Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Ketika Lebih Akrab Berkomunikasi dengan Orang Lain Daripada dengan Pasangan Sendiri

28 Februari 2020   18:09 Diperbarui: 28 Februari 2020   18:12 1417 7
Komunikasi menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah relasi sosial. Kita berkomunikasi dengan kata-kata atau pun bahasa tubuh yang bisa dipahami bersama.

Intensitas sebuah komunikasi bisa membangun dan menguatkan relasi sosial tersebut. Kita bisa mengenal seseorang dengan baik lewat sebuah komunikasi. Apalagi komunikasi itu dibumbui dengan perhatian dan kasih sayang.

Tanpa sebuah komunikasi, relasi sosial itu bisa bernuansa datar, hambar dan kering. Umumnya hal itu terjadi saat tidak adanya kasih sayang dan perhatian dari pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi itu.

Komunikasi itu terjadi karena karena faktor fungsional semata tanpa melibatkan perasaan di antara kedua belah pihak.

Misalnya, komunikasi antara pemimpin dan bawahan yang terjadi karena faktor fungsi dan peran di tempat kerja. Tetapi kalau komunikasi antar pemimpin dan bawahan itu disertai dengan perasaan dan perhatian, relasi antara keduanya bisa menjadi dekat dan intim.

Komunikasi di keluarga seyogianya tidak hanya semata-mata melibatkan kata-kata dan bahasa tubuh. Komunikasi itu sendiri mesti melibatkan perasaan dan perhatian setiap anggota keluarga.

Seorang suami berkomunikasi bukan karena semata-mata peran dan fungsinya sebagai seorang suami dan ayah bagi keluarga. Di balik peran dan fungsinya, dia mesti melibatkan kasih dan perhatian.

Tidak heran, nasihat seorang ayah akan berdampak, saat nasihat itu bukan hanya perintah yang tegas tetapi juga diwarnai dengan perhatian dan kasih kepada anak-anak. Dengan ini, anak-anak bisa merasa tidak terbebankan untuk menjalankan instruksi ayah karena mereka melihat sisi perhatian dan cinta di balik perintah tersebut.

Komunikasi Suami dan Istri Mesti Selalu dibumbui dengan Kasih
Begitu pula komunikasi antara suami dan istri. Kualitas komunikasi antara suami dan istri ditentukan oleh kualitas perasaan yang dimiliki oleh kedua belah pihak. Perasaan itu terekspresi lewat kata-kata dan perbuatan.

Kata-kata dan bahasa tubuh yang penuh dengan aroma cinta dan ungkapan kasih sayang bisa membahasakan tentang perasaan yang mendiami diri salah satu pasangan.

Sebaliknya, saat komunikasi begitu hambar, bisa jadi tidak adanya perasaan kasih yang berdiam di dalam diri salah satu pasangan. Atau kedua belah pihak tidak mempunyai perasaan satu sama lain.

Kehambaran itu bisa jadi karena konflik dan persoalan yang terjadi di antara satu sama lain. Kehambaran itu juga terjadi karena ketidakterbukaan dalam mengungkapan ide dan pandangan terutama dalam memecahkan sebuah persoalan.

Saat komunikasi antara suami dan istri terasa hambar dan kering, itu bisa berarti ada yang salah dalam relasi itu sendiri. Bisa jadi, salah satu pasangan sudah kehilangan rasa sayang kepada pasangannya.

Relasi itu bisa berujung pada aspek fungsional dan peran sebagai suami atau pun istri tanpa melibatkan perasaan dan perhatian cinta di antara kedua pasangan. Kalau ini yang terjadi, keruntuhan sebuah rumah tangga pun hanya menunggu waktunya.

Saya pernah berbicara dengan salah satu pasangan. Dia berkisah kalau dia dan suaminya berada serumah tetapi tinggal beda kamar.

Hal itu bermula dari ketidakcocokan pendapat tentang karir sang istri. Karena istri begitu sibuk dengan karirnya, suami pun terjerembab dalam relasi yang salah dengan pihak ketiga. Hal itu kemudian diketahui oleh sang istri.

Lewat proses pemecahan masalah ala kadarnya, mereka memutuskan untuk mempertahankan relasi mereka. Tetapi relasi itu tidak diwarnai oleh komunikasi laiknya di saat awal mereka menjadi suami dan istri.

Relasi keduanya bertahan karena tidak ingin melukai hati anak-anak mereka. Keduanya memutuskan untuk tinggal serumah tetapi beda kamar. Mereka ingin mempertahankan rumah tangga, tetapi komunikasi di antara keduanya hanya sebatas fungsi sebagai orangtua bagi anak-anak mereka.

Namun tidak jarang terjadi komunikasi di dalam keluarga begitu hambar, tetapi saat berkomunikasi dengan pihak lain begitu lancar, mengalir dan penuh dengan perhatian dan perasaan.

Ada perasaan senang dan bahagia saat berkomunikasi dengan orang tertentu dan pasangan orang lain. Rasa senang itu membuat seseorang untuk berlama-lama berkomunikasi tanpa peduli pada status yang dimiliki oleh kedua belah pihak.

Kelancaran dan kenyamanan komunikasi ini disebabkan oleh absennya perhatian dan kasih sayang yang terjadi di rumah terlebih dari perhatian dan kasih sayang pasangan hidup.

Komunikasi di rumah terasa hambar, pahit dan tidak menyenangkan. Saat menemukan seseorang yang cocok dan mendengarkan apa yang ingin dikomunikasikan, rasanya ada perhatian dan cinta. Hal itu menyebabkan kenyamanan untuk berkomunikasi dengan orang lain tetapi tidak begitu nyaman berkomunikasi dengan pasangan sendiri.

Tetapi kalau tidak terkontrol, hal ini bisa terjerembab pada relasi yang salah. Ujung-ujungnya, itu malah menghancurkan relasi di dalam keluarga.

Tidak salah berkomunikasi dengan pasangan orang lain. Tetapi komunikasi itu tidak melunturkan komunikasi dengan pasangan di rumah dan anak-anak di keluarga.

Seharusnya, hubungan dan komunikasi dengan pasangan orang lain bisa menjadi tantangan untuk meningkatkan komunikasi dengan pasangan sendiri di rumah. Dengan kata lain, sembari berkomunikasi dengan orang lain, kita pun tetap menjaga dan menguatkan komunikasi kita di rumah.

Gobin dd

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun