Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Selamat Ultah Kompas.com, Bersama Rayakan Perbedaan

29 Mei 2015   14:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:28 183 1


[caption id="attachment_368334" align="aligncenter" width="560" caption="Kompas.com (capture)"][/caption]

HARI ini, 29 Mei 2015, portal berita Kompas.com berulang tahun ke-7. Baru tujuh tahun? Sebenarnya web media ini sudah 'melayang-layang" di dunia maya dengan nama Kompas Cyber Media sejak tahun 1995 atau sudah 20 tahun, namun ketika itu hanya memindahkan isi Harian Kompas ke internet. Tahun 1998 menjadi Kompas.com, tetapi baru digarap lebih serius sebagai sebuah portal berita setelah "dilahirkan kembali" alias Kompas.com Reborn pada 2008.

Setelah dilahirkan kembali, menurut saya, Kompas.com tampil dengan informasi yang lebih lengkap dan beragam, tampilan lebih bersih dan fresh, kecepatan akses lebih baik, serta penyampaian berita/informasi lebih cepat, serta rubrikasinya lebih lengkap dan beragam. Kompas.com pun kian melejit untuk bersaing ketat dengan portal berita lainnya yang duluan eksis. Saat ini, menurut profil pada portal berita ini, pengunjung/pengakses telah mencapai  120 juta page view per bulan.

Dalam penyajian berita, menurut saya, Kompas.com seringkali kalah cepat dibanding situs berita lain. Padahal, kecepatan penyampaian informasi teraktual sangat penting bagi sebuah portal berita. Tetapi dapat dimaklumi mengingat ada prinsip kehati-hatian tim redaksi agar informasi yang 'dilempar' sebagai konsumsi publik lebih akurat.

Sangat menarik ketika Kompas.com menggunakan kredo "Rayakan Perbedaan" yang dimulai pada 29 Mei 2013 atau saat merayakan ulang tahun ke-5. Ketika itu, Director of Digital Kompas Gramedia, Edi Taslim, menjelaskan bahwa semangat yang diusung melalui kredo tersebut antara lain membangun kebersamaan dalam perbedaan, mengingat Indonesia adalah bangsa yang plural; terdiri atas beragam berbagai suku, agama, ras, dan golongan. Bahwa Kompas.com adalah milik semua pembacanya..

Tetapi,jika kita amati komentar pembaca pada berita yang disajikan, seringkali melenceng dari topik.  Banyak komentator yang suka membelokkan isu apapun ke isu SARA. Lalu mereka mulai berdebat sengit hingga keluar hujatan-hujatan tak pantas. Kita yang berpikiran waras mudah saja mengabaikan komentar-komentar tak pantas seperti itu. Tetapi bukan tak mungkin komentar bersifat melecehkan itu menimbulkan ketersinggungan atau malah memicu kemarahan golongan tertentu.

Sebenarnya admin telah menerapkan sensor otomatis terhadap kata-kata tertentu. Tapi namanya manusia, selalu punya akal untuk mengakali sensor kata itu dengan menggunakan simbol-simbol atau mengganti huruf dengan angka, sehingga kata-kata kasar, jorok, dan sejenisnya tetap lolos sensor.

Mungkin sebaiknya para pengelola situs berita perlu menyensor kata-kata layak sensor dengan segala varian yang mungkin dipakai para komentator kurang waras itu. Misalnya kata "anjing" yang disensor, maka semua model penulisan kata "anjing" di kolom komentar harus disensor. Misalnya: Anjing, An***g, 4nj1ng, 4nj1n6, dst.

Sedangkan pada beberapa berita/artikel tertentu yang "rasanya" bakal menimbulkan perdebatan berbau SARA, saya amati beberapa kali admin tidak membuka interaksi alias tidak disediakan kolom komentar. Ini juga satu solusi yang bagus.

Mungkin Indonesia masih membutuhkan beberapa puluh tahun lagi untuk kembali ke jatidiri bangsa ini yang sebenarnya, di mana anak-anak bangsa tidak memandang perbedaan sebagai persoalan, melainkan sebagai sesuatu yang indah.

Selamat Ultah ke-7 untuk Kompas.com. Sukses untuk seniorku,; Mas Ahmad "Bechi" Subechi , dkk.  Terus berbenah sebagai portal berita yang mencerahkan, mencerdaskan, dan menjadi pemersatu bangsa melalui berita dan informasi aktual, terpercaya, dan terdepan di Indonesia. Mari bersama kita "Rayakan Perbedaan". (*)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun