Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Menjadi Penghafal Al-Qur'an Seumur Hidup

12 Desember 2019   12:28 Diperbarui: 12 Desember 2019   12:48 152 0
Menjadi penghafal Al-Qur'an sebenarnya sangat mudah, semua orang bisa melakukannya. Ini terbukti menurut data terkini, jumlah penghafal Al-Qur'an di Indonesia mencapai 30 ribu orang, melebihi Arab Saudi sebesar 6000 orang. Dan tentunya jumlah ini akan bertambah terus seiring berjalannya waktu, terlebih penyebaran pesantren atau lembaga tahfidzul Qur'an semakin menjamur dewasa ini.

Namun satu hal yang harus selalu diingat oleh para penghafal al-Qur'an adalah bahwa menghafal Al-Qur'an berarti menjalin komitmen hidup bersama Al-Qur'an. Komitmen ini mungkin akan melebihi dasyatnya jalinan komitmen hidup kita bersama pasangan kita. Karena kegiatan mengfahal itu tidak akan pernah tuntas untuk dilakukan. Bahkan setelah hafalan itu selesai disetorkan sebanyak 30 juz, akan ada PR yang terus menerus akan dikerjakan selama nafas masih dikandung badan.

Menghafal al-Qur'an tidak boleh dilakukan secara tanggung-tanggung atau coba-coba. Jangan karena uforia lingkungan saja kita melakukannya, tanpa berfikir konsekuensi jangka panjang yang akan dihadapi. Karena sekali lagi menghafal al-Qur'an berarti menjalin komitmen hidup bersama al-Qur'an. Yang berarti pula menyerahkan  separuh waktu kita untuk terus bersama-sama dengan al-Qur'an.

Dalam sebuah hadist, Rasululah bersabda:
.
Artinya: "Sesungguhnya perumpamaan Shohibul Qur'an (penghafal al-Qur'an) seperti pemilik seekor unta yang diikat. Jika dia jaga unta itu maka ia akan jinak, namun jika dibiarkan, ia pun akan pergi atau menghilang. (HR. Bukhori)

Hadist tersebut memberikan nasehat mengenai pentingnya seorang penghafal al-Qur'an untuk benar-benar serius dalam menjaga hafalannya. Karena sedikit saja kita lengah, hafalan kita akan sangat mudah lepas dari ingatan kita. Ini juga sebenarnya merupakan stimulus yang diberikan Allah agar para Shohibul Qur'an terus mendekatkan dirinya kepada al-Qur'an. Sebaliknya jika manusia dibuat sulit untuk lupa,  bisa jadi kedekatannya dengan al-Qur'an tidak akan seintensif itu. Untuk itu, Nabi menganjurkan kepada penghafal Al-Qur'an agar selalu menjaga dan memelihara hafalanya, sebab hafalan itu lebih cepat hilangnya daripada unta yang diikat.

Menjaga hafalan Al-Qur'an butuh meluangkan waktu agar hafalan itu tetap terjaga dan melekat dalam jiwa. Ibarat sebuah bangunan, bangunan yang sudah berdiri tegak butuh pemeliharaan dan penjagaan selama-lamanya agar bangunan itu tetap kokoh dan tidak roboh.
Demikian pula hafalan Al-Qur'an, butuh waktu seumur hidup untuk menjaganya agar hafalan itu tidak lupa dari memori ingatan kita. Sebab melalaikan hafalan sama halnya melalaikan amanah yang dianugerahkan Allah kepada kita.
 
Nabi bersabda:
Artinya: "Ditunjukkan kepada saya seluruh pahala umatku bahkan sampai sekecil kotoran (debu) yang dikeluarkan oleh seseorang dari masjid, dan ditunjukkan kepada saya dosa-dosa umatku. Saya tidak melihat sebuah dosa yang lebih besar dibandingkan surat atau ayat yang diberikan kepada seseorang kemudian ia melupakannya". (HR. Imam Turmudzi).

Imam al-Qurthubi menegaskan bahwa orang yang hafal Al-Qur'an (secara sempurna) atau sebagian dari juz-juznya, maka ia mendapatkan pangkat yang tinggi dibandingkan orang yang tidak hafal Al-Qur'an. Namun, jika pangkat ini terkotori (oleh perilakunya) hingga menjadi jauh darinya, maka sepantasnya ia mendapatkan hukuman atas itu. Sebab melalaikan apa yang sudah dianugerahkan itu sama saja kembali kepada ketidakhafalan dan tidak hafal setelah hafal itu lebih parah (hukumannya).

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun