum daun pandan, namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan. Dan dari pengamatan penulis bau tersebut akan muncul jika si Musang sedang dalam posisi ketakutan atau stress, mungkin hal ini digunakan sebagai alat mempertahankan dirinya.

Musang saat ini walaupun belum punah, tetapi habitatnya sudah mulai sulit ditemukan, selain karena reputasinya yang jelek sebagai pencuri juga karena pembangunan yang tidak mendukung untuk tempat berkembangnya Musang. Terkadang namanya pun banyak disematkan pada peribahasa-peribahasa yang bermakna kurang baik.

Padahal terdapat sisi baik dari Musang yang sering disebut Luwak kalau di Jawa (Paradoxurus hermaphrodites). Banyak yang mengenal Musang sebagai binatang yang pandai memilih biji kopi terbaik. Biji kopi setelah dimakan kemudian dikeluarkan bersama tinjanya. Dari tinja yang berupa biji kopi ini kemudian menjadi komoditas kopi pilihan yang sering disebut kopi luwak.

Sebetulnya Musang tidak hanya memakan biji kopi saja, tetapi juga buah-buahan kecil yang lain seperti rambutan, alkautsar, sawo kecik dsb, yang kemudian biji dari buah-buahan tersebut akan tersebar dan dapat tumbuh menjadi pohon-pohon baru. Jadi di alam liar sebetulnya Musang ini sangat berjasa dalam membantu proses penyebaran benih pohon buah-buahan. Puji syukur kepada Tuhan yang telah menciptakan makhluk dengan pencernaan yang sederhana sehingga biji-bijian yang dimakannya akan dikeluarkan kembali utuh bersama kotorannya. Kebiasaan makan hewan ini membuatnya mempunyai peranan penting dalam ekologis sebagai pemencar biji yang baik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun