Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Menyeberang Jalan di Inggris

24 Februari 2013   18:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:45 1679 6

Saat saya berkesempatan berbincang-bincang dengan Ibu setiap kali mengunjungi beliau, yang hampir selalu saya tanyakan adalah, “Bagaimana kondisi Tulungagung kota, Bu?” Dan jawabnya selalu standard, “Alah, embuh. Wong aku jarang sekali ke kota.”

Kenapa, tanya saya lagi.

“Bagaimana mau ke kota, untuk menyeberang jalan saja aku tidak berani.”

O ya, Ibu saya tinggal di luar kota Tulungagung. Memang hanya berjarak 3-4 km dari Tulungagung kota, namun tetap saja sudah bukan lagi termasuk ke dalamnya he he he. Mungkin semacam suburban kali ya ...

Dan perihal tidak berani menyeberang jalan di atas adalah dalam konteks berkendara, baik sepeda ontel maupun sepeda bermotor. Jalan yang dimaksud adalah jalan yang menjadi pembatas desa kami dan merupakan salah satu akses ke Tulungagung kota.

Dan memang, jangankan Ibu saya yang sudah sekitar 57 tahun, saya saja yang lebih muda sering dihinggapi stres hanya gara-gara menyeberang jalan ini. Baik dengan bersepeda ontel, bersepeda bermotor, ataupun berjalan kaki.

Saya pikir hal sulit menyeberang jalan di atas hanyalah monopoli Tulungagung saja. Ternyata saya salah, setidaknya bila apa yang saya alami sebagai pejalan kaki di beberapa kota di bawah ini menjadi acuannya.

Pernah suatu waktu, sekitar akhir 2009 atau awal 2010, saya hendak menyeberang jalan di depan kantor PP Muhammadiyah di dekat Tugu Tani, Jakarta. Entah setelah menit ke berapa baru saya berhasil. Mungkin karena saya dari udik yang jarang ke Jakarta ya?

Pada waktu yang lain, di bulan Oktober 2012 yang lalu, saya sekeluarga berniat menyeberang jalan di sekitar Monas setelah selesainya suatu urusan di kantor pusat Pertamina. Saya lupa nama jalannya apa, namun yang jelas masih ada Medan Merdeka-nya. Sebenarnya kami menemukan traffic light. Sayang, ketika tombol meminta lampu hijau kami pencet, tidak ada response sama sekali. Kebetulan waktu itu ada 2 orang yang sedang lewat. Sambil tertawa dan berkata bahwa alat tersebut memang rusak, mereka mengajak kami menyeberang. Ngeri juga, karena tanpa ba bi bu mereka langsung saja menyeberang sambil tangannya terangkat, memberikan kode kepada para pengendara kendaraan bermotor untuk memberikan kami kesempatan menyeberang. Alhamdulillah sampai di seberang jalan juga.

Kalau kedua contoh tersebut terkait dengan jalan besar – atau setidaknya relatif besar untuk jalan di depan kantor PP Muhamamadiyah – dan berada di Jakarta, maka pengalaman ketiga yang saya jalani hanyalah berkenaan dengan jalan kecil, bukan jalan utama, di wilayah kecil pula bernama Kartasura. Namun keadaannya ternyata tidaklah jauh berbeda. Tidak mudah bagi saya untuk menyeberang jalan dimaksud, beberapa kali di akhir 2009 atau awal 2010 saat itu. Mungkin karena jalan tersebut membelah sebuah kampus ya, sehingga kondisinya memang hampir selalu ramai setiap hari.

Saya jadi berpikir, kenapa hal menyeberang jalan saja menjadi sedemikian rumitnya ya? Melewati jarak yang hanya sekian atau belasan atau puluhan meter, mengapa harus dihinggapi rasa was-was?

Nah, tulisan ini hendak bercerita sedikit mengenaihal menyeberang jalan juga, namun(terutama) hanya dalam kaitannya dengan pejalan kaki baik pejalan kaki biasa maupun pejalan kaki dengan kondisi khusus – yang terakhir ini saya sebutkan lebih detail di bagian akhir tulisan. Bukan di Tulungagung, Jakarta, ataupun Kartasura, melainkan di jalan-jalan di Birmingham dan satu-dua kota lainnya di UK. Bukan mengenai jalan raya sekelas motorway, melainkan terkait dengan jalan kelas A ke bawah.

O ya, tentang jalan di Inggris (atau lebih tepatnya United Kingdom atau UK), mereka membaginya ke dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan fungsi dan kapasitasnya. Yang memiliki kapasitas terbesar dan berfungsi sebagai sarana perpindahan secara cepat adalah motorway. Berturut-turut setelah itu barulah jalan kelas A primer, kelas A non-primer, kelas B, kelas C, dan unclassified. Kapasitas jalan maupun kepadatan tujuan utama kelas jalan semakin berkurang dari kategori motorway hingga kategori unclassified. Sumber bacaan tentang hal ini dapat dilihat di link ini dan ini.

Berdasarkan pengalaman pribadi selama ini, saya merasakan betapa nyamannya menjadi pejalan kaki di Inggris ini. Jelas, trotoar tersedia di mana-mana (meskipun tidak semua ruas jalan menyediakan trotoar). Dan perihal menyeberang jalan ... tidak perlu ada perasaan khawatir sama sekali ketika melakukannya. Pejalan kaki tinggal mencari salah satu fasilitas pendukung bagi mereka di ruas jalan dimana ia berada. Entah itu zebra crossing dan belisha beacon, pelican crossing, puffin crossing, toucan crossing, pegasus crossing, pedestrian refuge, school crossing, atau crossing guard. Bagi pejalan kaki dengan kondisi khusus juga tidak perlu khawatir, karena semua fasilitas pendukung tersebut biasanya disertai dengan dropped kerb/ curb cut.

He he he ... istilahnya aneh-aneh ya? Namun sebenarnya fungsinya sama kok. Ya itu tadi, untuk memudahkan proses menyeberang jalan. Di bawah ini akan saya paparkan jenis-jenis fasilitas bantu penyeberangan jalan di atas, disertai foto – jika saya punya atau ada di internet lho ya - untuk mendukung uraian.

Zebra crossing dan belisha beacon

Ini Insya Allah fasilitas ini sudah akrab bagi kita. Ya, ini tidak lain dan tidak bukan adalah zebra cross yang kita akrabi selama ini. Bentuknya mirip, berupa garis-garis putih di atas jalan beraspal. Bedanya, di Inggris zebra cross ini biasanya disertai dengan perangkat lain yang dinamakan belisha beacon. Ini adalah semacam bola lampu yang terpasang pada tiang di pinggir jalan, di tempat di mana zebra cross berada. Alat ini menyala berwarna kuning atau amber, dan memberikan tanda kepada pengguna jalan (baik pengendara mobil, motor, maupun sepeda) untuk memberikan kesempatan kepada pejalan kaki yang hendak lewat.

Pelican crossing, puffin crossing, toucan crossing, dan pegasus crossing

Pelican crossing sebenarnya, kalau boleh saya katakan, salah satu jenis lampu lalu lintas. Ini merupakan singkatan dari pedestrian light controlled crossing. Ini hanya berbeda sedikit dari puffin crossing, toucan crossing, maupun pegasus crossing. Perbedaannya terletak pada tanda aman menyeberang maupun siapa yang boleh menyeberang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun