Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Ngeblog dan Ilmu Silat, Apa Hubungannya?

14 September 2012   10:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:28 431 27

Suatu sore, 10 September 2012. Saya baru saja datang dari bekerja, lalu ngeloyor ke kamar belajar. Di atas meja terlihat sebuah amplop coklat terang berukuran cukup besar. Saya sudah menduga dalam waktu dekat akan datang kiriman buku. Seorang sahabat kompasiana penghuni Rumahkayu, mengirim pesan di inbox bahwa dirinya akan mengirimkan buku barunya untuk saya. Tentu saja senang hati saya tunggu kiriman buku dimaksud. Begitu melihat sebuah amplop tebal di atas meja, saya sudah memastikan pengirimnya siapa. Dan, janji kepada sahabat Rumahkayu mesti saya tepati: membuat ulasan sederhana.

Cover nan Cantik

Begitu buku itu datang, tidak segera saya keluarkan dari amplopnya. Maklum, ada sejumlah kesibukan lain yang mendesak harus dikerjakan pada sore dan malam itu. Saya pikir, diperlukan waktu yang leluasa untuk menikmati buku tersebut. Baru keesokan harinya, sepulang bekerja, saya mulai membaca buku ber-cover hijau nan cantik tersebut secara sepintas. Wah, uniknya, begitu pikir saya. Apanya yang unik? Ternyata ada kaitan antara jurus mabuk dalam ilmu silat dengan ngeblog, he he he. Benarkah?

Begini kata penulis buku: “Buku ini membahas 66 jurus ilmu silat, 66 teori, dan falsafah yang berlaku di dunia persilatan, yang sekaligus dapat diaplikasikan dalam aktivitas ngeblog.” Dalam setiap jurus, dibahas teori ilmu silat, kemudian dilanjutkan dengan implementasinya dalam kegiatan ngeblog. Sahabat Rumahkayu menyajikannya dengan demikian baik di dalam buku “66 Jurus Mabuk Buat Ngeblog.” Judul buku ini sendiri sudah unik, mengandung canda, ada seriusnya, dan sangat menggoda. Sebuah pilihan judul yang tepat dan up-to-date.

Buku berketebalan 132 halaman yang diterbitkan PT Alex Media Komputindo pada tahun 2012 ini memberikan kepada pembaca bagaimana jurus silat , eh, jurus ngeblog yang bagus. Di antaranya, bagaimana membuat postingan yang menarik, bagaimana menanggapi kritik pedas pemberi komentar, dan bagaimana memacu kreativitas menulis.

Kenalkan, Jurus Pedang Sakti

Pada halaman 2, misalnya, di bawah “Jurus 1: Pedang Sakti Merajut Sukma” penulis buku mengawali dengan gelitikan yang membuat penasaran. ”Yang terpenting bukanlah seberapa besar dan panjang milikmu, tetapi bagaimana kau menggunakannya,” kata pelacur kepada seorang pendekar muda yang pemalu. Sebentar, jangan berpikir ngeres dulu. Maksudnya, dalam dunia persilatan, bukan seberapa besar dan panjang senjata pusaka yang digunakan, melainkan bagaimana si pendekar menggunakannya.

Apa kaitannya dengan ngeblog? Dalam ngeblog, seperti ditulis Fary SJ Oroh, nama asli penghuni Rumahkayu, prinsip yang sama juga berlaku. Yang terpenting bukanlah seberapa panjang tulisan yang dibuat, melainkan bagaimana cara dalam menata kalimat agar yang diuraikan benar-benar menghadirkan makna dan berguna bagi pembaca. Masih banyak blogger yang berpendapat bahwa semakin panjang sebuah tulisan itu semakin bagus. Pendapat ini tidak selalu benar.

Selanjutnya, di dalam “Jurus 6: Air Mata Luruh Membasahai Neraka” penulis buku menjelaskan, seorang pendekar sejati dalam perjalanan hidupnya tentu akan mengalami suka dan duka. Demikian pula dengan para blogger. Mereka tak hanya gembira karena rating pengunjungnya banyak, sebaliknya suatu kali mungkin dia juga mendapat kritik pedas dari pembaca. Bagaimana sebaiknya dia menanggapi kritikan pedas atau bahkan cacian seperti itu? Dia mungkin akan merasa jengkel, marah, sedih, atau kecewa. Gara-gara kritikan pedas itu, ada yang sampai mogok ngeblog atau bahkan menghapus blognya karena tidak tahan dengan komentar pedas yang dilayangkan pembaca. “… sebagai pendekar blogger, Anda harus siap mental. Kritikan pedas atau celaan, harus disikapi dengan bijaksana. Kalau memungkinkan, jangan terpancing pada debat kusir yang tak berujung. Kalau memang ada yang perlu diluruskan, buat saja tulisan khusus untuk memperjelas masalah,” tulis Fary SJ Oroh, penulis buku ini (hal.13).

Yang tak kalah menariknya adalah “Jurus 10: Angin Semesta Sangatlah Panjang”. Di bawah judul itu disebutkan, tidaklah ada jalan pintas menjadi pendekar kelas satu. Sang pendekar mesti mengasah kemampuannya dengan berlatih dan terus berlatih. Dalam kaitannya dengan ngeblog, seorang blogger harus rajin berlatih menulis. Banyak blogger pemula yang tidak percaya diri menulis lantaran takut tulisannya dinilai jelek oleh pembaca. Padahal, membuat tulisan jelek itu wajar dan manusiawi. Semua penulis hebat pasti mengawali karyanya dengan tulisan yang jelek, bahkan mungkin sangat jelek. Mengapa mereka kemudian menjadi penulis berkualitas kelas satu? Karena, mereka terus menulis, memperbaiki mutu tulisan, dan belajar tanpa henti. “Semakin sering menulis, Anda akan menemukan irama dan gaya. Ibarat lagu, lama-kelamaan Anda akan menemukan nada yang tepat,” urainya (hal. 17).

Di antara topik yang dirangkai ke dalam 66 judul yang menarik, ada satu lagi yang menggelitik saya, yang kiranya berguna sekali sebagai pegangan bagi para penekun karya fiksi. Di bawah judul “Jurus 64: Jaring Langit Jala Bumi” si penulis mendeskripsikan betapa seorang pendekar pilih tanding akan menciptakan dan memainkan ilmu silat dengan menghayati lingkungan sekitar. Dalam menciptakan ilmu silat, ia terinspirasi oleh gerak-gerik binatang, seperti macan, naga, ular, dan sebagainya. Juga, bumi, langit, awan, dan sejenisnya, yang kemudian menjadi nama-nama jurus silat itu.

Dibutuhkan imajinasi yang kuat dan kreativitas untuk mencapai hasil maksimal. Membayangkan atau berandai-andai, adalah salah satu caranya. Misalnya, kepada diri sendiri kita bisa bertanya “bagaimana jika”. Pertanyaan ini akan menggugah pikiran untuk menemukan gagasan baru, terutama dalam karya fiksi. Dicontohkan dalam penerapannya, bagaimana jika seorang remaja digigit laba-laba yang mengalami mutasi genetik, dan si remaja pria itu mendapatkan kekuatan super?Hasilnya adalah komik dan film Spiderman yang terkenal itu!

Menyebut Nama Kompasianer

Pada bagian Ucapan Terima Kasih, penyusun buku meng-alamat-kan juga terima kasihnya kepada banyak sahabat kompasianer. Nama-nama berikut nilah yang disebut: Bung Isjet, Daun Ilalang, Gusti Bob, Katedra Rajawen, Adian Saputra, Agus Pribadi, I Ketut Suweca (hi hi hi hi, disebut juga), Johan Wahyudi, Hawa, Deasy, Linda, Mad Mizan, Tante Paku, Engkong Ragile, Alek Laksana, Ferry Kurniawan, Dwitasari, Anny Berta, Dian Kaizen Jatikusuma, Bubub Prameshwara, Valentino, Christie Damayanti, Kimi ‘Errick’ Raiko, Niken Pratiwi, Indigo, Michael Sendouw, Hesti, Revangga Dewa Putra, Nsikome, dan ...

Nah, demikian dulu sahabat-sahabat semua. Tugas saya memperkenalkan buku bagus ini secara sepintas, sudah usai. Jika sahabat berminat dengan buku 66 Jurus Mabuk ini, silakan dapatkan bukunya. Boleh jadi Anda akan berdecak kagum: betapa piawainya sang penulis mengaitkan filosofi ilmu silat dengan ngeblog. Untuk Fary SJ Oroh, saya sampaikan terima kasih banyak atas kiriman buku berharga ini. Salam saya untuk Dee juga. Teruslah berkarya melalui Rumahkayu dan media lainnya. Selamat dan sukses.

( I Ketut Suweca , 14 September 2012)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun