Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Pak Presiden, Ini Mengelola Negara, Bukan Jualan Mebel!

21 Maret 2015   02:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:20 225 3
Ini sebenarnya tanggapan atas berita agak lama, tapi saya tergelitik untuk menanggapinya karena baru membacanya sekarang. Berita yang saya maksud adalah berita di kompas.com berjudul "Urusan Anggaran, Urusan Presiden", yang ternyata tayang pertama kali Senin, 9 Maret 2015 | 23:25 WIB. Berita tersebut mengambil judul ucapan presiden menjawab berbagai pihak yang melontarkan keraguan atas kemampuan pemerintah membangun beragam infrastruktur yang tentunya membutuhkan biaya besar. Jawaban tersebut secara diametral juga sebenernya seolah berkebalikan dengan ucapan presiden yang telah menjadi meme di mana-mana: 'bukan urusan saya', sehingga seolah memang bertujuan untuk menunjukkan bahwa dia peduli.


Lontaran tersebut disampaikan pada saat peresmian dimulainya pembangunan Bendungan Keureuto di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh yang memakan biaya sekitar Rp 1,7 triliun. Dalam kesempatan tersebut, presiden  diberitakan menyatakan: "Pemerintah serius bangun Tol Trans Sumatera. Pemerintah juga serius bangun Bendungan Krueng Keureuto yang merupakan bendungan terbesar yang dibangun tahun ini. Selain itu, akan dibangun juga infratsruktur berbasis rel yakni kereta dari Bireuen melintasi Lhokseumawe dan menuju Banda Aceh. Dari mana duitnya? Itu urusan presiden, yang penting kerja."

Lontaran pernyataan tersebut apabila dicermati memiliki beberapa substansi, yaitu:

Pertama, soal anggaran bukan merupakan permasalahan besar bagi pemerintah Jokowi JK,

Kedua, soal anggaran adalah merupakan wewenang sepenuhnya presiden untuk memutuskan,

Ketiga, pemerintah tidak mau banyak berpikir, yang penting kerja.

Masalahnya, benarkan klaim dan sinyalemen dari presiden tersebut?

Soal pertama, keterbatasan pendanaan infrastruktur telah menjadi masalah klasik yang menghantui pemerintahan sejak beberapa era yang lalu. Sifat pembiayaan yang massif, kelayakan finansial yang kecil, serta pay back periode yang panjang menyebabkan rendahnya minat swasta untuk berinvestasi di sektor tersebut. Akibatnya, anggaran pemerintah menjadi tumpuan untuk pembiayaan berbagai proyek infrastruktur. Dari manakah sumber pendanaan tersebut, ketika banyak sektor lain seperti lebih mendapat prioritas? Jawabannya adalah dari pinjaman luar negeri. Untuk era pemerintahan Jokowi JK ini kita dapat mengeceknya dalam berita ini dan ini. Ironisnya, hal tersebut bertentangan dengan janji yang disampaikan oleh salah satu petinggi PDIP pada 3 Juni 2014 sebagaimana berita kompas.com yang menyatakan: Jokowi - JK Ogah Utang Luar Negeri. Fenomena apakaha ini? Kebiasaan ingkar janjikah?

Kedua, soal kewenangan memutuskan anggaran tentu setiap orang tahu bukan hanya otoritas presiden, namun juga bersama-sama dengan DPR. Jadi lontaran ungkapan yang terkesan gagah itu hanyalah untuk konsumsi lips service rakyat kecil yang hadir, yang mungkin dianggap tidak tahu apa-apa. Yah hanya semacam pemancing tepuk tangan, biasalah...

Ketiga, menurut saya di sinilah kesalahan dan kelemahan fatal dari pemerintah saat ini: menekankan pada kerja dan kerja teknis, tapi minim berpikir. Memang hanya melontarkan wacana juga tidak baik, namun bertindak tanpa wacana dan awah yang jelas juga tak kurang jeleknya. Bagaimana bisa sebuah pemerintahan dilakukan tanda adanya visi dan misi yang jelas? Bukankah akhirnya nanti menjadi pemerintahan yang ngalor ngidul tidak jelas? Sudah ada sinyalemen mengenai terjadinya hal ini pada pemerintahan sekarang, sebagaimana berita berikut.

Akhirnya, kita semua tentu mengharapkan pemerintahan saat ini bertindak selayaknya pemerintahan yang memiliki arah yang jelas. Jangan mengelola pemerintahan selayaknya seorang penjual mebel yang memerlukan promosi berbusa-busa agar barang dagangannya laku. Berhentilah berjanji kosong, berhentilah bicara tanpa data, berhentilah memberikan angin surga, tapi: berkatalah benar, berkatalah berdasarkan fakta dan berkatalah berdasarkan rencana kerja yang jelas. Belum satu tahun pak presiden, entah apa yang akan kau tinggalkan nanti kalau semua terus begini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun